Laba HSBC Anjlok 48% pada Kuartal I 2020 akibat Pandemi Corona
Bank global yang bermarkas di Inggris, HSBC mencatatkan laba bersih sebelum pajak pada kuartal pertama tahun ini anjlok 48% menjadi US$ 3,23 miliar. Penurunan laba ini antara lain disebabkan penyisihan biaya pencadangan atas kerugian pinjaman yang lebih besar akibat pandemi virus corona.
Pencapaian laba bersih tersebut di bawah perkiraan analis sebesar US$ 3,67 miliar. Sementara total pendapatan bank turun 5,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi US$ 13,69 miliar.
HSBC meningkatkan biaya penurunan kualitas kredit dari perkiraan awal US$ 2,4 miliar menjadi US$ 3 miliar. Ini terutama disebabkan dampak Covid-19 dan melemahnya harga minyak.
Adapun paparan kredit macet yang cukup signifikan antara lain datang dari perusahaan yang berbasis di Singapura.
HSBC tak menyebutkan nama perusahaan Singapura tetapi bank tersebut dilaporkan menjadi salah satu pemberi pinjaman pedagang minyak Hin Leong. Masalah keuangan perusahaan terungkap ketika mengajukan permohonan restrukturisasi ke pengadilan, setelah jatuhnya harga minyak baru-baru ini menurut laporan Reuters.
(Baca: Selain HSBC, Beberapa Bank Multinasional juga PHK Karyawan)
Margin bunga bersih HCBC turun dari 1,59% pada tahun lalu menjadi 1,54%. Namun, biaya operasional juga berhasil turun 4,5% dari menjadi U$ 7,85 miliar.
Sementara laba per saham dasar adalah 9 sen, lebih rendah dari kuartal pertama 2019 sebesar 21 sen. Harga saham HSBC di Hong Kong tak bergerak setelah rilis laporan keuangan.
Kepala Eksekutif HSBC Noel Quinn mengaitkan kinerja keuangan bank dengan dampak ekonomi dari pandemi coronavirus. Bank yang berkantor pusat di London ini memperoleh sebagian besar pendapatannya dari Asia, terutama Tiongkok yang menjadi awal mula penyebaran virus corona.
"Prospek ekonomi dunia pada 2020 telah memburuk secara substansial dalam dua bulan terakhir," kata dia dalam sebuah pernyataan yang menyertai rilis hasil keuangannya.
(Baca: Gelombang Besar PHK Imbas Corona Menerpa Indonesia)
Ia memperingatkan bahwa lebih banyak kredit macet mungkin muncul dan suku bunga yang lebih rendah secara global akan mempengaruhi margin bank.
Untuk memitigasi potensi penurunan pendapatan tahun ini, HSBC mengatakan pihaknya berencana untuk memotong biaya operasional, yang diharapkan akan menghasilkan profitabilitas. Namun, profitabilitas pada tahun ini tersebut masih tetap akan lebih rendah dibanding 2019.
Bank juga mengatakan telah mendorong kembali sebagian dari rencana restrukturisasi yang diumumkan pada bulan Februari. Langkah ini akan menyebabkan lebih sedikit pemutusan hubungan kerja karyawan dibandingkan prediksi sebelumnya.