Bekerja Sama Demi Pasar Seni
Enam tahun lalu, lahan kosong seluas 1.500 meter persegi itu hanya dimanfaatkan oleh ternak sapi dan kebun kelapa. Sesekali menjadi tempat bermain bola anak-anak atau lahan parkir bagi kendaraan yang datang berbelanja di Pasar Seni Sukawati 2 di Desa Guwang. Pasar murah meriah ini menjual aneka pakaian dan pernak pernik wisata Bali. Biasanya, ramai oleh wisatawan yang berbelanja oleh-oleh.
Warga Desa Celuk ingin menikmati manisnya kue wisata di Bali. Apalagi, letak Pasar Seni Sukawati 2 ini bersebelahan dengan permukiman warga Desa Celuk. Namun, harga sewa lapak yang tinggi membuat warga tak sanggup berjualan di pasar ini. Warga sekitar hanya menjadi penonton dari ramainya Pasar Sukawati 2.
Dulu, Desa Celuk terkenal sebagai perajin perak dan emas. Namun, warga sudah meninggalkan profesi itu. Kerajinan perak dan emas tak lagi mencukupi kebutuhan warga yang bekerja sebagai buruh. Terlebih dengan maraknya galeri berkelas di daerah itu. Kondisi ini membuat Desa Celuk tak berkembang.
?Kita ingin pekerjaan baru. Namun, memajukan usaha bebannya berat. Tapi ini ada potensi untuk berkembang,? kata Ni Made Lalik Nuratni. Dia bersama 300 perempuan di Desa Celuk mengusulkan agar lahan kosong milik desa ini bisa dimanfaatkan. Salah satunya mendirikan pasar baru agar mereka bisa berdagang dengan harga lapak murah. Selain itu, ramainya Pasar Seni Sukawati 2 di Desa Guwang diharapkan bisa menular ke pasar di Desa Celuk ini.
Beruntung, tahun 2007, usulan mereka mendirikan pasar berada di peringkat 13 saat musyawarah prioritas usulan, dengan sisa dana PNPM Mandiri sebesar Rp 64 juta. Dana ini menjadi modal awal untuk mendirikan pasar. Namun dana tersebut tidak cukup. Biaya pembangunan pasar ini mencapai Rp 116 juta.Warga dihadapkan pada pilihan. Memanfaatkan dana tersebut atau merelakan jatuh ke desa lain. Warga pun memutar otak.
?Kita bikin konsorsium. Warga menyumbang uang dan tanahnya agar pasar ini bisa berdiri,? kata mantan Kepala Dusun Celuk, Made Sujana. Berkat kekompakan warga, terkumpul modal hingga Rp 651 juta lebih. Sisa modal terkumpul dari hasil urunan warga sebesar Rp 4 juta dari sewa lapak selama 25 tahun. Warga miskin menjadi prioritas utama yang mendapatkan lapak.
?Paling ramai saat liburan sekolah dan tahun baru. Penghasilan dari dagang cukup membantu keluarga,? kata Kadek Budiasa, pedagang baju. Setiap bulannya ia mendapatkan keuntungan hingga Rp 2 juta. Kadek juga salah satu anggota kelompok yang mendapatkan dana simpan-pinjam. Setiap kelompok yang terdiri dari 5 orang ini mendapatkan dana Rp 15 juta. ?Untuk menambah modal dagang,? ujarnya.
?Semangat turun tangannya luar biasa. Paling penting ada kepercayaan agar masyarakat bisa bangkit,? kata mantan Kepala Desa Celuk, Made Sujana. Kini, Pasar Seni Sukawati 3 dihuni oleh 113 pedagang. Mereka dilatih etika berdagang agar pembeli semakin betah dan nyaman berbelanja di pasar ini. Termasuk membangun jaringan dengan pemandu wisata di Bali. Agar mereka bisa membawa rombongan wisatawan ke sini.
?Dari pagi sampai malam saya berkeliling ke tempat wisata membagikan brosur dan kartu nama. Naik sepeda,? kata Ni Made Lalik Nuratni mengingat perjuangan mempromosikan pasar seni ini. Usaha dan kerja keras warga mulai membuahkan hasil sejak pasar ini resmi berdiri. Aktivitas pasar mulai ramai dan bergeliat oleh pembeli.
Pasar Sukawati 3 ini semakin berkembang dan jauh dari kondisi awal. Di lokasi ini, terdapat toilet, jalan masuk dan area parkir. Bahkan mereka mampu menyewakan lapak kepada warga desa lainnya. Dari 96 lapak berkembang menjadi 121 lapak. Namun, berbisnis menuntut kreativitas untuk jeli membidik pembeli. Para pedagang di Pasar Seni Sukawati 3 mesti siap dengan menjamurnya pasar modern di sekitar Gianyar dan Denpasar. Keberadaan pasar modern ini membuat usaha dagang di Bali semakin ketat.
Para pedagang dan pemangku pasar mesti berinovasi agar pasar ini tetap ramai. Misalnya, menambah dagangan aneka kuliner dan sajian seni pertunjukan. Sehingga pasar ini unik dan berbeda dengan pasar lainnya. Apalagi, keberadaan Pasar Seni Sukawati 3 bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat. Bukan sekedar bisnis semata.
?Tantangannya di pemasaran agar pasar ini semakin berkembang,? kata kepala pasar, Wayan Duaja. Kemandirian dan semangat kebersamaan di Desa Celuk menjadi modal sosial agar kehidupan mereka semakin baik. Mimpi mereka untuk memiliki pasar sudah terwujud. Bahkan pasar ini menjadi aset desa dan bisa memberi kontribusi sumbangan bagi desa setempat. Kini, di tangan mereka, jurus kreatifitas berdagang dan kejelian membidik pasar sudah terbuka lebar. Saatnya mereka menikmati manisnya lezatnya kue wisata di Bali.
Foto & Teks: KATADATA | Donang Wahyu