Laba BTPS Melesat 16,6% Jadi Rp 644 Miliar Meski Pembiayaan Lesu, Apa Faktornya?

Agustiyanti
25 Juli 2025, 07:42
BTPN Syariah, BTPS, laba, kinerja keuangan
ANTARA FOTO/Andry Denisah
Community Officer BTPN Syariah memberi penjelasan kepada nasabah saat Pertemuan Rutin Sentra (PRS) di Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (6/5/2025). Hingga kuartal I 2025 sebanyak 25 ribu ibu rumah tangga prasejahtera di Sulawesi Tenggara telah menjadi nasabah dengan mendapatkan akses keuangan serta pendampingan oleh BTPN Syariah guna membantu upaya pemerintah dalam menggerakkan ekonomi, khususnya berbasis ekonomi syariah dengan memanfaatan sumber daya perempuan sebagai penggerak.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

PT Bank BTPN Syariah Tbk mencatatkan laba bersih pada semester pertama tahun ini mencapai Rp 644 miliar, naik 16,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kinerja laba melesat meski penyaluran pembiayaan turun tipis dari Rp 10,44 triliun menjadi Rp 10,14 triliun. 

"Pertumbuhan laba ini merupakan cerminan dari membaiknya kualitas pembiayaan yang ditopang oleh perilaku unggul nasabah yang dibangun oleh bank," kata Direktur BTPN Syariah Fachmy Achmad pada Kamis, (24/7/2025)

Fachmy menjelaskan, perbaikan upaya kualitas pembiayaan didorong oleh program pendampingan intensif dan program apresiasi yang diberikan kepada nasabah. Pihaknya secara konsisten membangun empat perilaku unggul nasabah, yakni berani berusaha, disiplin, kerja keras, dan saling bantu.

Menurut Fachmy, empat perilaku unggul ini dinilai menjadi faktor penting dalam menjaga kualitas pembiayaan. Kehadiran rutin nasabah untuk hadir di sentra membuat kegiatan pelayanan bank berjalan optimal, sehingga memberi kontribusi nyata terhadap kualitas pembiayaan yang semakin baik.

Adapun berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan, nonperforming financing atau NPF BTPS secara gross justru naik tipis dari 3,05% menjadi 3,14%. Sedangkan NPF nett naik dari 0,02% menjadi 0,03%.

BTPS mencatatkan, pendapatan setelah distribusi bagi hasil secara konsolidasi turun dari Rp 2,48 triliun pada semester I 2024 menjadi Rp 2,36 triliun pada semester I 2025. Namun, beban operasional bersih lainnya berhasil turun dari Rp 1,78  triliun menjadi Rp 1,54 triliun. 

Beban operasional bersih lainnya turun seiring penurunan beban biaya pencadangan dari Rp 722  miliar menjadi Rp 412 miliar.  Rasio cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) aset keuangan terhadap aset produktif pun turun dari 4,74% menjadi 4,27%.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...