Bos Softbank Temui Jokowi Bahas Potensi Investasi di Ibu Kota Baru
Presiden Joko Widodo menerima kunjungan Presiden Softbank Masayoshi Son di Istana Negara pada Jumat (10/1). Dalam kunjungan tersebut, Masayoshi dan Jokowi membahas peluang investasi di ibu kota baru.
"Konsep kota pintar dengan teknologi terbaru, kota hijau, dan pengembangan artificial intelligence, itu kami tertarik mendukung," ujar Masayoshi di Istana Negara, Jumat (10/1).
Kendati demikian, ia mengaku belum memutuskan berapa investasi yang akan dikucurkan softbank pada proyek tersebut. Pada awal pertemuan dengan Jokowi, ia sempat menyinggung ibu kota Indonesia saat ini, Jakarta memiliki sejarah panjang dan cerita sukses, tetapi juga memiliki sejumlah permasalah.
Menanggapi Masayoshi, Presiden Jokowi menjelaskan populasi Jakarta saat ini mencapai sekitar 10 juta orang dengan luas lahan hanya 66 ribu hektar. Sementara di ibu kota baru, luas lahan yang akan dibangun mencapai 256 ribu hektar.
"Total cadangan lahan mencapai 410 ribu hektar, tetapi untuk tahap awal kami akan membangun 5.600 hektar," jelas Jokowi.
(Baca: Menteri Erick Thohir Panggil Enam Direksi BUMN Bahas Ibu Kota Baru)
Adapun untuk membangun ibu kota baru di Kalimantan Timur, pemerintah membutuhkan investasi mencapai Rp 446 triliun. Konstruksi ibu kota baru ditargetkan dapat dimulai pada tahun ini.
Selain membahas peluang investasi di ibu kota baru, diskusi antara Jokowi dan Softbank juga mencakup pengembangan mobil listrik. Dalam pertemuan tersebut, turut hadir CEO Grab Anthony Tan dan Presiden Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata
"Kami berkomitmen kepada kendaraan listrik seperti halnya bulan lalu kami baru merilis kendaraan baru," ujar Ridzki.
(Baca: SoftBank Kesulitan Dapat Pinjaman untuk Selamatkan WeWork)
Seperti diketahui, Softbank berinvestasi pada proyek mobil listrik yang dikembangkan Grab di Indonesia mencapai US$ 2 miliar. Adapun peluang bisnis yang dibahas di luar investasi tersebut.
Pada kuartal III 2019, Softbank mencatatkan kerugian mencapai US$ 6,5 miliar atau setara Rp 91 triliun. Kerugian tersebut merupakan yang pertama kalinya dalam 14 tahun.
Kerugian terjadi karena kinerja Vision Fund, yang merupakan bagian dari SoftBank, turun akibat investasi di Uber Technologies dan WeWork. SoftBank saat ini bahkan tengah mencari pinjaman US$ 3 miliar atau sekitar Rp 41,9 triliun untuk memberikan dana talangan (bailout) kepada WeWork senilai US$ 9,5 miliar.