Bertemu Erick Thohir, Sandiaga Beri Dukungan dan Bahas Masalah BUMN
Pengusaha dan Politisi Gerinda Sandiaga Uno bertemu dengan Menteri BUMN Erick Thohir membahas kelangsungan perusahaan pelat merah. Usai pertemuan, Sandi menyatakan dia mengunjungi sahabatnya untuk memberikan dukungan.
"Selain berdiskusi santai, saya juga memberikan support dan semangat, karena tugas untuk Bro Erick ini tidak mudah,"kata Sandi melalui akun Instagram, Kamis (6/2).
Sandi lebih lanjut menyatakan banyak yang perlu dibenahi, apalagi BUMN sebagai benteng perekonomian bangsa. "Butuh pengelolaan yang baik karena ini menyangkut kemaslahatan seluruh rakyat Indonesia," ujar dia.
Sementara itu Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga menilai kedatangan Sandi wajar lantaran Erick membuka ruang bagi tokoh-tokoh ataupun masyarakat untuk memberi saran dan masukan demi memperbaiki kinerja BUMN.
"Banyak yang harus diperbaiki, seringkali membuat perhatian banyak pihak. Oleh karena itu, Erick memberikan ruang besar kepada tokoh publik," kata Arya.
(Baca: Sandiaga Uno Buka Peluang Tambah Kepemilikan Saham di Saratoga)
Sandi juga dinilai memiliki kecintaan terhadap negara dan bisnis, ini sejalan dengan tugas Erick sebagai Menteri BUMN. Apalagi, keduanya merupakan teman akrab sejak dulu.
Adapun hal yang dibahas dalam pertemuan Sandi dan Erick mencakup pembentukan beberapa induk usaha, penanganan gagal bayar PT Asuransi Jiwasraya, hingga restrukturisasi PT Krakatau Steel.
Erick juga disebut sangat fokus pada rencana memperkuat ketahanan kesehatan, ketahanan energi, dan ketahanan pangan sehingga perlu adanya dukungan dari berbagai pihak.
(Baca: Dukung Anies, Sandiaga: Monas Harus Terus Menerus Direvitalisasi)
"Terkait health security, energy security, food security, itu juga jadi perhatian mereka berdua," ujarnya.
Berdasarkan catatan Katadata.co.id pada 2018, belasan BUMN masih mengalami kerugian. Kerugian terbesar dicatatkan oleh Jiwasraya sebesar Rp 15,8 triliun, disusul Krakatau Steel Rp 1,08 triliun. Perum Bulog Rp 923,23 miliar, dan PT Dirgantara Indonesia Rp 549 miliar.