Rencana Prabowo Beli 50 Boeing 777 untuk Garuda Disorot, Pesawat Dinilai Jadul


Rencana pemerintah membeli 50 pesawat Boeing dari Amerika Serikat untuk mengencangkan armada Indonesia PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) menjadi sorotan. Pembelian pesawat baru merupakan bagian dari kesepakatan dagang dengan pemerintah Amerika Serikat.
Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin memandang, jika jenis pesawat yang dibeli adalah jenis Boeing 777 maka pemerintah perlu melakukan peninjauan ulang mengenai kebutuhan Garuda Indonesia. Menurut dia, pesawat tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan maskapai pelat merah Tanah Air itu dan sudah ketinggalan zaman atau jadul.
“Boeing 777 termasuk ketinggalan zaman. Jauh dibanding adiknya 787,” kata Wijayanto ketika dihubungi Katadata.co.id pada Kamis (17/7).
Menurut Wijayanto, pesawat Boeing dengan jenis 737 atau 787 lebih sesuai dengan kebutuhan Garuda untuk ekspansi sesuai target dan kondisi geografis. Di samping itu, dia mengatakan Garuda Indonesia perlu dilibatkan dalam negosiasi mengenai jenis pesawat yang akan dibeli dari Boeing Amerika Serikat.
“Jika salah strategi, keuangan mereka yang sudah merah akan semakin parah,” ujar Wijayanto.
Ia menyatakan pemerintah perlu berhati-hati dalam menyepakati detail komitmen, apalagi yang legal binding. Wijayanto menyebut, jangan sampai pemerintah mengeluarkan banyak dana untuk sesuatu yang tidak benar-benar diperlukan.
"Jenis 737 saya rasa lebih pas untuk Garuda yang fokus pada penerbangan domestik dan regional,” ujarnya lagi.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menyetujui rencana pembelian 50 pesawat Boeing agar tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) dapat diturunkan menjadi 19%. Prabowo menilai syarat tersebut sejalan dengan upaya pemerintah untuk memperkuat maskapai milik negara Garuda Indonesia.
“Memang kita perlu untuk membesarkan Garuda. Garuda adalah kebanggaan kita,” kata Prabowo di Pangkalan Angkatan Udara (Lanud) TNI AU Halim Perdanakusuma Jakarta pada Rabu (16/7).
Ia memandang hal ini sebagai pertemuan dua kepentingan yakni mendukung Garuda untuk memperkuat armada sekaligus menjadi instrumen negosiasi penurunan tarif resiprokal.
Jenis Pesawat Masih Diperbincangkan
Corporate Secretary Group Head Cahyadi Indrananto mengatakan, komunikasi dan penjajakan transaksi antara Garuda Indonesia dengan Boeing telah terjadi sejak beberapa waktu terakhir. Cahyadi menyebut, proses komunikasi antara keduanya secara rutin dilaporkan kepada pemerintah, termasuk dengan Kementerian Ekonomi selaku pemimpin proses perundingan tarif dengan Amerika Serikat.
Menurut Cahyadi, negosiasi tersebut merupakan bagian dari strategi jangka panjang GIAA. Perusahaan berencana menambah armada menjadi sekitar 120 pesawat dan jaringan hingga 100 rute dalam 5 tahun ke depan.
“Jadi secara umum kesepakatan kedua presiden itu adalah kabar baik bagi Garuda Indonesia, karena hal ini sejalan dengan strategi tersebut,” kata Cahyadi ketika dihubungi Katadata.co.id pada Kamis (17/7).
Cahyadi menilai, kesepakatan antara Prabowo dan Trump akan semakin mengintensifkan komunikasi untuk membahas detail kebutuhan armadanya. Termasuk tentang jenis dan jumlah pesawat yang mampu disediakan Boeing, waktu delivery, komponen biaya, teknis pengadaan dan hal lainnya.
“Garuda juga terus mengomunikasikan kebutuhan kami,” kata dia.
Lebih lanjut, dia menyatakan saat ini kebutuhan armada Garuda meliputi berbagai jenis pesawat. Perusahaan menargetkan 100 lebih rute yang akan ditambah tersebut merupakan rute domestik dan rute internasional sehingga memerlukan pesawat dengan variasi yang beragam.
“Sehingga Garuda Indonesia perlu baik wide maupun narrow-body,” ujarnya.
Mengenai kabar pesawat yang dibeli merupakan tipe Boeing 777, Cahyadi menyampaikan bahwa saat ini, jenis dan tipe pesawat masih masih menjadi salah satu poin yang terus didiskusikan dengan pihak Boeing. Penjajakan juga berkaitan dengan mempertimbangkan kesiapan Boeing untuk menyediakan tipe pesawat tersebut.
“Namun secara umum, seluruh tipe pesawat Boeing khususnya seri yang terbaru sudah memiliki tingkat keamanan dan efisiensi yang sangat baik,” kata dia lagi.
Sebelumnya, Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani sudah mengungkapkan rencana tersebut. “Kita masih penjajakan untuk kemungkinan pembelian pesawat Boeing, antara 50 sampai 75 unit,” kata Wamildan saat ditemui usai rapat di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kamis (4/7).
Wamildan belum merinci waktu pasti realisasi pembelian tersebut, namun ia menyebut kemungkinan besar Garuda Indonesia akan memilih tipe Boeing Max, seperti seri 737 Max dan 787. “Masih dalam pembicaran, ada opsi 737 Max, 787, ada Max 8, ada baseline,” ujarnya.