Saham Surya Semesta (SSIA) Berpeluang Masuk MSCI, Harga Diramal Tembus Rp 4.000?

Nur Hana Putri Nabila
23 Juli 2025, 11:56
PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA)
Dok. PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA)
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Emiten konstruksi bangunan, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) disebut berpeluang masuk indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) small cap pada Augustus 2025 mendatang. Seiring dengan hal itu, target harga SSIA naik hingga ke Rp 4.000 per lembar saham. 

Analis Samuel Sekuritas Indonesia, Ahnaf Yassar dan Prasetya Gunadi, menjelaskan akuisisi saham SSIA oleh Grup Djarum ikut mendorong peningkatan rasio likuiditas saham (ATVR). Hal itu mendorong peluang besar bagi SSIA untuk masuk ke dalam indeks MSCI Small Cap. 

Adapun MSCI dijadwalkan mengumumkan daftar baru pada 7 Agustus 2025 dan akan mulai berlaku pada 27 Agustus 2025. Saat ini, SSIA dinilai memenuhi beberapa syarat utama untuk masuk indeks tersebut.  

Mengenai kenaikan harga saham SSIA yang melonjak 82% bulan ini, analis Samuel Sekuritas menyebut sebagian besar didorong sentimen Djarum yang membeli 5,89% saham SSIA. Kenaikan harga ini membuat nilai kapitalisasi pasar free-float SSIA naik jadi US$ 618 juta, jauh melewati batas minimum US$ 250 juta.

Selain itu, nilai transaksi harian rata-rata dalam 12 bulan terakhir sudah mencapai US$ 1,8 juta, juga melebihi syarat minimum US$ 1 juta per hari, dan ATVR-nya berada di atas 10%.

“Perlu dicatat bahwa penambahan saham ke dalam Indeks MSCI akan meningkatkan visibilitas di kalangan investor global dan menarik aliran dana pasif dari dana yang mengikuti indeks, dan dapat menyebabkan pembalikan pembelian asing bersih,” ucap tim analis Samuel Sekuritas dalam risetnya, dikutip Rabu (23/7).  

Target Harga SSIA

Samuel Sekuritas merekomendasikan untuk membeli saham SSIA dengan target harga Rp 4.000 per saham. Saat ini harga saham SSIA di kisaran Rp 2.600. 

Ada tiga alasan utama yang membuat prospek SSIA terlihat menjanjikan. Pertama, SSIA berpeluang besar masuk ke indeks MSCI Small Cap, yang bisa menarik minat investor global.

Alasan kedua, perusahaan diperkirakan mampu menjual lahan seluas 60–70 hektare per tahun dalam beberapa tahun ke depan.

Potensi penjualan lahan ini didukung oleh tiga keunggulan antara lain akan ada akses jalan tol dan pelabuhan Patimban yang mempermudah konektivitas. Selain itu SSIA punya cadangan tanah paling luas di wilayah tersebut.

Adapun alasan ketiga berkaitan dengan biaya tenaga kerja di area tersebut tergolong paling murah. Dengan faktor tersebut, analis menaikkan proyeksi harga saham SSIA yang artinya ada potensi kenaikan sekitar 38% dari posisi saat ini.

“Risikonya tantangan pelaksanaan, penundaan dalam pengembangan jalan tol dan pelabuhan Patimban, perubahan regulasi,” tulis analis Samuel Sekuritas. 

Proyek SSIA

Pembangunan jalan tol menuju Pelabuhan Patimban diperkirakan akan mendongkrak harga tanah di Subang. Proyek kawasan industri Subang Smartpolitan milik SSIA akan semakin terkoneksi dengan pelabuhan yang berjarak sekitar 40 km ke utara.

Jalan tol ini ditargetkan rampung pada tahun 2026 dan setelah selesai, waktu tempuh antara Subang Smartpolitan dan pelabuhan akan dipangkas lebih dari 70% dari sekitar 2 jam menjadi jauh lebih singkat. Samuel Sekuritas menyebut hal ini diyakini akan meningkatkan minat investor ke wilayah Subang.

Saat ini, harga tanah rata-rata di kawasan industri SSIA sudah mencapai US$ 120 per meter persegi, atau naik 50% dibanding tahun lalu. Sebagai gambaran, saat Jalan Tol Trans Jawa dibangun antara 2015 hingga 2018, harga tanah di Bekasi dan Karawang juga naik tajam, masing-masing sebesar 37% dan 39,8%.

Melihat tren tersebut, Samuel Sekuritas memperkirakan harga tanah di Subang Smartpolitan bisa naik sekitar 30% setelah jalan tol Patimban selesai dibangun. Selain itu, perluasan Pelabuhan Patimban yang ditargetkan selesai pada kuartal IV 2025 akan meningkatkan kapasitas bongkar muat secara signifikan.

Sementara itu kapasitas kontainer akan naik menjadi 3,75 juta TEUs (melonjak 1.400%) dan mobil menjadi 600.000 unit (naik 114%), yang akan memperkuat daya tarik logistik kawasan ini.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...