INFOGRAFIK: Musim PHK Industri Manufaktur di Awal 2025
Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri manufaktur kembali terjadi. Sejak awal 2025, sekitar 15 ribu tenaga kerja dirumahkan. Hal ini lantaran banyak pabrik yang berhenti beroperasi.
PHK terbesar terjadi pada PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) pada 1 Maret. Sebanyak 10.669 pekerja dirumahkan. Perusahaan tersebut berhenti beroperasi setelah dinyatakan pailit pada tahun lalu.
Kemudian ada PT Danbi International, yang memproduksi bulu mata palsu. Perusahaan asal Garut itu terpaksa merumahkan 2.079 orang pekerjanya karena dinyatakan pailit pada 10 Februari lalu.
Selanjutnya, PT Yamaha Music Product Asia, yang memproduksi alat musik, juga akan berhenti beroperasi. Perusahaan asal Jepang ini melakukan PHK kepada 1.100 pekerjanya.
PT Sanken Indonesia dilakukan karena instruksi perusahaan induk Sanken yang memutuskan untuk tak lagi memproduksi barang-barang elektronik seperti power supply, transformator, hingga adaptor laptop. PT Sanken Indonesia telah melakukan PHK pada 459 karyawannya karena pabrik itu akan resmi tutup pada Juni 2025.
Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Kemenaker Indah Anggoro Putri menyatakan bahwa pihaknya belum menerima laporan terkait isu PHK di Sanken Indonesia.
“Kalau tidak ada laporan yang masuk ke kami, artinya proses PHK yang berlangsung di Sanken Indonesia masih sesuai dengan kesepakatan,” ujar Indah kepada Katadata.co.id, Kamis (20/2).
Sementara itu, PT Bapintri yang berlokasi di Cimahi melakukan PHK kepada 267 orang pekerjanya lantaran mengalami kerugian. Sedangkan PT Tokai Kagu Indonesia melakukan PHK terhadap 195 karyawannya. Perusahaan asal Jepang ini menutup pabriknya karena kalah bersaing.
Berdasarkan data dari Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), badai PHK sudah terjadi sejak beberapa tahun terakhir. Pada 2024, jumlah pekerja yang terkena PHK sebesar 77.965 orang, naik 20,2% dari tahun sebelumnya.
Di tengah gelombang PHK ini, pemerintah mengklaim penciptaan lapangan kerja masih terus terjadi. Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi mengklaim ada perkembangan positif di industri padat karya.
Hal ini ditunjukan dengan meningkatnya permintaan domestik dan optimisme produsen yang tercermin dari naiknya indeks Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia dari level 51 pada Januari ke level 53 pada Februari. “Kalau diadu, lebih banyak penciptaan lapangan kerja baru,” kata Hasan di Istana Merdeka Jakarta pada Senin (3/3).