Konsumsi Rumah Tangga Melambat Meski Ada Momentum Lebaran, Apa Penyebabnya?

Rahayu Subekti
7 Mei 2025, 15:26
konsumsi rumah tangga, pertumbuhan ekonomi
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/Spt.
Warga berbelanja kebutuhan pokok di salah satu supermarket kawasan Gayamsari, Semarang, Jawa Tengah, Minggu (9/3/2025). BPS mencatat pada Februari 2025 terjadi penurunan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di Indonesia sebesar 0,55 persen yang disebabkan oleh penurunan indeks pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar rumah tangga.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Badan Pusat Statistik mencatat, konsumsi rumah tangga pada kuartal I 2025 hanya tumbuh 4,89%, melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni 4,91% maupun kuartal IV 2024 sebesar 4,98%. Perlambatan terjadi meski ada momen Ramadan dan Idulfitri pada periode tersebut.

Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan, momen Ramadan pada 2024 dan 2025 jatuh pada kuartal I. Namun pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada tahun lalu lebih baik meski belum ada momen IdulFitri karena adanya gelaran Pemilu. 

“Pada saat pemilu tentunya peluang pemerintah untuk persiapan dan pelaksanaan relatif besar dibandingkan dengan tidak ada pemilu sama sekali pada 2025,” kata Amalia dalam konferensi perd di Jakarta, Senin (5/5).

Di sisi lain, menurut dia, momen Lebaran pada tahun ini jatuh pada 31 Maret 2025 dan libur panjang baru terjadi pada April. Dengan demikian, menurut dia, dampak Lebaran baru terjadi pada kuartal II 2025.

“Sehingga momen hari pertama Idulfitri jatuh di triwulan I 2025, tetapi H+2 H+3 dan liburan selanjutnya itu tidak terekam dalam kuartal I. Libur panjangnya itu nanti terekam di kuartal II,” ujar Amalia.

Meski tumbuh melambat, Amalia menegaskan konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang terbesar pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan pertama tahun ini. Kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap perekonomian nasional mencapai 54,53%.

Amalia menegaskan, perekonomian Indonesia masih didominasi oleh komponen konsumsi rumah tangga yang mencakup lebih dari separuh PDB Indonesia. Lalu diikuti oleh komponen PMTB sebesar 28,03%, komponen ekspor barang dan jasa 22,30%, komponen konsumsi pemerintah 5,88%, dan LNPRT sebesar 1,39%.

Adapun ekspor barang dan jasa tercatat tumbuh  6,78%, pengeluaran konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) mencapai 3,07% dan komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) hingga 2,12%.

Berbagai Sektor Konsumsi Masih Positif

Amalia mengakui berbagai sektor di dalam konsumsi rumah tangga relatif sedikit melemah. Namun, menurutnya, masih ada sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan di dalam konsumsi rumah tangga.

“Untuk yang makanan dan minuman selain restoran tumbuhnya 4,0%. Lalu kemudian untuk transportasi dan komunikasi, pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk transportasi dan komunikasi itu tumbuh 6,18% secara tahunan,” kata Amalia. 

Konsumsi rumah tangga untuk restoran dan hotel juga tercatat tumbuh 6,09%, sedangkan konsumsi pakaian  masih tumbuh relatif melambat 3,48%.

“Jadi di dalam konsumsi rumah tangga ini tentunya relatif bervariasi. Ada subsektor yang mengalami penguatan tetapi ada juga subsektor yang mengalami kelemahan,” ujar Amalia.

Menurut Amalia, hal itu sangat berkaitan dengan perubahan pola hidup masyarakat. Ini karena pengeluaran untuk restoran serta makanan dan minuman tumbuhnya relatif kuat.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Rahayu Subekti
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...