Kelas Menengah Merosot, Jumlah Masyarakat yang Berkurban Tahun Ini Bisa Turun

Rahayu Subekti
29 Mei 2025, 10:30
kelas menengah, kurban, phk, merosot
ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/YU
Petugas Bidang Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner (Keswan dan Kesmavet) Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi memeriksa kondisi kambing yang di jual pedagang untuk hewan kurban di Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (28/5/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Lembaga riset Institute for Demographic and Affluance Studies (Ideas) mengungkapkan ada potensi penurunan nilai ekonomi kurban pada 2025. Berdasarkan hasil riset terbaru, penurunan ini sebagai imbas dari jumlah kelas menengah yang merosot.

Dampaknya, jumlah masyarakat yang akan berkurban juga berpotensi merosot. “Hal tersebut terjadi karena adanya penurunan masyarakat di kelas menengah bahkan kelas atas yang berpotensi menjadi (penyumbang) kurban di tahun ini,” kata peneliti Ideas, Tira Mutiara dalam keterangan tertulisnya dikutip Kamis (29/5).

Ia mengatakan, kondisi tersebut diperparah karena kurang memadainya kebijakan dari negara untuk menjaga kelas menengah dan atas. Hal ini yang membedakan fenomena tahun ini dengan masa pandemi Covid-19.

Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat, jumlah kelompok kelas menengah merosot sejak terjadi pandemi Covid-19. Berdasarkan survei sosial ekonomi nasional atau Susenas Maret 2024, jumlah kelas menengah turun dari 57,33 juta orang pada 2019 menjadi 47,85 juta orang pada tahun ini.

Hal ini seiring dengan peningkatan kelompok menuju kelas menengah. BPS mencatat jumlah kelompok menuju kelas menengah pada 2019 mencapai 128,85 juta orang dengan proporsi 48,20%. Selanjutnya angka tersebut melonjak pada 2024 menjadi 137,50 juta orang dengan proporsi 49,22.

Masyarakat yang Berkurban Berpotensi Turun

Berdasarkan simulasi Ideas, terjadi penurunan proyeksi jumlah masyarakat yang menyumbangkan kurban pada tahun ini dibandingkan 2024. Pada 2024 terdapat sekitar 2,16 juta penduduk yang berkurban,  namun pada 2025 diproyeksikan menjadi hanya 1,92 juta saja.

“Artinya, ada penurunan potensi sekitar 233 ribu pekurban dalam satu tahun terakhir," kata Tira.

Dari penurunan ini, Ideas potensi nilai ekonomi kurban Indonesia 2025 hanya mencapai Rp 27,1 triliun. Proyeksi ini turun dari proyeksi 2024 yakni Rp 28,3 triliun.

Riset Ideas mengungkapkan hanya 1,92 juta rumah tangga muslim berdaya beli tinggi yang berpotensi berkurban pada tahun ini. Kebutuhan hewan kurban terbesar berasal dari domba dan kambing  yang jumlahnya sekitar 1,1 juta ekor, sedangkan sapi sekitar 503 ribu ekor.

Jika ditarik lebih jauh ke belakang, Tira menyebut estimasi jumlah pekurban pada 2025 lebih rendah dibanding saat pandemi Covid-19. Pada 2021 saat masa pandemi, potensi jumlah orang yang berkurban berkisar 2,11 juta pekurban dan 2,17 juta pada 2022.

Kenapa Merosotnya Kelas Menengah Makin Parah?

Pemutusan hubungan kerja alias PHK yang masif hingga kondisi ekonomi global menjadi biang kerok parahnya penurunan kelas menengah saat ini, khususnya jika dibandingkan saat masa pandemi.

Tira mengatakan krisis saat pandemi skalanya jauh lebih besar dari tahun ini, saat itu penurunan aktivitas ekonomi terjadi merata secara global. Namun ia menegaskan, kejatuhan kelas menengah saat itu banyak tertolong oleh tetap terjaganya sektor keuangan.

Tak hanya itu, kelas menengah juga tertolong oleh banyaknya stimulus ekonomi. Begitu juga dengan kenaikan harga komoditas yang sangat signifikan.

“Pemulihan ekonomi yang memberi manfaat jauh lebih besar kepada kelas atas dan menengah sehingga mereka bisa bertahan,” kata Tira.

Sedangkan krisis saat ini, banyak didorong oleh kejatuhan sektor industri manufaktur padat karya. Hal ini menyebabkan terjadinya fenomena PHK yang masif sepanjang 2024 hingga Mei 2025

“Tingginya pengangguran di Indonesia yang terjadi berkontribusi besar menjadi faktor utama penurunan (masyarakat yang) berkurban tahun 2025," ujar Tira.

Pabrik otomotif
Pabrik otomotif (Arief Kamaludin|KATADATA)
 

Tira mengatakan, pada 2024 terjadi setidaknya 77.965 orang yang terdampak PHK. Provinsi-provinsi yang memiliki kota besar penyumbang jumlah PHK terbesar adalah Jakarta sebanyak 17.085 orang, Jawa Tengah sebanyak 13.130 orang, Banten sebanyak 13.042 orang, dan Jawa Barat sebanyak 10.661 orang.

“Sedangkan, sejak Januari hingga 20 Mei 2025 terdapat 26.455  PHK yang juga melanda kota-kota besar penyumbang surplus daging kurban,” kata Tira.

Di samping itu, sentimen negatif terhadap kondisi ekonomi nasional diiringi dengan melambatnya investasi dan kewaspadaan terhadap ketidakpastian ekonomi global. Hal ini karena perang dagang Amerika Serikat dan Cina mendorong banyak kelas menengah awal menahan konsumsi di luar kebutuhan pokok rumah tangga.

“Kondisi seperti ini sebetulnya sudah terasa sejak denyut perputaran ekonomi mudik menurun secara drastis, yang menyebabkan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 hanya tumbuh 4,87%,” ujar Tira.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...