Adu Kinerja BUMN Karya Semester I di Tengah Kabar Merger, PTPP, WIKA hingga ADHI

Karunia Putri
30 Juli 2025, 06:50
BUMN
ANTARA FOTO/Fauzan/YU
Suasana proyek pembangunan Jalan Tol Harbour Road II Ancol Timur-Pluit di Ancol, Jakarta, Selasa (29/7/2025).
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Sejumlah emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya telah melaporkan kinerja keuangan semester pertama tahun 2025. Di antaranya adalah perusahaan sektor konstruksi seperti PT PP Tbk (PTPP), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI). Laporan kinerja tersebut terbit disela-sela kabar mengenai penggabungan usaha atau merger antar BUMN Karya. 

PT PP menorehkan penurunan laba sebesar 55,61% selama semester pertama. Sementara perusahaan yang dikabarkan akan bergabung bersamanya, WIKA mencatatkan rugi sebelum pajak sebesar Rp 1,66 triliun selama periode Januari hingga Juni 2025. 

Adapun WSKT, meski masih mencatatkan rugi, namun kerugian tersebut turun tipis 0,4% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara ADHI mencetak laba bersih sebesar Rp 7,54 miliar selama semester I 2025.

Lantas bagaimana kinerja perusahaan di bawah holding Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) tersebut?

Kinerja PT PP Tbk (PTPP)

Laba bersih PT PP Tbk (PTPP) pada paruh pertama tahun ini terkoreksi sebesar 55,61% menjadi Rp 65,24 miliar dari Rp 147 miliar pada periode yang sama tahun 2024. Penurunan laba sejalan dengan berkurangnya pendapatan usaha perseroan sebesar 23,77% menjadi Rp 6,70 triliun dari Rp 8,79 triliun secara tahunan atau year on year (yoy). 

Pendapatan usaha PT PP berasal dari bisnis jasa konstruksi sebesar Rp 5,52 triliun, dan pendapatan properti dan realty sebesar Rp 486,16 miliar. Selanjutnya pendapatan keuangan atas konstruksi aset keuangan sebesar Rp 163,52 miliar dan usaha persewaan peralatan sebesar Rp 27,17 miliar.

Kemudian ada usaha pracetak sebesar Rp 8,99 miliar, dan energi sebesar Rp 28,85 miliar. Pendapatan lain berasal dari jalan tol sebesar Rp 33,87 miliar dan jasa pertambangan sebesar Rp 106,73 miliar.

Seiring dengan penurunan pendapatan, beban pokok penjualan juga berkurang menjadi Rp 5,78 triliun dari Rp 7,75 triliun secara yoy. 

Rapor PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)

Emiten pelat merah PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) mencatatkan rugi pada semester pertama tahun 2025 sebesar Rp 1,66 triliun. Nilai ini berbalik posisi dari laba pada semester pertama tahun 2024 sebesar Rp 401,95 miliar. 

Catatan rugi tersebut berasal dari koreksi pendapatan WIKA sebesar 22,31% menjadi Rp 5,85 triliun dari Rp 7,53 triliun secara yoy. Penurunan pendapatan berasal dari turunnya pendapatan di seluruh bisnis perseroan. 

Bisnis infrastruktur dan gedung turun 32,36% menjadi Rp 2,34 triliun dari Rp 3,46 triliun secara yoy, industri turun 29,69% menjadi Rp 1,61 triliun dari Rp 2,29 triliun. Selanjutnya lini energi dan industrial plant naik 27,5% menjadi Rp 1,53 triliun dari Rp 1,20 triliun dan pendapatan bisnis hotel turun 73,16% menjadi Rp 112,97 miliar dari Rp 421,01 miliar.

Lalu bisnis realty dan properti turun menjadi Rp 144,52 miliar dari Rp 72,53 miliar serta investasi turun menjadi Rp 112,77 miliar dari Rp 75,57 miliar. Di tengah penurunan pendapatan tersebut, perseroan juga menekan beban pokok pendapatan sebesar 36,8% dari Rp 6,88 triliun menjadi Rp 5,38 triliun.

Kinerja PT Waskita Karya Tbk (WSKT)

PT Waskita Karya Tbk (WSKT) mencatatkan rugi bersih pada semester pertama tahun 2025 sebesar Rp 2,14 triliun. Rugi tersebut turun tipis 0,4% dibanding periode sebelumnya Rp 2,15 triliun pada semester pertama tahun sebelumnya.  

