Menilik Proyeksi Saham Garuda (GIAA) Imbas Investasi Danantara dan Tambah Armada

Karunia Putri
21 Juli 2025, 08:23
garuda
Garuda Indonesia
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Rencana pembelian 50 pesawat Boeing oleh pemerintah untuk mendukung ekspansi PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) memunculkan harapan sekaligus kekhawatiran di pasar. Hal ini turut memberi sentimen pada saham GIAA. 

Di satu sisi, penambahan armada dinilai sejalan dengan strategi transformasi bisnis Garuda yang tengah berupaya memperkuat armada dan menambah rute penerbangan. Namun di sisi lain, kabar bahwa pesawat yang akan dibeli adalah tipe Boeing 777, dinilai sudah ketinggalan zaman sehingga menuai kritik ekonom. 

Mereka menilai, keputusan pembelian perlu ditinjau ulang agar tidak membebani keuangan Garuda yang masih dalam proses pemulihan. Di saat bersamaan, Garuda juga baru saja menerima pinjaman jumbo senilai Rp 6,6 triliun dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara.  

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, meski sudah mendapat angin segar dengan penambahan armada sebanyak 50 pesawat Boeing dan kucuran dana pinjaman dari Danantara, saham Garuda Indonesia masih belum likuid.

“Jadi rekomendasinya adalah not rated,” kata Nafan kepada Katadata.co.id  seperti dikutip Senin (21/7). 

Sementara itu, Retail Research Team Leader CGS Sekuritas Indonesia Mino menyatakan pergerakan saham GIAA masih menarik meski ia menyebut menambah saham ini memiliki risiko yang tinggi. Namun secara teknikal masih membuka peluang untuk kembali naik dengan resistance di Rp 74 dan 77. 

“Meski begitu saya mengatakan ini masih high risk, teman-teman tentunya harus berhati-hati,” kata Mino. 

Pada perdagangan Jumat (18/7) harga saham GIAA ditutup Rp 72, tak bergerak dibanding harga pembukaan. Namun bila dilihat selama sepekan, harga saham GIAA telah naik 2,86% dari Rp 72 pada perdagangan Senin (14/7). 

GIAA Terima Pinjaman Rp 6,6 Triliun dari Danantara 

Sebelumnya Chief Operating Officer (COO) Danantara Dony Oskaria menyampaikan pinjaman sebesar Rp 6,6 triliun yang diberikan pada GIAA merupakan wujud dari pendekatan baru dalam restrukturisasi dan transformasi persero di bawah pengelolaan Danantara. Ia mengatakan investasi yang dilakukan untuk GIAA didasarkan pada profesionalisme yang terukur dan mengedepankan prinsip tata kelola yang baik. 

“Kami bukan sekadar memberikan pendanaan, namun kami hadir sebagai pemegang saham dengan mandat yang jelas dan pendekatan institusional," ujar Dony seperti dikutip Rabu (25/6).  

Menurut Dony, dana yang dikucurkan selanjutnya akan digunakan untuk kebutuhan pemeliharaan, perbaikan dan pemeriksaan, yang merupakan bagian dari total dukungan pendanaan bernilai sekitar 1 miliar dolar AS. Dukungan transformasi komprehensif ini mencakup optimalisasi bisnis, pendanaan jangka panjang, serta pendampingan menyeluruh berbasis tata kelola dan restrukturisasi penyehatan kinerja.

Seiring dengan suntikan dana jumbo yang diberikan Danantara, Garuda Indonesia diproyeksikan mengoperasikan sekitar 120 pesawat terbang dalam lima tahun ke depan atau pada 2030. Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani Wamildan Tsani optimistis target tersebut dapat tercapai dengan dukungan awal pinjaman pemegang saham (shareholder loan) senilai Rp 6,65 triliun dari Danantara 

"Garuda Indonesia memproyeksikan akan mengoperasikan total sekitar 120 pesawat hingga 5 tahun ke depan," ujar Wamildan beberapa waktu lalu. 

