Harga Emas Terdongkrak Isu Pemecatan Powell dan Sentimen Geopolitik


Harga emas di pasar spot naik 1% ke level US$ 3.354 atau Rp 54,74 juta per ounce, pada perdagangan Rabu (16/7), setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebut dia ingin memecat Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) Jerome Powell. Konflik geopolitik di Timur Tengah juga diperkirakan bakal mendorong aset safe haven ini menuju siklus kenaikan (bullish) berikutnya.
Harga emas berjangka di AS juga naik 0,7% ke level US$ 3.359 (Rp 54,83 juta) per ounce.
"Berita utama yang menunjukkan Trump sedang mempertimbangkan untuk memecat Powell mendorong harga emas lebih tinggi. Namun, Trump kemudian mengklarifikasi hal itu sangat tidak mungkin. Pasar emas terombang-ambing oleh maju mundurnya berita tersebut," kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities, seperti dikutip Reuters.
Harga emas (XAU/USD) di pasar Asia dimulai dengan kenaikan minimal setelah The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25%-4,5%. Di sisi lain, komentar Trump tentang kemungkinan pertemuannya dengan pejabat setempat untuk membahas konflik Israel-Iran sempat memicu penurunan harga emas ke level terendah mingguan pada US$ 3.362 (Rp 54,87 juta) per ounce sebelum naik kembali (rebound) 0,19% dan menetap di level US$ 3.375 (Rp 55,09 juta) per ounce.
Menurut analis dari Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, sejumlah indikator menunjukkan tren bearish (penurunan) pada harga emas (XAU/USD) masih kuat. Formasi candlestick harian menampilkan rentetan lower high dan lower low, sementara indikator Moving Average mengarahkan garisnya ke bawah, menandakan tekanan jual yang konsisten.
“Jika tekanan bearish berlanjut, XAU/USD berpotensi turun ke level US$ 3.342 (Rp 54,54 juta) dan membuka ruang koreksi lebih dalam. Sebaliknya, jika harga berhasil rebound, resistance terdekat terletak di US$ 3.398 (Rp 55,46 juta)," kata Andy, di Jakarta, Kamis (17/7).
Keputusan The Fed untuk menahan suku bunga sekaligus memberikan sinyal bahwa laju pemangkasan akan lebih lambat dari ekspektasi pasar menjadi sentimen kunci kedua. Dalam konferensi pers pasca-rapat FOMC, Jerome Powell mengingatkan risiko inflasi tetap signifikan dalam beberapa bulan ke depan. Namun, potensi pemangkasan Fed Rate sebesar 50 basis poin masih diantisipasi pada akhir tahun.
Faktor Geopolitik Mendorong Permintaan Emas
Faktor geopolitik juga terus memengaruhi sentimen safe-haven. Meskipun ketegangan antara Israel dan Iran belum meluas di Selat Hormuz, pernyataan Donald Trump yang memperingatkan eskalasi lebih lanjut tetap memicu gelombang pembelian kecil pada emas.
Para investor kini mencermati laporan diplomasi yang menyebut Iran meminta negara-negara Teluk untuk mendesak Trump agar menekan Israel mencapai gencatan senjata. Hal ini menjaga permintaan emas sebagai instrumen lindung nilai, meskipun reaksi pasar tidak setajam lonjakan harga pada puncak krisis di masa lalu.
Serangan Israel ke Damaskus, ibu kota Suriah, turut menambah ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan memicu permintaan terhadap emas.
Secara keseluruhan, pergerakan harga emas (XAU/USD) hari ini berada di persimpangan antara kebijakan moneter The Fed dan dinamika geopolitik Timur Tengah. Andy menyarankan agar trader dan investor menerapkan manajemen risiko yang ketat, memasang stop loss, serta memantau perkembangan data inflasi AS dan pernyataan pejabat Fed.
Di tengah volatilitas yang relatif terkendali, perhatian ekstra perlu diberikan yang akan menjadi penentu apakah harga emas akan kembali bergerak naik atau melanjutkan tren penurunannya.