Pancaran Samudera (PSAT) Kena UMA, Bagaimana Gerak Saham dan Prospeknya?


PT Pancaran Samudera Transport Tbk (PSAT) masuk dalam daftar pemantauan Bursa Efek Indonesia akibat kenaikan harga saham di luar kebiasaan atau Unusual Market Activity (UMA). Harga saham PSAT menembus batas maksimal kenaikan harga saham atau auto reject atas (ARA) selama lima hari berturut-turut sejak IPO hingga Senin (15/7).
"Sehubungan dengan terjadinya UMA atas saham PSAT tersebut, kami sampaikan bahwa Bursa saat ini sedang mencermati perkembangan pola transaksi saham tersebut," demikian pengumuman Bursa Efek Indonesia, Rabu (16/7).
BEI menjelasakan, pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Namun, investor diminta untuk memperhatikan jawaban perusahaan rercatat atas permintaan konfirmasi bursa, mencermati kinerja perusahaan tercatat dan keterbukaan informasinya, serta mengkaji kembali rencana corporate action perusahaan tercatat apabila rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Adapun aksi koprorasi yang tercatat di BEI sejauh ini adalah pencatatan saham atau perdagangan perdana pada 8 Juli 2025. BI pun mengingatkan investor untuk mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi.
Masuknya PSAT dalam daftar UMA membuat harga sahamnya turun 3,3% ke level Rp 2.640 pada perdagangan kemarin (15/7). Harga saham PSAT turun setelah menembus ARA dan naik 25% setiap harinya selama lima hari berturut-turut. Sejak IPO pada 8 Juli 2025, harga sahamnya telah melonjak 163%.
Lantas seperti apa bisnis emiten ini dan bagaimana prospeknya?
Profil Bisnis PSAT
PSAT didirikan sejak 2007 dan fokus menyediakan jasa penyewaan kapal, terutama untuk pengangkutan batu bara.
Perseroan saat ini mengoperasikan armada yang terdiri dari 36 unit tugboat, 29 unit tongkang, dan 2 kapal bulk carrier milik entitas anak. Armada-armada ini digunakan untuk mengangkut berbagai jenis kargo seperti batu bara, pasir, bahan tambang, dan barang besar lainnya.
Sebelum IPO, modal ditempatkan dan disetor penuh PSAT terdiri dari 1,26 miliar saham dengan nilai nominal Rp 800 per saham atau senilai Rp 1,008 triliun. Porsi saham terbesar dimiliki PT Profitama Hasil Indah sebesar 894,6 juta saham atau 71% dan PT Surya Mitra Pancaran sebesar 365,4 juta saham atau 29%.
Adapun setelah IPO, jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh meningkat menjadi 1,482 miliar saham atau senilai Rp 1,185 triliun. Saham masyarakat sebagai hasil penawaran umum mencapai 222,353 juta saham atau setara 15% dari total saham. Dengan komposisi baru ini, PT Profitama Hasil Indah menggenggam 60,35%, PT Surya Mitra Pancaran 24,65%, dan publik 15%.
Kinerja keuangan PSAT
PSAT membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp 243,37 miliar pada tahun yang berakhir 31 Desember 2024. Angka ini turun 7,16% atau Rp18,77 miliar dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp262,14 miliar.
Penurunan laba tersebut sejalan dengan pendapatan usaha yang turun 4,31% menjadi Rp980,16 miliar dari sebelumnya Rp1,02 triliun pada 2023. Lesunya kinerja perusahaan terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan dari segmen freight charter to freight charter yang merosot 29,18% atau sebesar Rp82,31 miliar.
Selain itu, pendapatan dari segmen owned to freight charter juga turun 0,67% atau sekitar Rp4,20 miliar dibandingkan tahun sebelumnya.
Prospek PSAT
Industri jasa pelayaran dan pengangkutan batu bara dinilai memiliki prospek cerah seiring meningkatnya permintaan energi, baik di pasar domestik maupun ekspor. Kebutuhan batu bara, terutama untuk keperluan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan industri seperti semen, diperkirakan terus tumbuh dalam jangka panjang.
Menurut data Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI-ICMA), target Domestic Market Obligation (DMO) batu bara pada 2025 diproyeksikan mencapai 229,3 juta ton atau naik 4,05% dibandingkan target 2024 sebesar 220 juta ton. Kenaikan ini mencerminkan meningkatnya kebutuhan energi nasional, terutama untuk pembangkit listrik.
Adapun perusahaan akan mengalokasikan seluruh dana hasil IPO, sekitar Rp 175 miliar untuk setoran modal ke anak usaha, PT Pancaran Karya Shipping (PKS). Dana tersebut akan digunakan PKS untuk membeli dua unit kapal bulk carrier guna memperkuat armada dalam mendukung proyek pengangkutan batu bara milik perseroan.
Salah satu aspek yang membuat saham PSAT menarik adalah komitmen perusahaan untuk membagikan dividen sebesar 100% dari laba bersih yang diperoleh.
Lantas, bagaimana prospek sahamnya?
Menurut analisis teknikal Investing, saham PSAT masih memasuki area beli. Adapun pergerakan sahamnya hari ini diperkirakan berada di rentang Rp 2.550 hingga Rp 3.410,