Kenapa Xi Jinping Tak Kunjungi RI dalam Tur Asia Tenggara? Ini Kata Ekonom


Presiden Cina Xi Jinping tengah melakukan tur ke tiga negara Asia Tenggara. Dalam perjalanan kali ini, Xi tidak menyambangi Indonesia namun hanya berkunjung ke Vietnam, Malaysia, dan Kamboja. Direktur China-Indonesia Desk Center of Economic and Law Studies (Celios) Muhammad Zulfikar mengungkapkan beberapa alasan yang menyebabkan Xi tidak mengunjungi RI.
Menurut Zulfikar interaksi Cina dengan Indonesia sudah cukup sering. “Hampir tiap bulan ada pertemuan antara Indonesia dan Cina, baik di level menteri, perusahaan, pemerintah daerah, dan lainnya,” kata Zulfikar kepada Katadata.co.id, Rabu (16/4).
Selain itu, Malaysia dan Vietnam juga menjadi tujuan investasi strategis bagi Cina. Dalam hal ini, Malaysia menawarkan insentif fiskal seperti Pioneer Status dan Investment Tax Allowance.
“Yang ditawarkan Malaysia ini memberikan pembebasan pajak hingga 100% untuk proyek teknologi tinggi dan strategis nasional,” ucap Zulfikar.
Dia menyebut proyek-proyek belt and road initiative termasuk east coast rail link dan forest city di Johor juga memperkuat konektivitas dan menarik investasi Cina.
Investasi di Vietnam juga menjadi daya tarik Cina karena biaya tenaga kerja yang kompetitif. Bahkan, lokasi strategis berbatasan langsung dengan Cina.
Proyek kereta api senilai US$ 8,3 miliar yang menghubungkan pesisir Vietnam dengan Kunming juga menunjukkan kerja sama infrastruktur yang erat. Perusahaan-perusahaan Cina seperti Shein juga mulai memindahkan produksi ke Vietnam untuk menghindari tarif AS yang tinggi.
“Kedua negara ini memainkan peran penting dalam strategi diversifikasi rantai pasok Cina di tengah ketegangan perdagangan global,” kata Zulfikar.
Cina Tidak Mengabaikan Indonesia
Ekonom Departemen Ekonomi Universitas Andalas Syafruddin Karimi menilai absennya Xi ke Jakarta bukan berarti mengabaikan Indonesia. “Meskipun Malaysia dan Vietnam memiliki daya tarik investasi yang kompetitif, Indonesia memiliki keunggulan strategis yang tidak bisa diabaikan,” kata Syafruddin.
Sebagai negara dengan populasi terbesar di Asia Tenggara dan anggota BRICS bersama Cina, Indonesia dinilai memiliki posisi geopolitik dan ekonomi yang semakin diperhitungkan dalam tatanan global baru.
Selain itu, Indonesia juga memiliki pasar domestik yang besar, tenaga kerja muda dan produktif, serta sumber daya alam yang melimpah. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai mitra investasi yang sangat potensial untuk industri masa depan, termasuk energi terbarukan dan mineral strategis.
“Keikutsertaan Indonesia dalam BRICS juga memperkuat kredibilitas dan daya tawarnya sebagai bagian dari blok ekonomi alternatif yang menjanjikan kerja sama lebih seimbang dan inklusif,” ujar Syafruddin.
Syafruddin menilai Indonesia memiliki semua modal untuk menjadi pusat gravitasi investasi di Asia. Namun itu semua perlu didorong dengan memperkuat kepastian hukum dan mempercepat reformasi birokrasi.
Cina Lakukan Evaluasi Kemudahan Berusaha di RI
Sebelum memulai kunjungan resmi ke Vietnam, Malaysia, dan Kamboja, Xi juga terlebih dahulu melakukan komunikasi langsung dengan Presiden Prabowo Subianto. Dalam percakapan tersebut, Xi secara eksplisit menegaskan komitmennya untuk memperdalam kemitraan strategis antara Cina dan Indonesia dalam rangka memperingati 75 tahun hubungan diplomatik kedua negara.
Namun absennya kunjungan Xi ke Jakarta bisa mencerminkan evaluasi Beijing. “Hal ini menunjukan Indonesia belum memberikan sinyal kepastian atau kemudahan berusaha yang kuat bagi investor asing, terutama dari Cina,” kata Syafruddin.
Di tengah ketegangan perang dagang global, Cina secara aktif juga mencari mitra yang sigap, stabil, dan menawarkan kepastian. Negara seperti Vietnam dan Malaysia sudah lebih dahulu menunjukkan keseriusan mereka.
Jika Indonesia ingin tetap diperhitungkan sebagai kekuatan ekonomi di Asia Tenggara, pemerintah diminta memperkuat daya saing. "Hal itu dapat mempercepat reformasi struktural dan menegaskan posisinya sebagai mitra terpercaya dalam tatanan ekonomi global yang terus bergeser," ujarnya.
Untuk kelima kalinya, Indonesia didapuk menjadi Keketuaan ASEAN. Situasi dunia tahun ini yang belum kondusif tentu menjadi tantangan tersendiri dalam mengemban amanah tersebut. Persaingan kekuatan besar dunia yang meruncing mesti dikelola dengan baik agar konflik terbuka dan perang baru tidak muncul, terutama di Asia Tenggara.
Keketuaan Indonesia juga diharapkan menjadi pintu bagi ASEAN untuk berperan aktif dalam perdamaian dan kemakmuran di kawasan melalui masyarakat ekonomi ASEAN. Untuk itu, Indonesia hendak memperkuat pemulihan ekonomi dan menjadikan Asia Tenggara sebagai mesin pertumbuhan dunia yang berkelanjutan.
Simak selengkapnya di https://katadata.co.id/asean-summit-2023 untuk mengetahui setiap perkembangan dan berbagai infomasi lebih lengkap mengenai KTT Asean 2023.
#KatadataAseanSummit2023 #KalauBicaraPakaiData