Prospek Saham ANTM, MBMA, INCO yang Berpeluang Untung dari Investasi Danantara


Emiten industri tambang nikel berpeluang terciprat berkah dari giatnya program hilirisasi yang sedang dicanangkan pemerintah. Analis menilai emiten seperti PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), hingga PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) memiliki prospek cerah.
Analis MNC Sekuritas Hijjah Marhama menilai, nikel menjadi salah satu sektor yang akan diuntungkan dalam program prioritas investasi yang akan digencarkan oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).
“Selain ke EBT (Energi Baru Terbarukan), suntikan dana Danantara juga difokuskan ke industri komoditas mineral, nikel melalui proyek Huayou dan CATL,” kata Rahma dikutip Senin (17/7).
Danantara akan masuk ke dalam proyek pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) Indonesia yang digarap oleh dua perusahaan besar asal China, Huayou dan Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL). Proyek tersebut merupakan bagian dari kerja sama emiten tambang holding MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) di Halmahera Timur, Maluku Utara.
Rahma memperkirakan, harga saham MBMA juga akan terdongkrak kerja sama anak usaha PT Sulawesi Nickel Cobalt dengan perusahaan joint venture PT Huayue Nickel Cobalt, yang dipimpin oleh Zhejiang Huayou Cobalt Co., Ltd. Emiten ini telah meneken kerja sama untuk pembangunan pabrik pengolahan High-Pressure Acid Leach (HPAL) yang dimulai sejak Januari lalu dengan target mulai uji coba operasi sekitar pertengahan tahun 2026.
Melalui keterangan resmi yang dipublikasi MBMA, pabrik HPAL ini dirancang untuk memiliki kapasitas terpasang sebesar 90 ribu ton nikel dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) per tahun. Berdasarkan kontrak perjanjian, anak perusahaan Huayou akan menyediakan layanan manajemen konstruksi untuk pembangunan pabrik HPAL, sedangkan MBMA bertanggung jawab atas perolehan izin dan persetujuan dari pemerintah Indonesia.
Dalam keterangan teranyar, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) sedang mencari mitra ketiga untuk membangun proyek fasilitas pemurnian dan pengolahan alias smelter berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk mengolah bijih nikel limonit, di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Perusahaan bekerja sama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Co, produsen nikel terbesar di dunia, yang berbasis di Cina.
“Soal mitra ketiga, masih berproses secara internal. Kami belum menentukan siapa mitranya,” kata Head of Corporate Finance & Investor Relations PT Vale Indonesia Andaru Brahmono Adi saat ditemui di Jakarta, Jumat (18/7).
Di sisi lain, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, peran Danantara untuk memajukan sektor nikel di tanah air berkaitan erat dengan komitmen hilirisasi.
“Jadi industri nikel ini dibangun agar supaya sumber daya alam nikel kita bisa mendapatkan added value (nilai tambah),” kata dia kepada Katadata, Senin (21/7).
Nafan menjelaskan, dengan hilirisasi, ekspor nikel bisa menghasilkan devisa yang signifikan. Selain itu juga berdampak positif terhadap kinerja emiten, terutama dari sisi pendapatan (top line) maupun laba bersih (bottom line).
Ia juga menyoroti pentingnya momentum pembangunan industri hilir nikel yang terus berjalan, terutama di tengah volatilitas harga nikel global. Fluktuasi harga nikel global, menurutnya, masih dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik seperti perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, serta Uni Eropa. Kebijakan tarif balasan (reciprocal tariff) yang diumumkan oleh mantan Presiden AS Donald Trump juga memperburuk ketidakpastian ekonomi global.
Dari dalam negeri, menurut Nafan, sentimen positif berasal dari pemangkasan kuota ekspor bijih nikel oleh Kementerian ESDM. menurutnya ini justru menjadi katalis positif yang bisa memperkuat industri nikel nasional.
Nafan pun memberikan rekomendasi saham-saham emiten tambang di sektor nikel, sebagai berikut:
- PT Vale Indonesia Tbk (INCO): beli bertahap dengan target harga di level 3.820
- PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI): beli bertahap dengan target harga di level 416
- PT Harum Energy Tbk (HRUM): beli bertahap dengan target harga di level 1.110
- PT Aneka Tambang Tbk (ANTM): beli bertahap dengan target harga di level 3.210
- PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL): beli bertahap dengan target harga di level 875.
Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) sebelumnya memilih sektor energi dan mineral sebagai sektor yang akan difokuskan dalam enam bulan ke depan.
Menurut Managing Director Investment Danantara Stefanus Ade Hadiwidjaja, sektor mineral mencakup program hilirisasi yang bertujuan untuk menghasilkan nilai tambah terhadap hasil sumber daya alam Indonesia. Adapun mineral yang diutamakan adalah nikel, aluminium, bauksit dan tembaga.
“Mineral dan energi kemungkinan akan menjadi sektor yang akan kami eksekusi kesepakatannya untuk enam bulan ke depan,” kata Stefanus dalam Pertamina Investor Day di Jakarta, Rabu (17/7).
Edisi Khusus Sumitro Djojohadikusumo ini didukung oleh: