Sempat Melejit, Harga Emas Antam Turun Rp 7.000 per Gram Hari Ini


Harga emas batangan Aneka Tambang atau Antam dibanderol Rp 1.819.000 per gram hari ini, Rabu (2/4). Penurunan tersebut terjadi jelang pengumuman tarif oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang sangat dinanti investor.
Berdasarkan laman logam mulia Antam, harga emas turun sebesar Rp 7.000. Sebelumnya harga Antam sempat menyentuh harga tertinggi atau all time high (ATH) yakni mencapai Rp 1.826.000 per gram Selasa (1/4) kemarin.
Adapun harga jual kembali atau buyback emas batangan Antam berada di harga Rp 1.671.000 per gram.
Berikut harga emas batangan Antam pada Rabu (2/4):
- Harga emas 0,5 gram: Rp 959.500
- Harga emas 1 gram: Rp 1.819.000
- Harga emas 2 gram: Rp 3.582.000
- Harga emas 3 gram: Rp 5.353.000
- Harga emas 5 gram: Rp 8.899.000
- Harga emas 10 gram: Rp 17.720.000
- Harga emas 25 gram: Rp 44.137.500
- Harga emas 50 gram: Rp 88.155.000
- Harga emas 100 gram: Rp 176.190.000
- Harga emas 250 gram: Rp 440.087.500
- Harga emas 500 gram: Rp 879.875.000
- Harga emas 1.000 gram: Rp 1.759.600.000
Seiring dengan turunnya harga emas Antam, harga emas spot turun pada hari Selasa (1/4) akibat aksi ambil untung, meskipun tetap berada dekat dengan level tertinggi historisnya. Penurunan ini terjadi jelang pengumuman tarif yang direncanakan oleh Presiden Donald Trump terhadap negara-negara dengan ketidakseimbangan perdagangan dengan AS.
Emas spot turun 0,3% menjadi US$ 3.113,43 per ounce pada pukul 13:46 WIB, setelah sebelumnya mencapai puncaknya di US$ 3.148,88 pada hari sebelumnya. Emas berjangka AS juga turun 0,1% menjadi US$3,146.
Wakil Presiden dan Ahli Strategi Logam Senior di Zaner Metals, Peter Grant, mengatakan bahwa aksi ambil untung tersebut tidak mengejutkan, mengingat pasar sudah cukup jenuh beli. Namun, ia menilai tidak ada perubahan signifikan pada faktor fundamental yang mendukung harga emas.
“Saya pikir tidak ada banyak perubahan pada faktor fundamental, ini adalah situasi yang wajar untuk emas," kata Peter, dikutip dari Reuters, Rabu (2/4).
Emas, yang dikenal sebagai pelindung nilai di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi, mencatatkan kinerja terbaiknya sejak 1986 pada penutupan kuartal Senin lalu. Harganya naik lebih dari US$ 3.100 per ounce, mencatatkan salah satu lonjakan terbesar dalam sejarah logam mulia.
Di samping itu, pasar dan konsumen saat ini tengah menunggu pengumuman lebih lanjut mengenai rencana tarif yang akan diumumkan oleh Presiden Trump pada hari ini. Menurut laporan Washington Post, beberapa pemerintah Gedung Putih disebut telah menyiapkan rencana tarif sekitar 20% untuk sebagian besar impor AS.
Goldman Sachs juga menaikkan kemungkinan resesi AS menjadi 35% dari 20% pada hari Senin dan memprediksi lebih banyak pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve. Emas batangan, yang tidak memberikan bunga, biasanya menguntungkan di lingkungan suku bunga rendah.
Di samping itu, Manajer Portofolio Senior di Sprott Asset Management, Ryan McIntyre, mengatakan bahwa salah satu alasan harga emas terus naik adalah meningkatnya kepemilikan emas melalui ETF fisik dan pembelian yang kuat oleh bank sentral.
"Kami terus melihat harga emas bergerak lebih tinggi," kata McIntyre.
Secara teknikal, indikator Relative Strength Index (RSI) emas kini berada di atas angka 70, yang menunjukkan bahwa emas mungkin sudah memasuki zona jenuh beli.