Genggaman Erat Saham Belasan Lot Pemuja CDIA: Hold hingga Jadi Konglomerat

Nur Hana Putri Nabila
30 Juli 2025, 12:02
saham CDIA, CDIA, ritel
ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/nz
Ilustrasi. Harga saham CDIA anjlok 6,56% ke level Rp 1.710 pada perdagangan sesi I hari ini.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Harga saham PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) anjlok 5,74% pada pembukaan perdagangan hari ini, Rabu (30/7). Meski demikian, sejumlah investor ritel justru menganggapnya kesempatan untuk masuk atau menambah saham emiten milik konglomerat RI Prajogo Pangestu ini.

Harga saham CDIA merosot usai terus menembus batas harga maksimal perdagangan harian atau auto reject atas (ARA) selama berhari-hari sejak melantai di BEI, hingga sempat naik lebih dari 800%. Pada hari-hari sebelumnya, banyak investor yang mengeluh sulit untuk membeli saham CDIA.

Namun saat dibuka hari ini pukul 10.00 WIB, harga saham CDIA merosot ke harga Rp 1.725 per lembar saham. Volume yang diperdagangkan tercatat 31,53 juta dengan nilai transaksi Rp 54,39 miliar, sedangkan kapitalisasi pasarnya turun menjadi Rp 215,33 triliun.

CDIA masuk dalam papan pemantauan khusus dan diperdagangkan dengan skema full call auction (FCA). FCA merupakan suatu mekanisme perdagangan saham yang order beli dan jual akan dikumpulkan selama periode tertentu, kemudian dieksekusi secara bersamaan pada satu harga yang ditentukan.

Harga ini didasarkan pada titik keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Hal ini membuat harga pembukaan perdagangan CDIA baru tercatat pukul 10.00 WIB, 

Pada perdagangan Selasa (29/7) kemarin, harga saham CDIA juga tak lagi melesat seperti hari-hari sebelumnya dan ditutup stagnan di level Rp 1.830. Investor aktif melakukan transaksi jual dan beli, tak seperti hari-hari sebelumnya saat investor sulit membeli saham CDIA. 

Adapun kehadiran Chandra Daya di BEI menambah deretan gurita bisnis Prajogo yang berstatus terbuka (Tbk).  Pengusaha yang juga dikenal sebagai salah satu konglomerat Tanah Air atau 'Naga' memiliki sejumlah emiten di bawah Barito Group, yakni PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), PT Petrosea Tbk (PTRO) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN). Ada pula PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang bergerak di bidang pengembangan energi baru dan terbarukan.  

CDIA mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscription) hingga 563,64 kali dengan total partisipasi 400.126 investor sepanjang masa penawaran IPO 9 Juli 2025 lalu. 

Pemuja Garis Keras Saham CDIA 

Meskipun harganya rontok, saham 'bayi naga' ini masih tetap digenggam erat oleh para investor ritel pemuja garis kerasnya. Para investor tetap optimistis terhadap prospek jangka panjangnya dan melihat koreksi harga justru merupakan peluang untuk memborong, bukan sinyal untuk jual.

Sejak IPO, CDIA menjadi salah satu trending percakapan di layanan stream Stokcbit. Banyak investor ritel yang memiliki saham CDIA meski hanya menggenggam belasan lot hasil perolehan saat IPO dan banyak yag minat masuk lantara keuntungan yang sudah ratusan persen.

Penuruna harga saham CDIA pun disikapi beragam. Sebagian memilih untuk merealisasikan untung dengan menjual sahamnya, tapi tak sedikit yang melihatnya sebagai kesempatan untuk mengoleksi lebih banyak.

Salah satu investor ritel, Seana Imam Pambudi (25) masih meyakini prospek pertumbuhan CDIA ke depan meski harga sahamnya kini tengah merosot. Menurutnya, fokus bisnis CDIA yang bergerak di sektor investasi infrastruktur ini menjanjikan dalam jangka panjang. Apalagi, baru-baru ini CDIA telah menambah dua kapal tanker kimia sebagai bagian dari ekspansi bisnisnya.

Seana yang sehari-hari bekerja di industri perbankan ini bahkan memprediksi perjalanan CDIA dapat seperti PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN). Harga saham CUAN telah terbang hingga 5.807% sejak melantai di BEI.

“Mungkin bisa lebih (kenaikan harga saham CDIA) karena hype,” ucap Seana kepada Katadata.co.id, Rabu (30/7). 

Ia pun menegaskan tidak berencana untuk menjual saham CDIA dalam waktu dekat. Ia justru telah menyiapkan dana tambahan sebesar Rp 150 juta untuk menambah kepemilikan saham tersebut dalam jangka panjang. Optimisnya didorong oleh beberapa faktor, mulai dari sosok Prajogo Pangestu yang berada di balik CDIA, peran underwriter, hingga potensi pertumbuhan bisnis yang dinilai masih sangat menjanjikan.

Seana sebelumnya mendapatkan jatah 12 lot saham senilai Rp 228 ribu meski memesan 100 lot saham senilai Rp 1,9 juta. Dana yang sudah dia masukkan pun dikembalikan Rp 1.672.000. 

 "Dapat 12 lot, patut disyukuri penjatahan ritel mendapatkan porsi yang melebihi ekspetasi," ujar Seana.

Selain Seana, investor pemuja CDIA lainnya, Puspa (28), juga memilih untuk tetap mempertahankan saham CDIA di portofolionya. Ia menyebut ada dua alasan utama yang membuatnya masih yakin dengan emiten tersebut. 

Pertama, CDIA merupakan salah satu entitas milik Prajogo Pangestu yang dikenal memiliki rekam jejak harga saham yang bisa melonjak hingga ratusan persen. Kedua, dari sisi fundamental, Puspa menilai kondisi keuangan CDIA terbilang sehat, dengan alokasi dana IPO yang jelas untuk ekspansi bisnis.

Tak tanggung-tanggung, Puspa berharap bayi naga CDIA ini bisa masuk ke dalam indeks bergengsi Morgan Stanley Capital International atau MSCI.

“Cuma kalau harapannya sih bisa nyusul emiten Pak Prajogo lainnya ya, biar market cap-nya gede dan masuk MSCI juga,” ucap Puspa kepada Katadata.co.id, Rabu (30/7). 

Investor lainnya, Raisyah (30) bahkan memanfaatkan momentum anjloknya CDIA. Ia menambah muatan sebanyak 48 lot saham di anak usaha PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) itu.

“Beli sedikit mumpung harganya masih di bawah Rp 2.000,” kata Raisyah kepada Katadata.co.id.

Ia optimistis harga saham CDIA akan naik signifikan dalam jangka panjang. Apalagi, kata Raisyah, CDIA saat ini belum menggunakan penuh dana hasil IPO.

Selain itu, menurut Raisyah, CDIA dalam prospektusnya menjanjikan dividen sebanyak 40% dari laba bersih tahun berjalan perusahaan usai menggelar penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

"Hold hingga jadi konglomerat," canda Raisyah. 

 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...