Ketua LPS: Target Ekonomi Tumbuh 8% Bukan Mimpi, Tapi Kunci Jadi Negara Maju

Rahayu Subekti
3 Juni 2025, 15:17
Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa dalam paparannya di Simposium Nasional "Sumitronomics dan Arah Ekonomi Indonesia" yang diselenggarakan Katadata, di Jakarta, Selasa (3/6).
Katadata/Lourent
Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa dalam paparannya di Simposium Nasional "Sumitronomics dan Arah Ekonomi Indonesia" yang diselenggarakan Katadata, di Jakarta, Selasa (3/6).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menilai target pertumbuhan ekonomi 8% bukanlah hal yang mustahil. Target ini juga sudah diusung oleh Presiden Prabowo Subianto, yang ingin mencapainya pada akhir masa jabatannya pada 2029.

Menurut Purbaya, pencapaian pertumbuhan ekonomi sebesar 8% sangat penting jika Indonesia ingin keluar dari status negara berpendapatan menengah dan menjadi negara maju. Konsep ini merupakan bagian dari pelajaran ekonomi yang ia dapatkan dari Sumitro Djojohadikusumo.

“Pertumbuhan ekonomi 8% nggak tinggi-tinggi amat kalau mau jadi negara maju. Jadi banyak yang cibir, target 8% gila tuh mimpi. Nggak, kalau mau jadi negara maju kita ke arah sana dulu,” ujar Purbaya dalam Simposium Nasional Sumitronomics dan Arah Ekonomi Indonesia di Jakarta, Selasa (3/6).

Setelah mampu mencapai pertumbuhan 8%, Indonesia bisa menargetkan pertumbuhan ekonomi double digit, yakni mencapai 10%. Untuk mewujudkan hal tersebut, Indonesia harus keluar dari status negara berpendapatan rendah dengan mengoptimalkan sektor industri.

“Mau tidak mau kita harus memajukan industri, mempercepat pertumbuhan ekonominya. Ini ajaran Pak Sumitro,” katanya.

Purbaya mencontohkan Cina, yang selama bertahun-tahun berhasil mempertahankan pertumbuhan ekonomi di atas 10%. Saat ini, Cina sudah mendekati status negara maju.

“Makanya Amerika Serikat kebakaran jenggot. Dia (Cina) investasi teknologi dan industri besar-besaran. Transformasi ekonomi juga terlihat jelas. Sektor manufaktur dari rendah menjadi stabil di atas 38%, sementara sektor pertaniannya cenderung turun ke 5,2%,” kata Purbaya.

Namun, Purbaya menegaskan Cina tidak membunuh sektor pertanian. Sektor tersebut tetap tumbuh, namun ekonomi didorong oleh pertumbuhan sektor industri yang lebih pesat.

Menurut Purbaya, agar Indonesia bisa keluar dari jebakan pendapatan menengah (middle income trap) dan menjadi negara maju, negara harus mampu mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, bahkan double digit, selama lebih dari 10 tahun.

“Kalau melihat pengalaman Jepang, mereka pernah memiliki pertumbuhan ekonomi di atas 10% selama lebih dari 50 tahun. Jepang juga memiliki struktur ekonomi yang memadai untuk menjadi negara maju,” kata Purbaya.

Untuk itu, Indonesia harus memiliki konsep transformasi ekonomi yang jelas. “Ada desain konseptual yang mentransformasikan ekonomi kita dari yang tadinya agriculture based menjadi didukung lebih kuat oleh manufacturing based,” ujarnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...