BNI Cetak Laba Rp 10 Triliun, Apa Faktor Penyebabnya?

Nur Hana Putri Nabila
25 Juli 2025, 12:49
BNI, laba, laba bni, kinerja bni, kredit
Katadata/Fauza Syahputra
Ilustrasi Bank Negara Indonesia (Bank BNI)
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

 PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) meraup laba bersih sebesar Rp 10,09 triliun hingga semester pertama 2025, turun 5,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kinerja laba ini turun meski BNI mencatatkan kredit tumbuh 7,1% menjadi Rp 778,7 triliun. 

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, BNI masih mencatatkan, pendapatan bunga BNI terpantau naik 4,5% menjadi Rp 33,61 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp 32,17 triliun. Namun, beban bunga naik dari Rp 13,01 triliun menjadi Rp 14,01 triliun. 

Pendapatan bunga bersih pun naik dari Rp 19 triliun dari Rp 19,5 triliun. Adapun pendapatan asuransi yang sebelumnya tercantum sebagai pendapatan premi bersih tercatat turun dari Rp 786 miliar pada semester I 2025 menjadi Rp 343 miliar. 

Di sisi lain, beban operasional bersih perusahaan juga naik dari Rp 6,9 triliun menjadi Rp 7,5 triliun. Ini, antara lain dipengaruhi oleh beban pencadangan yang meningkat dari Rp 3,38 triliun menjadi Rp 3,7 triliun dan anjloknya keuntungan transaksi derivatif dan spot dari Rp 1,3 triliun menjadi Rp 591 miliar.

Penyaluran Kredit

BNI mencatatkan pertumbuhan kredit masih ditopang oleh kredit korporasi yang naik 10,4% YoY menjadi Rp 435,8 triliun. Ini terutama disumbang oleh sektor swasta, BUMN, dan institusi pemerintah. Kredit untuk sektor swasta dan institusi tumbuh 11,1% menjadi Rp 314,6 triliun, sedangkan kredit ke BUMN naik 8,7% menjadi Rp 121,2 triliun.

Kredit konsumer juga naik 10,7% YoY menjadi Rp 147 triliun, didorong oleh peningkatan personal loan sebesar 11,7% menjadi Rp 60,1 triliun dan KPR sebesar 9,9% menjadi Rp 68,4 triliun. Sementara itu, kredit UMKM non-KUR tumbuh 9,2% YoY menjadi Rp 44,4 triliun. Adapun segmen komersial mulai menunjukkan tren positif dengan pertumbuhan 5,5%.

Kinerja anak usaha BNI juga menguat, dengan kredit usaha naik 27,1% YoY menjadi Rp 17,2 triliun. Secara khusus, hibank, anak usaha digital yang fokus pada pembiayaan komersial dan UKM, mencatat lonjakan kredit sebesar 31%, dengan kualitas aset tetap terjaga di mana rasio NPL berada di bawah 1%.

Adapun rasio kredit bermasalah (NPL) BNI secara keseluruhan turun menjadi 1,9%, sementara Loan at Risk (LAR) membaik ke level 11,0%. Biaya pencadangan atau Cost of Credit (CoC) juga berhasil dipertahankan di angka 1%.

Wakil Direktur Utama BNI  Alexandra Askandar menyatakan BNI berhasil memperkuat fundamental bisnisnya di tengah tantangan makro ekonomi. Ia menyebut bahwa peningkatan dana murah (CASA) dan perbaikan kualitas aset menjadi kunci utama untuk mendorong ekspansi kredit di paruh kedua tahun ini.

“Fokus kami tetap pada sektor produktif seperti pertanian, industri makanan dan minuman, telekomunikasi, infrastruktur, perumahan, hilirisasi energi, dan UMKM," ujar Alexandra dalam keterangan resmi, Jumat (25/7). 

BNI mencatat pertumbuhan DPK sebesar 16,5% secara tahunan menjadi Rp 900 triliun, didominasi oleh peningkatan dana murah (CASA) yang tumbuh 18,7% menjadi Rp647,6 triliun. Pertumbuhan rekening giro mencapai sebesar 25,1% dan tabungan 10,5% sehingga mendorong peningkatan rasio CASA dari 70,7% menjadi 72,0%.

Sepanjang semester I 2025 ini, BNI juga berhasil menjaga rasio likuiditas dan permodalan pada level yang sehat. Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di 86,2%, sementara Loan to Cash Ratio (LCR) dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) masing-masing mencapai 144,2% dan 143,0%. Capital Adequacy Ratio (CAR) meningkat menjadi 21,1%, memperkuat kapasitas ekspansi.

Komitmen ESG dan Pembiayaan Berkelanjutan BNI

Sementara itu, Direktur Risk Management David Pirzada menyampaikan, BNI terus memperkuat peran sebagai institusi keuangan yang adaptif dan berdaya saing global. "Hal ini terlihat dari peningkatan peringkat ESG (Environmental, Social, and Governance) MSCI dari BBB menjadi A yang mencerminkan integrasi keberlanjutan dalam strategi bisnis," ujarnya.

Hingga Juni 2025, BNI telah menyalurkan pembiayaan hijau senilai Rp 74 triliun, dengan pertumbuhan lebih dari 20% selama empat tahun terakhir. Sementara itu, penyaluran Sustainability Linked Loan (SLL) mencapai US$ 352 juta atau Rp5,74 triliun.

Sebagai bagian dari komitmen terhadap prinsip keberlanjutan, BNI menargetkan pencapaian Net Zero Emission (NZE) operasional pada tahun 2028 dan NZE pembiayaan pada 2060. BNI juga terus mendorong para debitur untuk mengadopsi praktik ESG.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...