Manuver Asia Pramulia (ASPR) yang Sahamnya Melesat 27% di Hari Perdana IPO


Emiten yang bergerak di bidang industri barang dari plastik untuk pengemasan PT Asia Pramulia Tbk (ASPR) akan menggunakan sebagian dana hasil penawaran saham perdana atau IPO untuk menambah kapasitas produksi galon isi ulang ukuran 15 liter hingga 460 ribu pada tahun ini. Perseroan mengantongi Rp 100 miliar dari IPO.
"Masih ada ruang untuk meningkatkan kapasitas. Kami harapkan selesai pada tahun ini,” kata Rizky dalam konferensi pers yang digelar usai IPO di BEI, Selasa (8/7).
Rizky menjelaskan, pihaknya saat ini telah memproduksi galon isi ulang mencapai 100 ribu per tahun. Untuk meningkatkan produksi galon, pihaknya akan mengembangkan pabrik yang ada di Pasuruan, Jawa Timur dengan menambah tenaga kerja dan mesin untuk meningkatkan produksi plastik.
Merujuk pada prospektus yang dikeluarkan perseroan ketika pelaksanaan IPO, seluruh dana segar tersebut setelah dikurangi biaya-biaya emisi efek, akan dibagi dua. Sebesar 50% pertama atau Rp 46,6 miliar akan digunakan untuk membeli mesin. Mesin produksi tersebut akan mendukung usaha perseroan dalam segmen market kemasan minuman, kemasan makanan, kemasan cat dan kemasan lain-lain seperti kosmetik, kimia dan farmasi.
Setengah dana IPO lainnya akan digunakan ASPR untuk modal kerja. Modal ini termasuk biaya operasional seperti biaya penambahan tenaga kerja dan pembelian bahan baku meliputi PET (polyethylene terephthalate) dan PP (polypropylene).
Fokus Produksi Galon
Rizky menyampaikan perseroan menggunakan bahan dasar Plastik PET (Polyethylene Terephthalate) yang berkualitas tinggi dan aman untuk air mineral serta BPA Free.
Galon dengan bahan dasar BPA umumnya digunakan untuk galon air minum yang dapat dipakai berulang kali. BPA adalah senyawa kimia yang banyak digunakan dalam pembuatan plastik jenis polycarbonate. Jenis galon ini biasanya lebih tebal, tahan lama, dan bisa digunakan hingga bertahun-tahun.
Mengutip beberapa riset yang telah dilakukan peneliti, bahan BPA memiliki potensi risiko kesehatan karena dapat larut dalam air jika terkena panas berlebih atau sudah digunakan dalam waktu lama. Beberapa studi menyebutkan bahwa paparan BPA dalam jangka panjang dapat mengganggu sistem hormon, terutama pada anak-anak.
Sementara itu, galon berbahan PET merupakan jenis plastik ringan yang biasa digunakan untuk kemasan sekali pakai, seperti botol air mineral.
Asia Pramulia pun optimistis investasi dalam pengembangan teknologi dan kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan memadai untuk memenuhi permintaan pasar. Selain itu, perusahaan juga berkomitmen menerapkan prinsip keberlanjutan dalam proses produksinya.
“Bahan baku yang ada saat ini hanya mencukupi untuk kapasitas produksi yang ada, sehingga untuk mendukung rencana ekspansi kapasitas produksi, perseroan melakukan pembelian bahan baku tambahan,” ujar manajemen ASPR dalam pemberitahuan IPO seperti dikutip Sabtu (21/6).
Tak Terdampak Tarif Trump
Adapun ASPR memastikan, kebijakan tarif impor sebesar 32% yang diterapkan Amerika Serikat AS terhadap produk asal Indonesia tidak akan berdampak pada kegiatan ekspor perusahaan. AS, menurut dia, bukan merupakan target pasar ekspor produk plastik kemasan yang diproduksi perusahaannya.
Dia mengatakan, produk kemasan yang diekspor perseroan ke luar negeri berupa kemasan plastik untuk minyak goreng sawit. Adapun pasar utama ASPR ada di kawasan Afrika, Timur Tengah dan Asia.
"Saya rasa dampaknya tidak terlalu signifikan. Justru, saya melihat nilai keekonomian sawit Indonesia masih akan terjaga dengan baik," kata Rizky.
Profil Usaha Asia Pramulia (ASPR)
Asia Pramulia merupakan perusahaan yang berdiri sejak 1991. ASPR menjalankan kegiatan usahanya dengan memproduksi kemasan plastik berbentuk kaku melalui proses Injection Molding dan Stretch Blow Molding.
“Perseroan telah berpengalaman lebih dari 30 tahun dalam memproduksi kemasan seperti botol, toples, kemasan cat, dan perlengkapan industri dan peternakan sebagai kemasan,” tulis manajemen.
Beberapa produk kemasan digunakan untuk air minum dalam kemasan (AMDK), minuman berperisa, minyak goreng, biskuit, cat, farmasi, kosmetik, kimia, dan hasil laut. Asia Pramulia kini memiliki dua pabrik, yaitu pabrik Surabaya dan pabrik Pasuruan, yang masing-masing dilengkapi dengan dua jenis mesin.
Di pabrik Surabaya, terdapat 23 unit mesin injection yang dilengkapi dengan 4 unit mesin robot IML (in mold labeling), alat pemasang induction otomatis, dan alat lipat tutup otomatis. Selain itu juga ada 24 unit mesin blow yang masing-masing dilengkapi dengan alat uji kebocoran otomatis dan alat pemasang stiker.
Sementara itu, di pabrik Pasuruan, terdapat 3 unit mesin injection dan terdapat juga 3 unit mesin blow yang dilengkapi dengan alat uji kebocoran otomatis dan alat pemasang stiker. Metode pemasaran yang dilakukan adalah bisnis ke bisnis.
Untuk menjangkau semua kalangan konsumen ritel, ASPR mengembangkan jaringan melalui distributor resmi yang tersebar seluruh kota-kota besar di Indonesia. Manajemen Asia Pramulia menjelaskan perusahaan melihat peluang pertumbuhan seiring dengan pertumbuhan industri makanan dan minuman yang berkontribusi bagi perseroan.
“Dengan pengalaman lebih dari 30 tahun serta dukungan teknologi Injection Molding dan Stretch Blow Molding, Perseroan telah menjadi mitra utama bagi berbagai industri, termasuk air minum dalam kemasan (AMDK), minuman berperisa, minyak goreng, biskuit, cat, farmasi, kosmetik, kimia, serta hasil laut,” ujar manajemen.
ASPR resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada Selasa (8/7). Perusahaan menjadi emiten ke-16 yang terdaftar di pasar modal Indonesia pada tahun ini.
ASPR telah melepas 812 juta lembar saham atau setara 29,9% dari modal ditempatkan dan disetor perusahaan. Harga IPO yang ditetapkan sebesar Rp 124. Adapun pada perdagangan hari pertamanya di BEI, harga saham ASPR naik 27% ke level Rp 158.