Green Hajj: Ibadah Haji yang Ramah Lingkungan


Setiap tahun, diperkirakan lebih dari tiga juta umat Islam yang berkumpul di Makkah menjalankan rukun kelima. Masifnya jumlah jamaah dikhawatirkan berdampak terhadap kerusakan lingkungan. Green Hajj diusung sebagai konsep ibadah berkelanjutan terhadap pengurangan emisi karbon, pengelolaan limbah berkelanjutan, dan konservasi daya alam.
Jejak lingkungan dari ibadah haji sangat besar, dengan berbagai jenis limbah padat, seperti botol plastik, popok bekas, dan kemasan makanan. Pada musim haji 2019, pemerintah Arab Saudi mencatat, terdapat 2.485 ton sampah setiap hari.
Tanpa pengelolaan yang efektif, limbah ini dapat menyebabkan polusi tanah dan air. Pemerintah Arab Saudi memperkirakan, biaya degradasi lingkungan mencapai sekitar 86 miliar riyal Saudi (US$22,9 miliar).
Persoalan lingkungan lainnya meliputi konsumsi air yang berlebihan untuk keperluan wudu, sanitasi, dan hidrasi. Selain itu, penggunaan alat transportasi dan akomodasi berkontribusi pada emisi gas rumah kaca.
Ironisnya, mayoritas jamaah tidak menyadari sifat intrinsik environmentalisme dalam Islam dan kewajiban untuk melindungi lingkungan. Di sinilah, inisiatif Green Hajj berpotensi mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan praktik ramah lingkungan.
Melalui pendekatan komprehensif yang melibatkan teknologi hijau, manajemen limbah yang efektif, dan kesadaran jamaah internasional, Green Hajj tidak hanya mendukung pencapaian SDG 13 (Climate Action). Inisiatif ini juga berkontribusi pada strategi Environmental, Social, and Governance (ESG) yang relevan dengan tantangan global saat ini.
Implementasi Green Hajj
Pemerintah Arab Saudi berupaya mengimplementasikan Green Hajj dengan menyediakan pedoman untuk mengadopsi perilaku dan praktik lingkungan yang sehat. Selain menggunakan produk daur ulang, jamaah juga disarankan menggunakan perangkat yang dapat digunakan berkali-kali.
Inisiatif ini untuk menghindari penumpukan sampah dan mencapai 0% limbah, sesuai Saudi Vision 2030. Jamaah didorong untuk memilah limbah menjadi organik dan padat sebelum didaur ulang. Hasil daur ulang akan disalurkan untuk kegiatan amal.
Selain pemerintah Arab Saudi, inisiatif Green Hajj juga dilakukan Greenpeace bersama Ummah for Earth. Lembaga ini meluncurkan aplikasi Green Hajj yang tersedia dalam bahasa Indonesia, Malaysia, Inggris, dan Arab.
Aplikasi Green Hajj memberikan petunjuk mengenai ibadah haji dan umroh yang ramah lingkungan dan berkelanjutan seperti penggunaan air dan energi yang efisien, pengurangan sampah khususnya sampah plastik, dan penggunaan transportasi publik.
Tata Mustasya, juru kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, mengatakan aplikasi ini ingin mempromosikan masa depan alternatif yang menawarkan solusi dan harapan untuk membawa dunia mengatasi bencana iklim.
Dalam konteks keberlanjutan, pemerintah Arab Saudi telah mengupayakan praktik hijau selama musim haji. Inisiatif ini mencakup penggunaan energi hijau dalam operasi di dalam Makkah dan wilayah sekitarnya. Kemudian, manajemen limbah padat juga menjadi fokus utama dengan memisahkan limbah organik dan anorganik. Strategi mitigasi dilakukan dengan mengedukasi jamaah agar membuang kain ihram dengan benar, alih-alih membuangnya di tempat umum.
Green Hajj telah berkembang menjadi model komprehensif dalam mengintegrasikan nilai-nilai spiritual Islam dengan praktik keberlanjutan lingkungan global. Melalui sinergi antara pemerintah Arab Saudi, organisasi internasional, dan jamaah dari seluruh dunia, inisiatif ini tidak hanya berhasil mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga membuktikan bahwa ajaran agama dapat menjadi landasan kuat untuk pencapaian SDGs.
Implementasi berbagai strategi mitigasi, mulai dari penggunaan energi terbarukan, manajemen limbah berkelanjutan, hingga pengembangan aplikasi digital untuk edukasi jamaah, menunjukkan bahwa transformasi menuju ibadah berkelanjutan adalah mungkin dan efektif.
Relevansi Green Hajj dengan strategi ESG kontemporer memperkuat posisinya sebagai best practice dalam mengatasi tantangan global perubahan iklim. Dengan target mencapai 0% limbah pada 2030 dan komitmen terhadap energi terbarukan, Green Hajj bukan hanya berkontribusi pada pencapaian SDG 13, tetapi juga mendukung berbagai tujuan pembangunan berkelanjutan lainnya.
Keberhasilan inisiatif ini membutuhkan komitmen berkelanjutan dari semua stakeholder untuk memastikan bahwa ibadah haji dapat menjadi inspirasi global dalam praktik berkelanjutan. Terutama dalam mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dengan tanggung jawab lingkungan.
Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.