Bukalapak (BUKA) Cetak Laba Rp 464 M pada Semester I, Dana IPO Masih Ada Rp 9 T


PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) meraup laba mencapai Rp 464,45 miliar pada semester pertama tahun ini, berbalik dibandingkan semester I 2024 yang mencatatkan rugi hingga mencapai Rp 751,9 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan Rabu (30/7), pendapatan Bukalapak naik 28% dari Rp 2,41 triliun pada paruh pertama tahun lalu menjadi Rp 3,08 triliun pada Januari–Juni 2025. Pendapatan BUKA, terutama berasal dari gaming yang mencapai Rp 2,46 triliun.
Selain itu, pendapatan dari online to offline menyumbang Rp 439,90 miliar, ritel Rp 160,74 miliar, dan investasi Rp 25,27 miliar sepanjang semester pertama 2025.
D i sisi lain, beban pokok pendapatan hingga Juni 2025 ini tercatat mencapai Rp 2,83 triliun. Perusahaan juga mencatatkan beban penjualan dan pemasaran Rp 100,53 miliar, dan beban umum dan administrasi Rp 305,93 miliar. Alhasil, laba usaha perusahaan sebesar Rp 58,18 miliar hingga semester pertama 2025.
Dari sisi neraca, total aset Bukalapak sebesar Rp 24,07 triliun. Kemudian total liabilitasnya sebesar Rp 717,56 miliar dan ekuitasnya sebesar Rp 23,35 triliun.
Dana IPO Masih Mengendap Rp 9,3 Triliun
Adapun BUKA masih mengantongi dana hasil IPO sebesar Rp 9,33 triliun per Desember 2024. Lantas untuk apa dana tersebut?
Merespons hal itu, Direktur Bukalapak, Victor Putra Lesmana mengatakan dana hasil IPO perusahaan dialokasikan untuk mendukung pengembangan bisnis, baik secara organik maupun anorganik.
“Jadi kami memang harus berinvestasi apalagi dari sisi product development dan misalnya ada peluang-peluang di luar sana yang memang menarik untuk kami ambil,” ujar kata Victor kepada Katadata.co.id, Rabu (30/7).
Sementara itu, menurut dia, menyebut dana yang saat ini belum digunakan ditempatkan di instrumen keuangan yang dinilai aman dan likuid, yakni deposito di bank-bank dengan kualitas keuangan yang solid dan obligasi negara dengan risiko rendah.
“Jadi kami enggak ada obligasi korporasi sama sekali, semuanya obligasi negara Indonesia,” kata Victor.
Victor menyebut Bukalapak, juga mempertimbangkan untuk mendukung kebijakan pemerintah dengan menempatkan dana pada instrumen pasar uang (money market) sepanjang instrumen tersebut tetap likuid dan mudah dicairkan.
Menurutnya, selain faktor keamanan dan likuiditas, perusahaan juga tetap mempertimbangkan imbal hasil (yield) yang reasonable, agar dana tetap produktif dan mendukung arus kas (cash flow) ke depan.