Krakatau Steel (KRAS) Masih Catatkan Rugi Meski Pendapatan Tumbuh Jadi Rp 7,4 T


PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) mencatatkan pendapatan sebesar US$ 460,82 juta atau setara Rp 7,48 triliun selama semester pertama tahun 2025. Angka tersebut tumbuh 3,63% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2024 yakni sebesar US$ 444,67 juta atau Rp 7,28 triliun (dengan kurs Rp 16.394 terhadap dolar Amerika Serikat).
Merujuk laporan keuangan yang dikeluarkan perseroan, beban pokok pendapatan juga menebal menjadi US$ 426,86 juta (sekitar Rp 6,91 triliun) dari US$ 396,44 juta (sekitar Rp 6,49 triliun) secara tahunan atau year on year (yoy).
Meski pendapatan emiten pelat merah ini bertumbuh, KRAS masih mengalami kenaikan kerugian. Rugi berjalan KRAS pada paruh pertama tahun ini sebesar US$ 107,11 juta atau Rp 1,73 triliun, naik 66,96% dari US$ 64,15 juta atau sekitar Rp 1,05 triliun pada paruh pertama tahun sebelumnya.
Direktur Utama KRAS Akbar Djohan mengatakan kinerja operasional KRAS menunjukkan perbaikan efisiensi yang tercermin dari penurunan beban usaha sebanyak 16% menjadi US$ 47,6 juta atau setara dengan Rp 772,8 miliar dari tahun sebelumnya.
“Hal ini menunjukkan komitmen Krakatau Steel dalam memperbaiki struktur biaya dan meningkatkan produktivitas,”kata dia dalam keterangan resmi di keterbukaan informasi BEI, dikutip Senin (28/7).
Akbar melanjutkan meskipun KRAS masih menghadapi tantangan dari sisi non-operasional, seperti beban keuangan dan hasil investasi di entitas asosiasi, perusahaan terus mengambil langkah strategis untuk memperkuat fundamental keuangan.
Ia juga menyampaikan KRAS juga menjaga stabilitas aset yang tercatat naik tipis sebesar 0,61% menjadi US$ 2,91 miliar atau sekitar Rp 47,27 triliun per 30 Juni 2025 dari US$ 2,89 miliar atau Rp 47,37 triliun pada 20 Juni 2024.
Akbar juga melaporkan, KRAS tengah memasuki fase baru operasional. Perseroan telah mengaktifkan fasilitas produksi Hot Strip Mill 1 (HMS-1) di awal 2025. Menurutnya, fasilitas ini menjadi bagian penting dalam strategi transformasi dan pemulihan bisnis. Tak hanya itu, KRAS juga menyatakan komitmennya untuk memantapkan integrasi di segmen baja maupun non baja sebagai langkah diversifikasi dan penguatan daya saing.
Meski begitu, Akbar menyatakan KRAS tetap optimis terjadi perbaikan pada kinerja perusahaan di semester kedua ini. “Kami fokus menjalankan strategi peningkatan kapasitas, efisiensi, serta kolaborasi dengan mitra strategis agar Krakatau Steel dapat memberikan kinerja yang lebih baik secara berkelanjutan,” ujarnya.
Langkah Ekspansi KRAS
Komisaris Utama Krakatau Steel Hendro Martowardojo menjelaskan, ada sejumlah langkah ekspansi yang akan dilakukan KRAS dalam jangka pendek hingga panjang. Di antaranya adalah mendukung sejumlah proyek strategis nasional.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Daniel Fitzgerald Liman menyampaikan dengan beroperasinya kembali pabrik HMS-1 maka perseroan siap memenuhi kebutuhan pasar dalam dan luar negeri dengan kapasitas penuh.
“Langkah ini juga menjadi bagian dari dukungan perseroan terhadap program substitusi impor dan hilirisasi industri yang dicanangkan pemerintah,” kata Daniel dalam Public Expose yang digelar KRAS secara daring pada Jumat (11/7).
Dia juga mengatakan perseroan secara aktif akan memproduksi produk baja berkualitas tinggi dan bernilai tambah untuk mendukung kemandirian industri nasional serta memperkuat struktur industri hilir di dalam negeri.
Proyek Strategis KRAS
Menurut pemaparan Daniel, KRAS sedang aktif menjajaki kemitraan strategis, baik untuk pengembangan lini bisnis baru maupun memperkuat bisnis yang sudah ada. Salah satunya adalah keterlibatan perseroan dalam proyek strategis nasional yaitu pipanisasi transmisi gas Cirebon–Semarang. Proyek tersebut didukung oleh berbagai anak usaha KRAS.
“Kebetulan untuk kebutuhan pipa, KRAS merupakan satu-satunya supplier untuk bahan baku, pipa, gas di proyek Cirebon-Semarang,” kata Daniel.
Di bidang pengelolaan air, anak usaha perseroan, PT Krakatau Tirta Industri tengah mengerjakan proyek Desalinated Water di Sumbawa. Selain itu, perusahaan tersebut juga membangun instalasi pengolahan air baru (new water treatment plant) di Krenceng dengan kapasitas 600 liter per detik, guna mengantisipasi pertumbuhan bisnis di kawasan industri Krakatau Steel di Cilegon.
Krakatau Steel juga sedang memperluas fasilitas logistik dan pelayanan industri. Proyek yang tengah digarap adalah pembangunan gudang terintegrasi (integrated warehouse) oleh anak usaha PT Krakatau Sarana Properti. Fasilitas ini ditujukan untuk memperkuat dukungan layanan kepada klien industri di kawasan Cilegon.
Tak hanya itu, proyek pengadaan kapal tunda juga sedang berlangsung di bawah pengelolaan anak usaha PT Krakatau Bandar Samudera, sebagai bagian dari peningkatan pelayanan pelabuhan dan logistik industri Krakatau Steel. KRAS juga menyatakan kesiapannya untuk mendukung program pemerintah dalam penyediaan 3 juta rumah, pengembangan infrastruktur nasional, serta mendorong peningkatan komponen dalam negeri untuk industri otomotif.
Selain itu, Krakatau Steel juga berencana mengembangkan ekosistem kawasan industri yang dimilikinya. Perseroan disebut masih memiliki sekitar 200 hektare lahan yang dapat dikembangkan lebih lanjut.
“Ini jadi salah satu tolak ukur kebangkitan kami ke depan. Dengan pengembangan kawasan industri, tentu akan melibatkan investor dan potensi pendapatan dari penjualan lahan,” katanya.