IPO CDIA Oversubscribe Lebih dari 400 Kali, Permintaan Tembus Rp 30 Triliun


Penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) ramai diburu investor. Berdasarkan informasi yang diperoleh Katadata.co.id, CDIA mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribe hingga lebih dari 400 kali dengan dana masuk mencapai lebih dari Rp 30 triliun.
Permintaan yang masuk jauh dari target dana yang diincar CDIA dari IPO sebesar Rp 2,37 triliun saja. Periode offering IPO anak usaha PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) ini dilaksanakan mulai 2–7 Juli 2025 dan dijadwalkan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (9/8) besok.
Penjatahan saham IPO CDIA telah selesai dilakukan pada 7 Juli 2025, dengan batas waktu pemesanan melalui sistem e-IPO hingga pukul 12.00 WIB. Sementara itu, distribusi saham dijadwalkan berlangsung pada 8 Juli 2025.
Adapun enam penjamin emisi yang telah ditetapkan perusahaan adalah PT BCA Sekuritas, PT BNI Sekuritas, PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia, PT Henan Putihrai Sekuritas, PT OCBC Sekuritas Indonesia, dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk.
Chandra Daya Investasi ini termasuk IPO berskala lighthouse company. IPO lighthouse adalah istilah yang merujuk pada penawaran umum perdana saham dengan nilai kapitalisasi pasar di atas Rp 3 triliun. IPO lighthouse biasa dilakukan perusahaan skala besar dan menjadi mercusuar atau patokan bagi perusahaan lain yang melakukan IPO.
Merujuk prospektus terbaru, CDIA akan melepas sebanyak 12,48 miliar lembar saham atau setara 10% dari seluruh modal ditempatkan dan disetor perseroan dengan nilai nominal saham adalah Rp 100 per lembar. CDIA menetapkan harga Rp 190 per saham. Angka itu merupakan batas atas dari rentang Rp 170–190 per lembarnya. Dari aksi ini, perusahaan bakal meraup dana segar Rp 2,37 triliun.
Valuasi CDIA
Analyst & Head of Literation Kiwoom Sekuritas Octavianus Audi menilai, harga IPO CDIA pada kisaran Rp 170–Rp 190 per saham secara konservatif tergolong premium. Hal ini terlihat dari proyeksi Price Earning Ratio (PER) di kisaran 40–45 kali, sementara sektor infrastruktur logistik umumnya berada pada kisaran 15–25 kali.
Ia mengatakan, valuasi tersebut mencerminkan strategi ekspansi agresif CDIA, seperti pembelian armada kapal dan pengembangan terminal yang dibiayai dari hasil IPO. Namun, menurut dia, IPO CDIA tetap menarik untuk investasi jangka panjang.
Rasio profitabilitas juga memperlihatkan fundamental solid, dengan margin laba bersih sekitar 32% dan rasio utang terhadap ekuitas (DER) sebesar 0,44x pada tahun buku 2024.
Menurut dia, valuasi perusahaan akan semakin menarik seiring pertumbuhan pesat sektor logistik dan konektivitas maritim. Jika CDIA mampu menjaga leverage tetap rendah dan seluruh pendanaan berasal dari IPO, Audi melihat hal ini akan menjadi keunggulan kompetitif dalam jangka panjang.
“Jika melihat harga IPO, maka estimasi kapitalisasi pasar CDIA akan mencapai Rp 21,2–Rp 23,7 triliun,” kata Audi kepada Katadata.co.id, Kamis (19/6).
Sementara itu, Community Lead Indo Premier Sekuritas (IPOT) Angga Septianus menilai, valuasi CDIA berada pada PER 42,9–47,9 kali dan PBV 2,0–2,3 kali dengan rentang harga IPO Rp 170–Rp 190 per saham.
Ia juga menilai valuasi ini cukup premium, melihat pendapatan perseroan yang naik 35% dan laba yang melesat 1.632 % pada tahun lalu. Hal tersebut mencerminkan prospek bisnis CDIA yang sangat menjanjikan ke depan.
“PER di atas 10-15 kali artinya saham diperdagangkan dengan valuasi premium, PBV di atas 1 juga menandakan premium,” kata Angga kepada Katadata.co.id, Kamis (19/6).