Prospek Saham Bank BUMN di Tengah Bayang-Bayang Risiko Kopdes Merah Putih


Saham emiten bank-bank Badan Usaha Milik Negara atau BUMN bakal terdampak operasional 80 ribu Koperasi Desa Merah Putih yang diluncurkan Presiden RI Prabowo Subianto pada hari ini, Senin (21/7). Harga saham bank-bank BUMN pun terpantau lesu.
Hingga perdagangan pukul 15.20 WIB, harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 0,26% ke level Rp 3.850, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 1,05% ke level Rp 4.690, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 0,24% ke level Rp 4.110, dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) turun 2,07% ke level Rp 1.180.
Pengamat BUMN sekaligus Managing Director Lembaga Manajemen FEB UI Toto Pranoto menilai, peluncuran Kopdes Merah Putih perlu direspons dengan kewaspadaan tinggi oleh bank-bank Himbara. Ia menyoroti potensi meningkatnya rasio kredit bermasalah (NPL) bagi bank-bank BUMN yang diminta menyalurkan pembiayaan Kredit Usaha Rakyat atau KUR maksimal Rp 3 miliar per koperasi.
Toto pun menilai bank perlu menyiapkan pencadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) dan memperkuat sistem monitoring kredit. Selain itu, Himbara perlu mendorong adanya skema perlindungan dari pemerintah jika risiko meningkat.
Jika risiko NPL meningkat, menurut dia, sebaiknya ada program khusus yang kemungkinan sebagian beban risiko ditanggung pemerintah.
“Kasus NPL yang mulai tinggi di BRI setelah program relaksasi KUR masa covid berakhir di 2024 menjadi pelajaran,” kata Toto ketika dihubungi Katadata.co.id, Senin (21/7).
Ekonom senior Universitas Paramadina Wijayanto Samirin menilai skema kredit untuk Koperasi Merah Putih dapat merusak reputasi Danantara jika dipaksakan. Ia khawatir Danantara akan kesulitan untuk bersaing secara setara dengan sovereign wealth fund (SWF) kelas dunia.
Politisasi dalam proses ini juga dinilai menjadi ancaman besar. Apalagi, menurut dia, sejarah mencatat banyak sovereign wealth fund (SWF) di dunia yang gagal justru karena terlalu banyak campur tangan politik.
Pemberian kredit ke Kopdes lewat bank-bank BUMN juga dianggap berisiko tinggi. Kalau sampai bermasalah, kata Wijayanto, potensi kredit macetnya bisa besar dan dampaknya menekan kinerja hingga harga saham bank pelat merah di pasar.
Idealnya, Wijayanto mengatakan pembiayaan proyek seperti KMP tetap harus lewat proses perbankan yang profesional. Apabila memang butuh subsidi bunga, ia menyebut dana bantuannya seharusnya berasal dari APBN dan disalurkan lewat bank Himbara, bukan dibebankan ke bank langsung.
“Implementasi Kopdes harus hati-hati, perlu dibuat piloting 100-1.000 Kopdes dianalisa hasilnya untuk diperbaiki, baru kemudian diduplikasi secara masif di banyak daerah,” ujar Wijayanto ketika dihubungi Katadata.co.id, Senin (21/7).
Bagaimana dampak jangka panjang Kopdes ke Bank BUMN?
Department Head of Customer Engagement & Market Analyst BRI Danareksa Sekuritas, Chory Agung Ramdhani menilai, program 80 ribu Koperasi Merah Putih yang diluncurkan Prabowo dan didukung oleh Himbara berpotensi mendorong pertumbuhan kredit sektor mikro. Terutama bagi BBRI yang fokus pada pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan desa.
Dalam jangka pendek, Chory menilai program tersebut bisa memberi sentimen positif ke pasar, meski tetap ada tantangan dari sisi kualitas kredit, mengingat banyak koperasi masih dalam tahap awal pembentukan.
Namun, ika dijalankan dengan tata kelola yang baik, program ini berpotensi memperkuat inklusi keuangan dalam jangka panjang karena dapat memperbesar dana murah (CASA),dan memperkuat posisi bank BUMN di wilayah pedesaan.
Ia menilai program ini ini mencerminkan visi kebijakan ekonomi kerakyatan. Dengan pendekatan yang hati-hati dan inklusif, program Koperasi Merah Putih berpeluang menjadi motor pertumbuhan sektor keuangan nasional, khususnya di wilayah rural.
“Saham BBRI berpotensi menjadi yang paling diuntungkan, sedangkan dampak ke BMRI, BBNI, dan BBTN cenderung netral hingga moderat tergantung tingkat keterlibatannya,” kata Chory ketika dihubungi Katadata.co.id, Senin (21/7).