Penjualan Naik 24%, Phapros (PEHA) Akhirnya Cetak Laba Usai Rugi Puluhan Miliar

Karunia Putri
29 Juli 2025, 17:54
phapros, peha
Dok. Phapros
Ilustrasi.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Emiten holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Farmasi PT Phapros Tbk (PEHA) mencatatkan pertumbuhan penjualan sebesar 24,5%  menjadi Rp 458,22 miliar pada semester pertama tahun 2025. Kenaikan pendapatan ini mampu membuat PEHA mampu membukukan laba Rp 2,3 miliar usai rugi Rp 49,46 miliar.

Pelaksana Tugas Direktur Utama Phapros Ida Rahmi Kurniasih mengatakan, pertumbuhan penjualan tersebut ditopang dari dua segmen produk yaitu, 81% dari segmen obat bebas atau over the counter (OTC) sebesar Rp 93 miliar dan 79% dari segmen obat resep bermerek (etikal branded) dengan total penjualan sebesar Rp 112 miliar.

“Kontribusi terbesar untuk pertumbuhan penjualan obat resep bermerek disumbangkan oleh segmen pasar modern outlet serta rumah sakit yang tumbuh diatas 30%, sedangkan untuk segmen obat jual bebas, didukung oleh segmen retail dan tender” kata Ida dalam keterangan resmi dikutip, Selasa (29/7).

Lebih lanjut, Ida mengatakan, pertumbuhan tersebut tercapai berkat beberapa strategi yang dilakukan oleh perseroan. Diantaranya adalah penguatan kerja sama dengan distributor, penataan portofolio produk, disiplin eksekusi, launching produk baru dan efisiensi biaya. Dia juga optimis akan mencapai target pertumbuhan jualan dua digit hingga akhir tahun ini.

“Hal ini juga menjadi bukti adanya upaya perbaikan kinerja fundamental Perseroan serta penguatan sinergi sebagai Member of Biofarma,” ujarnya. 

Strategi lainnya yang digunakan perseroan adalah cost restructuring. Lewat taktik ini, perseroan  mampu menekan harga pokok produksi (HPP) hingga pertumbuhannya linier dengan pertumbuhan penjualan dan menunjukkan efisiensi. 

Seiring dengan kenaikan penjualan, beban pokok penjualan turut membengkak menjadi Rp 238,46 miliar dari Rp 205,31 miliar secara tahunan. Kendati demikian, beban usaha selama periode Januari hingga Juni 2025 mencapai 7,3% menjadi Rp 181 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 195 miliar. Kinerja tersebut membuat perusahaan mampu memutar kinerja dari rugi menjadi laba. 

Dari sisi EBITDA, perseroan juga mencapai pertumbuhan hingga 869% atau setara dengan Rp 62,5 miliar dibandingkan tahun lalu yang mengalami minus. Liabilitas jangka pendek perseroan juga turun sebesar 27% pada paruh pertama tahun ini menjadi Rp 1,45 triliun dari Rp 1,43 triliun secara yoy.

Strategi lainnya yang digunakan perseroan adalah lebih selektif. Phapros memangkas sekitar 146 obat dari yang berjumlah 200 Nomor Izin Edar yang dimiliki, perseroan berfokus pada penjualan 54 produk.  “Biaya riset, marketing, dan modal kerja menjadi lebih efisien dan efektif, yang berdampak langsung pada peningkatan EBITDA dan laba bersih PEHA di semester I tahun ini,” kata dia.

Rencana Peluncuran Produk Baru 

Perseroan berencana meluncurkan produk baru OAT (obat anti TBC) Kategori 1 Dosis Harian yang telah lulus uji klinis dan memperoleh NIE dari Badan POM. Peluncuran obat baru ini dinilai akan membuka peluang untuk turut aktif berpartisipasi dalam pengendalian dan pengobatan tuberkulosis (TBC) di Indonesia. Ketersediaan OAT ini akan diproduksi dalam waktu dekat untuk pasar reguler.

Sejak awal tahun, PEHA telah meluncurkan 3 produk baru dari total 6 produk yang ditargetkan akan rilis di 2025. Tiga produk baru ini berasal dari kelas terapi antibiotik dan obat terapi TB. Peluncuran obat-obat tersebut diharapkan dapat menjadi pendongkrak pertumbuhan perseroan.

“Kami optimistis kinerja PEHA akan makin baik dengan target pertumbuhan penjualan minimal 18% di tahun 2025 ini," kata dia lagi.  

Menurut Ida, PEHA sedang fokus menjalankan lima strategi untuk ekspansi bisnis dan keuangan. Pertama, memperkuat keuangan yang berkelanjutan melalui restrukturisasi hutang perbankan dan efisiensi di segala aspek. Kedua, peningkatan kepuasan pelanggan melalui penguatan komersialisasi dan distribusi produk. 

Kemudian yang ketiga adalah pengembangan bisnis dan portofolio produk melalui penguatan RnD dan kemitraan strategis termasuk perluasan pasar ekspor. Keempat, transformasi sistem dan proses bisnis melalui penguatan supply chain, memacu inovasi dalam proses bisnis hulu hingga hilir serta digitalisasi di segala lini. 

Terakhir adalah optimalisasi budaya dan sumber daya manusia melalui transformasi human capital dan pengembangan talent.

“Kelima strategi utama tersebut telah berjalan sejak tahun lalu dan tetap difokuskan lagi pada tahun 2025 untuk memperkuat fundamental bisnis dan meningkatkan penjualan.”

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...