Rojali dan Rohana Tanda Ekonomi Tertekan, Ekonom Minta Pemerintah Intervensi

Muhammad Almer Sidqi
26 Juli 2025, 12:20
Ilustrasi, Istilah Rohana dan Rojali
Freepik
Ilustrasi belanja
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Fenomena "rojali" (rombongan jarang beli) dan "rohana" (rombongan hanya nanya) yang ramai dibincangkan belakangan ini dinilai mencerminkan kondisi keuangan masyarakat yang sedang tertekan.

Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal, menyebut penyebab utama tren ini adalah melemahnya daya beli. Ia menyoroti menurunnya tingkat tabungan, lesunya penjualan ritel pada kuartal kedua, serta meningkatnya jumlah pinjaman, terutama melalui platform pinjaman daring.

“Ini menunjukkan bahwa kemampuan keuangan banyak orang sebenarnya terbatas,” ujar Faisal, dikutip dari Antara, Jumat (25/7).

Senada dengan itu, Direktur Eksekutif Indef, Esther Sri Astuti, menambahkan peningkatan jumlah PHK di sejumlah industri turut memperburuk konsumsi masyarakat. Ditambah dengan kenaikan harga bahan pokok, masyarakat semakin menahan pengeluaran.

Untuk diketahui, Kementerian Ketenagakerjaan mencatat ada 42.385 pekerja yang kena PHK sepanjang Januari-Juni 2025. Dibanding periode yang sama tahun lalu, jumlah PHK tahun ini naik sekitar 10 ribu. 

Untuk mengatasi situasi ini, baik Faisal maupun Esther menilai perlu ada intervensi pemerintah untuk mendongkrak daya beli melalui solusi yang berdampak luas dan berkelanjutan.

“Penciptaan lapangan pekerjaan dengan meningkatkan investasi yang bersifat padat karya. Kemudian melonggarkan dan mendorong wirausaha agar mereka yang terkena PHK bisa menciptakan lapangan kerja sendiri,” kata Esther.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Budi Santoso menyatakan perilaku pengunjung pusat perbelanjaan yang hanya melihat-lihat tanpa membeli bukan hal baru. Ia menilai masyarakat bebas memilih berbelanja secara daring atau langsung, termasuk menilai barang sebelum memutuskan membeli.

Sementara itu, Ketua Umum APPBI Alphonzus Widjaja mengatakan fenomena ini akan mereda bila daya beli masyarakat membaik, antara lain melalui kebijakan atau insentif yang tepat dari pemerintah.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Antara

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...