IMF Peringatkan Tarif Trump Bisa Picu Ketidakpastian Perdagangan Global


Dana Moneter Internasional (IMF) tengah memantau secara ketat kebijakan tarif terbaru yang diumumkan Amerika Serikat (AS). IMF menilai ketidakpastian terhadap prospek ekonomi global masih sangat tinggi dan mendesak negara-negara untuk bekerja sama menjaga stabilitas perdagangan dunia.
"Perkembangan terkait perdagangan terus berubah, dan ketidakpastian masih tinggi," ujar juru bicara IMF dalam pernyataan resmi yang dikutip Reuters, Jumat (11/7).
IMF mendorong negara-negara bekerja secara konstruktif demi menciptakan lingkungan perdagangan yang stabil dan menghadapi tantangan bersama. Pernyataan ini muncul setelah Presiden AS Donald Trump pada Rabu (9/7) mengumumkan gelombang baru tarif impor.
Trump menetapkan tarif sebesar 50% untuk impor tembaga dari AS dan barang-barang dari Brasil, yang akan mulai berlaku pada 1 Agustus. Selain itu, tarif juga dinaikkan untuk produk dari 21 negara lainnya.
Ketegangan dagang yang meningkat ini kembali membayangi prospek pabrik-pabrik di AS, Asia, dan Eropa. Sejumlah survei yang dirilis Selasa lalu menunjukkan adanya tekanan pada sektor manufaktur, meskipun beberapa industri masih mampu bertahan dan tumbuh di tengah ketidakpastian.
Analis menyebut situasi ini menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku usaha maupun pembuat kebijakan. Mereka harus menavigasi dampak dari langkah Trump yang mengubah tatanan perdagangan global.
Pemerintah AS berargumen bahwa tarif-tarif yang sudah diberlakukan sejauh ini belum menyebabkan inflasi. Mereka juga mengklaim pemotongan pajak yang disahkan pekan lalu akan mampu menutupi dampak negatif jangka pendek dari kebijakan tarif tersebut.
IMF Pangkas Proyeksi Ekonomi AS dan Cina
Pada April lalu, IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk AS, Cina, dan sejumlah negara lain. Dalam laporannya, IMF menyoroti dampak tarif AS yang telah mencapai rekor tertinggi dalam 100 tahun terakhir dan memperingatkan bahwa ketegangan dagang dapat semakin memperlambat laju ekonomi.
Meski demikian, aktivitas ekonomi dilaporkan meningkat belakangan ini, didorong oleh aksi penimbunan barang sebelum tarif berlaku. AS dan Cina juga sempat menahan diri dari saling balas tarif, yang bisa membuka ruang bagi revisi proyeksi ke arah yang sedikit lebih optimis—meskipun sifatnya hanya sementara.
IMF dijadwalkan merilis pembaruan dari laporan World Economic Outlook pada akhir Juli, menjelang batas waktu negosiasi dagang pada 1 Agustus. Namun para ekonom menilai, ketidakpastian tetap tinggi dan dampak tarif yang lebih besar kemungkinan akan terasa pada paruh kedua tahun ini.