RI Catat Surplus Perdagangan 61 Bulan Beruntun per Mei 2025


Badan Pusat Statistik mencatat Indonesia masih mengalami surplus neraca perdagangan pada Mei 2015. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan pada periode tersebut angka surplusnya US$ 4,30 miliar.
“Neraca perdagangan ini mencatatkan surplus 61 bulan berturut sejak Mei 2020,” kata Pudji dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (1/7).
Kondisi ini ditopang surplus komoditas nonmigas yang mencapai 5,83 US$ miliar. Dengan penyumbangnya, yaitu lemak dan minyak hewani atau nabati, bahan bakar mineral, serta besi dan baja.
Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit US$ 1,55 miliar. Dengan komoditas penyumbangnya adalah hasil minyak dan minyak mentah.
Surplus ini juga dikarenakan nilai ekspor Ri lebih besar dibandingkan impor. BPS mencatat nilai ekspor Indonesia Mei 2025 mencapai US$ 24,61 miliar atau naik 9,68% dibanding ekspor Mei 2024. Sementara nilai impor mencapai US$ 20,31 miliar atau naik 4,14% dibandingkan Mei 2024.
Surplus Sesuai Prediksi Ekonom
Sebelumnya, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memproyeksikan surplus neraca perdagangan RI pada Mei 2025 masih akan berlanjut. Kenaikan ini bahkan diprediksi mengalami peningkatan signifikan.
“Neraca perdagangan Indonesia diproyeksikan akan kembali mencatatkan surplus pada Mei 2025 dengan estimasi surplus meningkat signifikan menjadi US$ 2,29 miliar dibandingkan surplus tipis sebesar US$ 158,8 juta pada April 2025,” kata Josua kepada Katadata.co.id.
Josua menjelaskan, kondisi ini didorong oleh dua faktor utama yaitu normalisasi aktivitas perdagangan pascalibur Lebaran Idul Fitri. Selain itu juga membaiknya kondisi perdagangan global seiring meredanya ketegangan perang dagang setelah tercapainya kesepakatan antara Amerika Serikat dan Cina.
Di sisi lain, Kepala Ekonom BCA, David Sumual memproyeksikan surplus neraca perdagangan pada Mei 2025 akan mencapai US$ 4,01 miliar. Peningkatan surplus ini karena nilai impor yang melambat.
Ia memperkirakan nilai ekspor pada Mei 2025 akan naik 5,52% secara tahunan dan 13,58% secara bulanan. Sementara nilai impor secara tahunan diproyeksikan naik 0,74% namun turun secara bulanan mencapai 5,06%.
“Secara keseluruhan terms of trade Indonesia turun dibandingkan bulan lalu terutama karena harga CPO turun relatif lebih dalam dibandingkan minyak atau Batubara,” kata David.
Dari big data, belanja importir maupun penerimaan eksportir sama-sama melambat namun tapi importir turun lebih jauh hingga 20%.
Sedangkan berdasarkan rilis data ekspor impor negara lain terhadap RI, David menyebut impor Indonesia memang jauh lebih melambat dibandingkan ekspor sehingga surplus membesar.