Trump Desak Bos The Fed Mundur, Powell Sentil Dampak Tarif AS ke Suku Bunga


Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali melancarkan serangan terhadap Ketua Bank Sentral AS (The Fed) Jerome Powell. Kali ini, Trump secara terang-terangan meminta Powell segera mundur dari jabatannya.
“‘Terlambat’, dia seharusnya segera mengundurkan diri!!!” tulis Trump di platform Truth Social miliknya. Dalam unggahan itu, Trump juga membagikan tautan berita tentang permintaan seorang regulator perumahan federal agar Powell diselidiki terkait keterangannya soal renovasi gedung kantor pusat The Fed di Washington.
Powell pertama kali diangkat sebagai Ketua The Fed oleh Trump pada periode kepemimpinannya yang pertama. Namun sejak itu, Trump kerap mengkritik Powell, terutama karena dinilai lambat memangkas suku bunga acuan. Trump menilai penurunan suku bunga bisa membantu mendorong pertumbuhan ekonomi.
Powell justru menyebut kebijakan tarif yang diterapkan Trump selama masa pemerintahannya justru mempersempit ruang gerak The Fed untuk menurunkan suku bunga.
“Kalau saja tidak ada dampak dari kebijakan tarif itu, kami mungkin sudah memangkas suku bunga,” ujar Powell dalam forum pertemuan bank sentral di Portugal, Selasa lalu, seperti dilansir BBC.
Ketika ditanya apakah suku bunga AS akan dipotong lagi tahun ini jika pemerintah tidak mengumumkan kenaikan tajam tarif impor ke sejumlah negara, Powell menjawab, “Saya kira begitu.”
Hingga saat ini, The Fed belum memberikan komentar resmi terkait pernyataan Trump.
Meski terus mendapat tekanan, Powell menyatakan tidak akan mengundurkan diri, bahkan jika diminta langsung oleh presiden. “Itu tidak diperbolehkan secara hukum,” katanya.
Undang-undang AS menyebutkan, anggota lembaga independen seperti The Fed hanya dapat diberhentikan sebelum masa jabatannya berakhir jika ada alasan kuat atau pelanggaran tertentu. Ketentuan ini ditegaskan melalui putusan Mahkamah Agung AS pada 1935.
Saat ini, Powell sedang menjalani masa jabatan keduanya setelah dinominasikan ulang oleh Presiden Joe Biden. Masa jabatannya akan berakhir pada Mei 2026.
Trump sendiri dikenal sering menabrak norma politik, termasuk memecat sejumlah pejabat lembaga independen, meski langkah tersebut kerap berakhir di pengadilan.