Merujuk laporan keuangan yang diterbitkan perseroan, emiten yang berada di bawah Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) ini mencatatkan pendapatan usaha selama semester pertama anjlok sebesar 30% menjadi Rp 3,1 triliun dari Rp 4,4 triliun secara yoy. Sementara itu, perseroan menekan beban pokok pendapatan sebesar 36,8% dari Rp 3,8 triliun menjadi Rp 2,4 triliun.

Lebih lanjut, bisnis jasa konstruksi turun 32% menjadi Rp 2,1 triliun dari Rp 3,1 triliun secara yoy, penjualan precast turun 49% menjadi Rp 308 miliar dari Rp 610 miliar, pendapatan jalan tol naik 2,8% menjadi Rp 579 miliar dari Rp 563 miliar dan pendapatan properti turun 63,6% menjadi Rp 32,43 miliar dari Rp 89,18 miliar secara yoy. 

Kemudian, penjualan infrastruktur lainnya turun 37% menjadi Rp 18,51 miliar menjadi Rp 29,54 miliar, pendapatan hotel turun 8% menjadi Rp 44 miliar dari Rp 48,9 miliar serta sewa gedung dan peralatan turun 16% Rp 5,6 miliar dari 6,7 miliar secara yoy.

Kinerja PT Adhi Karya Tbk (ADHI)

Emiten konstruksi milik negara PT Adhi Karya Tbk mencatatkan penurunan kinerja sepanjang paruh pertama tahun 2025. Emiten dengan kode saham ADHI ini mencetak laba bersih sebesar Rp 7,54 miliar hingga 30 Juni 2025, turun 45,24% dari Rp 13,77 miliar selama semester pertama 2024. 

Sejalan dengan penurunan laba perusahaan, pendapatan usaha ADHI menurun sebesar 32,89% menjadi Rp 3,81 triliun dari Rp 5,68 triliun secara tahunan. Pendapatan ADHI selama enam bulan pertama tahun 2025 diperoleh dari bisnis teknik dan konstruksi sebesar Rp 3,11 triliun, bisnis properti dan pelayanan sebesar Rp 176,55 miliar, bisnis manufaktur sebesar Rp 383,26 miliar dan bisnis investasi dan konsesi sebesar Rp 136,14 miliar. 

Dengan penyusutan pendapatan, ADHI menekan beban pokok pendapatan menjadi Rp 3,23 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 5,15 triliun.

Emiten BUMN KaryaLaba/Rugi H1/25Laba/Rugi H1/24Naik atau Turun (yoy)
PT PP Tbk (PTPP)Rp 65,24 miliarRp 147 miliarKoreksi 55,61%
PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)(Rp 1,66 triliun)Rp 401,95 miliarKoreksi 514,71%
PT Waskita Karya Tbk (WSKT)(Rp 2,14 triliun)(Rp 2,15 triliun)Naik 0,4%
PT Adhi Karya Tbk (ADHI)Rp 7,54 miliarRp 13,77 miliarKoreksi 45,24%

Kabar Merger BUMN Karya

Sebelumnya, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara Indonesia menjelaskan nasib penggabungan usaha perusahaan konstruksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya. Rencana ini akan membuat sejumlah BUMN Karya terbagi menjadi tiga entitas utama yang fokus sebagai kontraktor.  

Chief Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria, menyampaikan salah satu langkah yang pasti dilakukan adalah pengurangan jumlah BUMN Karya yang saat ini terlalu banyak.

Rencana tersebut sudah dibahas dalam rapat dengar pendapat (RDP) dan dikonsultasikan dengan masing-masing perusahaan. Ia menyebut kedepannya pemerintah menargetkan hanya akan ada sekitar tiga BUMN Karya yang kuat dan fokus menjalankan bisnis sebagai kontraktor murni. 

“Jadi anak-anak perusahaan yang tidak menjadi kontraktornya, yang selama ini menjadi beberapa yang beberapa menjadi sumber permasalahan ini akan kami kelompokkan,” kata Dony ketika ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (23/7).

Saat ditanya mengenai prioritas, Dony menegaskan seluruh agenda tersebut menjadi fokus dalam enam bulan ke depan sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2025. 

“Setiap proses itu semua dilakukan secara paralel, tergantung daripada skala masalah yang ada BUMN untuk masing-masing,” tambah Dony.

Sebelumnya, pemerintah mengumumkan bakal membentuk tiga holding BUMN Karya. Dalam skema tersebut, PT Wijaya Karya Tbk akan digabungkan dengan PT PP Tbk, sementara PT Adhi Karya Tbk akan menjadi induk bagi Brantas Abipraya dan Nindya Karya. Adapun PT Waskita Karya Tbk bakal dilebur ke PT Hutama Karya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...