Ia juga memproyeksikan tahun 2026 akan menjadi titik balik bagi Garuda Indonesia setelah mendapat dukungan pembiayaan dari Danantara. Wamildan optimistis langkah strategis ini akan membukukan pendapatan positif bagi perseroan. 

Ia menjelaskan sejumlah strategi disiapkan untuk mengukuhkan posisi maskapai sebagai pemain utama di transportasi udara. Selain itu, kemitraan dengan Danantara akan mendorong percepatan akselerasi kinerja Garuda Indonesia sebagai nasional flag carrier yang kuat dan berdaya saing tinggi.

Garuda Tambah Armada Pesawat

Presiden Prabowo Subianto berencana membeli 50 pesawat Boeing dari Amerika Serikat untuk mengencangkan armada Indonesia PT Garuda Indonesia Tbk. Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin memandang, jika jenis pesawat yang dibeli adalah jenis Boeing 777 maka pemerintah perlu melakukan peninjauan ulang mengenai kebutuhan Garuda Indonesia. 

Menurut Wijayanto, pesawat Boeing 777 tidak sesuai dengan kebutuhan Garuda. “Boeing 777 termasuk ketinggalan zaman. Jauh dibanding adiknya 787,” kata Wijayanto ketika dihubungi Katadata.co.id pada Kamis (17/7).

Menurutnya, pesawat Boeing dengan jenis 737 atau 787 lebih sesuai dengan kebutuhan Garuda untuk ekspansi sesuai targetnya. Di samping itu, dia mengatakan Garuda Indonesia perlu dilibatkan dalam negosiasi mengenai jenis pesawat yang akan dibeli dari Boeing Amerika Serikat. 

“Jika salah strategi, keuangan mereka yang sudah merah akan semakin parah,” ujarnya.

Sementara itu Corporate Secretary Group Head Cahyadi Indrananto mengatakan, komunikasi dan penjajakan transaksi antara Garuda Indonesia dengan Boeing telah terjadi sejak beberapa waktu terakhir. Cahyadi menyebut, proses komunikasi antara keduanya secara rutin dilaporkan kepada pemerintah, termasuk dengan Kementerian Ekonomi selaku pemimpin proses perundingan tarif dengan Amerika Serikat.

Proses negosiasi tersebut merupakan bagian dari strategi jangka panjang GIAA untuk menambah armada menjadi sekitar 120 pesawat dan jaringan hingga 100 rute dalam 5 tahun ke depan.

“Jadi secara umum kesepakatan kedua presiden itu adalah kabar baik bagi Garuda Indonesia, karena hal ini sejalan dengan strategi tersebut,” kata Cahyadi ketika dihubungi Katadata.co.id pada Kamis (17/7).

Menurut Cahyadi, dengan kesepakatan antara Prabowo dan Trump, Garuda Indonesia akan semakin mengintensifkan komunikasi untuk membahas detail kebutuhan armadanya. Termasuk tentang jenis dan jumlah pesawat yang mampu disediakan Boeing, waktu delivery, komponen biaya, teknis pengadaan dan hal lainnya.

“Garuda juga terus mengomunikasikan kebutuhan kami,” kata dia.

Lebih lanjut, dia menyatakan saat ini kebutuhan armada Garuda meliputi berbagai jenis pesawat. Sebab target 100 lebih rute yang akan ditambah tersebut merupakan rute domestik dan rute internasional. Sehingga memerlukan pesawat dengan variasi yang beragam.

“Sehingga Garuda Indonesia perlu baik wide maupun narrow-body,” ujarnya.

Mengenai kabar pesawat yang dibeli merupakan tipe Boeing 777, Cahyadi menyampaikan bahwa saat ini, jenis dan tipe pesawat masih masih menjadi salah satu poin yang terus didiskusikan dengan pihak Boeing. Karena mempertimbangkan kesiapan Boeing untuk menyediakan tipe pesawat tersebut.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Ajeng Dwita Ayuningtyas

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...