Trump Tetap Kenakan Tarif Impor Resiprokal 32% untuk Indonesia, Berlaku Agustus

Desy Setyowati
8 Juli 2025, 08:19
trump, tarif impor,
REUTERS/Carlo Allegri
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Presiden Amerika Donald Trump mengumumkan 14 negara yang tetap dikenakan tarif impor minimal 10% dan tarif resiprokal per 1 Agustus. Indonesia salah satunya.

Selain Indonesia, 13 negara lainnya yakni Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Kazakhstan, Afrika Selatan, Myanmar, Bosnia dan Herzegovina, Tunisia, Bangladesh, Serbia, Kamboja, dan Thailand.

Barang-barang yang diimpor ke Amerika dari Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Kazakhstan, dan Tunisia kini akan dikenakan tarif 25%, menurut surat yang diunggah Trump di media sosial Truth Social, dikutip dari CNBC Internasional, Selasa (8/7).

Barang-barang Afrika Selatan dan Bosnia akan dikenakan tarif 30%, sementara dari Indonesia 32%.

Bangladesh dan Serbia sama-sama dikenakan tarif 35%, sementara Kamboja dan Thailand 36%. Lalu, Laos dan Myanmar 40%.

Surat yang ditandatangani Trump menambahkan bahwa AS ‘mungkin’ akan mempertimbangkan penyesuaian tingkat tarif baru, tergantung pada hubungan Amerika dengan negara tersebut.

Surat tersebut merupakan yang pertama dikirim sebelum 9 Juli, hari di mana apa yang disebut tarif resiprokal terhadap puluhan negara dijadwalkan berlaku, yang telah diumumkan Trump pada awal April.

Sekretaris pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan lebih banyak surat akan dikirimkan dalam beberapa hari mendatang.

Kemudian pada Senin (7/7) sore, Trump menandatangani perintah eksekutif yang menunda batas waktu tarif pada 9 Juli menjadi 1 Agustus. “Keputusan ini berdasarkan informasi tambahan dan rekomendasi dari berbagai pejabat senior,” demikian dikutip.

Semua surat itu mengatakan bahwa tarif umum terpisah dari bea masuk tambahan khusus sektor pada kategori produk utama.

“Barang yang dikirim ulang untuk menghindari tarif yang lebih tinggi, tetap akan dikenakan tarif tersebut,” demikian dikutip. Pengiriman ulang dalam kasus ini tampaknya merujuk pada praktik pemindahan barang ke negara tujuan sebelum pengiriman terakhir ke AS, untuk menghindari tarif.

Surat tersebut menegaskan bahwa tarif baru diperlukan untuk mengoreksi defisit perdagangan Amerika yang terus-menerus dengan 14 negara. Trump secara teratur mengungkapkan defisit perdagangan sebagai bukti bahwa AS dimanfaatkan oleh mitra dagang.

Para ahli mengkritik pandangan itu. Mereka menilai bahwa defisit perdagangan pada dasarnya buruk dan mempertanyakan apakah Amerika dapat atau harus berusaha menutupnya.

Tidak semua negara yang menjadi sasaran Trump tersebut memiliki surplus perdagangan yang besar dengan AS.

Amerika defisit neraca barang US$ 68,5 miliar dengan Jepang, US$ 66 miliar dengan Korea Selatan, US$ 579,3 juta dengan Myanmar, menurut Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat.

AS merupakan pembeli utama mobil, mesin, dan barang elektronik dari Jepang dan Korea Selatan. Kazakhstan mengekspor minyak mentah dan logam paduan ke Amerika, Malaysia menjual komponen elektronik ke Amerika, dan Afrika Selatan sebagian besar mengirimkan logam mulia.

Impor utama AS dari Laos meliputi serat optik, kaca, dan pakaian, sedangkan kategori ekspor terbesar Myanmar adalah kasur dan perlengkapan tidur.

Surat yang dikirimkan pada Senin (7/7) itu secara preemtif memperingatkan ke-14 negara tersebut agar tidak menanggapi tarif baru AS dengan mengenakan bea balasan terhadap impor barang-barang Amerika.

“Jika karena alasan apa pun Anda memutuskan untuk menaikkan Tarif, maka berapa pun jumlah yang Anda pilih untuk menaikkannya, akan ditambahkan ke 25% yang kami kenakan,” demikian isi surat itu.

Jika negara-negara tersebut menghilangkan ‘Kebijakan Tarif dan Non Tarif serta Hambatan Perdagangan’, maka AS mungkin akan mempertimbangkan penyesuaian terhadap surat itu.

“Tarif ini dapat diubah, naik atau turun, tergantung pada hubungan kami dengan Negara Anda,” demikian isi surat tersebut. “Anda tidak akan pernah kecewa dengan Amerika Serikat.”

Setelah Trump memberlakukan jeda tarif timbal balik selama tiga bulan pada April, pemerintahannya mengklaim dapat mencapai sebanyak 90 kesepakatan dalam 90 hari.

Namun saat jeda itu akan segera berakhir, AS hanya mengumumkan kerangka kerja yang luas dengan Inggris dan Vietnam, serta perjanjian awal dengan Cina.

Trump mengatakan kesepakatan Vietnam mengenakan tarif 20% pada impor negara tersebut ke AS dan bea ‘transshipping’ 40%, sementara AS akan memperoleh akses bebas tarif ke pasar-pasar Vietnam.

Tarif resiprokal Trump dibatalkan pada akhir bulan Mei oleh pengadilan distrik federal, yang memutuskan bahwa ia tidak memiliki kewenangan hukum untuk mengenakan bea masuk yang luas berdasarkan undang-undang kekuasaan darurat yang telah ia kutip saat itu.

Pemerintahan Trump mengajukan banding ke pengadilan federal, yang mengizinkan tarif tetap berlaku, sementara pengadilan tersebut meninjau keputusan pengadilan yang lebih rendah.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...