Bank KB Bukopin (BBKP) Akhirnya Cetak Laba Rp 373 M, Tapi NPL Masih Tembus 10%

Agustiyanti
29 Juli 2025, 16:01
KB bank, Bank KB bukopin, bbkp, bukopin
KB Bank
Ilustrasi.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP) mencatatkan laba bersih sebesar Rp 373 miliar pada semester pertama tahun ini, berbalik dibandingkan semester I 2024 yang rugi mencapai Rp 3,18 triliun. Meski demikian, rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan/NPL gross BBKP masih mencapai di atas 10%. 

Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan, kinerja laba bersih ini berhasil diperoleh, seiring beban biaya pencadangan yang anjlok dari Rp 3,71 triliun menjadi Rp 486 miliar. Adapun penyaluran kredit hanya tumbuh 7,7% secara tahunan menjadi Rp 49,33 triliun. 

Meski kredit tumbuh, pendapatan bunga bersih perseroan pada paruh pertama tahun ini hanya naik dari Rp 2,66 triliun menjadi Rp 2,77 triliun. Sedangkan beban bunga naik dari Rp 2,09 triliun menjadi Rp 2,1 triliun sehingga pendapatan bunga bersih hanya naik dari Rp 570 miliar menjadi Rp 573 miliar. 

Namun, beban operasional bersih BBKP anjlok dari Rp 4,5 triliun menjadi Rp 527 miliar terutama karena anjloknya biaya pencadangan. BBKP pun berhasil membukukan laba operasional sebesar Rp 77 miliar, berbanding terbalik dibandingkan rugi operasional yang mencapai Rp 4,1 triliun pada semester I 2024. 

Perusahaan juga mencatatkan lonjakan pada pendapatan nonoperasional dari Rp 13 miliar menjadi Rp 557,47 miliar. Lonjakan pendapatan ini mendorong BBKP mampu membukukan laba bersih mencapai Rp 373 miliar setelah sempat mencatatkan rugi puluhan triliun rupiah sejak 2020. 

NPL Gross Masih di Atas 10%

Meski menurunkan beban biaya pencadangan yang signifikan pada semester I 2025, kualitas kredit perseroan belum benar-benar membaik. Rasio kredit bermasalah atau NPL gross BBKP masih mencapai 10,8% meski turun dibandingkan semester I 2024 sebesar 11,3%. 

Namun, NPL nett atau bersih BBKP justru naik dari 4,91% menjadi 6,07%. Rasio NPL ini berada di atas ambang batas yang disyaratkan OJK sebesar 5%. Regulator jasa keuangan ini biasanya melakukan intervensi terhadap bank yang memiliki NPL nett di atas ambang batas tersebut karena dinilai berisiko tinggi. 

Adapun rasio cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) aset keuangan terhadap aset produktif naik dari 4,87% menjadi 5,61%. 

Di sisi lain, BBKP masih mencatatkan permodalan yang kuat, dengan rasio permodalan atau capital to adequacy ratio/CAR mencapai 16,68%, meski turun dibandingkan semester I 2025 sebesar 17,79%.

Kondisi likuiditas perseroan terbilang cukup ketat, dengan rasio pendanaan terhadap kredit atau loan to deposito ratio (LDR) naik dari 100,59% menjadi 106,29%. Sedangkan rasio kecukupan likuiditas atau liquidity coverage ratio/LCR naik dari 159,37% menjadi 240,18% secara individual bank dan naik dari 156% menjadi 196% secara konsolidasi.

Adapun rasio LDR yang ideal berdasarkan aturan OJK adalah di kisaran 78% hingga 92%, sedangkan rasio LCR paling rendah 100%. 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...