Saham Bank-Bank Besar Mulai Bangkit, Apakah Sudah Waktunya Serok?


Kinerja saham bank-bank berkapitalisasi besar terpantau lesu dalam sebulan terakhir, meski menghijau pada perdagangan Selasa (15/7). Harga saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) bahkan anjlok 8,7% dalam sebulan terakhir.
Harga saham BMRI terutama anjlok pada perdagangan Senin (14/7) mencapai 5,63%. Sedangkan pada hari ini, harga sahamnya ditutup naik 0,21%.
Harga saham bank-bank besar lainnya juga masih merah dalam sebulan terakhir meski menghijau hari ini. Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk naik paling tinggi mencapai 2,65% ke level Rp 3.880. Namun, kinerja saham BBRI masih turun 2,76% dalam sebulan terakhir.
Harga saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang tercatat naik 0,25% ke level Rp 4.050 pada perdagangan hari ini juga masih lebih rendah 7,95% dibandingkan bulan lalu. Sedangkan harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang naik 0,29% hari ini ke level Rp 8.550, masih turun 4,2% dalam sebulan terakhir.
Namun, bagaimana sebenarnya prospek saham-saham bank besar ini ke depan?
Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubrot menjelaskan, tren penurunan harga saham bank-bank besar dalam sebulan terakhir sejalan dengan ekspektasi pasar. Menurutnya, pertumbuhan kredit yang lambat menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi pelemahan kinerja saham sektor perbankan.
“Dan memang ada semacam kekhawatiran seberapa besar peran dari perbankan, terutama di perbankan BUMN ya, dalam mendukung program-program pemerintah,” kata Rully kepada wartawan di Jakarta, Selasa (15/7).
Ia pun menyarankan investor untuk mencermati dulu arahan (guidance) dari masing-masing manajemen bank menjelang musim laporan keuangan. Investor disarankan tak terburu-buru membeli saham bank-bank besar meski dianggap sudah lebih murah.
“Pertumbuhan kreditnya seperti apa, revenue-nya seperti apa,” kata Rully.
Menurut dia, Bank Indonesia pun sudah beberapa kali menurunkan proyeksi pertumbuhan kredit. Karena itu, Rully menilai, investor lebih hati-hati terhadap sektor perbankan.
Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,25% pada pertemuan bulanan, Rabu (16/7) besok.
Berdasarkan konsensus Bloomberg yang dirilis Rabu (16/7) terkait data estimasi suku bunga acuan (BI-Rate), mayoritas ekonom memproyeksikan BI-Rate akan tetap bertahan di level 5,50%, sama seperti posisi sebelumnya. Median dan estimasi tertinggi berada di angka 5,50%, sementara estimasi terendah berada di 5,25%.
DBS Bank Ltd, Bloomberg Economics, Bank Danamon, dan Bank of America NA memproyeksikan BI-Rate tetap di 5,50%. Sedangkan, Australia & New Zealand Banking, Bank Mandiri, Barclays Bank, Bahana Tcw Investment Management, dan BNP Paribas memprediksi penurunan BI-Rate ke 5,25%.