Emiten Milik Adik Prabowo, WIFI Rights Issue Rp 5,89 T, Siapa yang Bakal Serap?


Emiten adik Presiden RI Prabowo Subianto Hashim Djojohadikusumo yakni PT Solusi Sinergi digital Tbk (WIFI) atau Surge menargetkan dana segar dari aksi rights issue atau Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sebesar Rp 5,89 triliun.
Perseroan akan menerbitkan maksimal 2,94 miliar saham baru setara dengan 55,56% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dengan harga pelaksanaan Rp 2.000 per saham.
Rasio rights issue emiten infrastruktur teknologi ini sebesar 4:5. Ini artinya, setiap pemegang empat saham lama WIFI berhak atas lima HMTED, satu HMTED berhak untuk membeli satu saham baru WIFI. Apabila investor tidak menggunakan haknya atau tidak menebus saham baru yang ditawarkan, maka kepemilikannya akan terdilusi atau terkikis hingga maksimum 55,56%.
Lalu, siapa yang akan ambil porsi sisa dari saham baru tersebut jika tidak semua pemegang saham lama tak ambil haknya?
Manajemen Solusi Sinergi Digital (WIFI) menegaskan pemegang saham utamanya, PT Investasi Sukses Bersama akan menjadi pembeli siaga dalam aksi rights issue. Tak hanya itu, Direktur Solusi Sinergi Digital, Shannedy Ong mengatakan, pemegang saham utama WIFI akan membeli sisa rights issue yang tak terserap meski tak dijelaskan dalam prospektus.
“Kami berharap investor dapat menebus HMETD yang dimilikinya. Namun walaupun tidak tertulis di prospektus, pemegang saham utama kami akan menyerap,” katanya dalam shareholder gathering, Jumat (4/7).
Direktur Utama Solusi Sinergi Digital (WIFI) Yune Marketatmo menilai, capaian ini menjadi bukti bahwa model bisnis perusahaan tidak hanya tumbuh, tapi juga berkelanjutan. Ia menyebut , perusahaan membangun kolaborasi strategis dengan lebih dari 400 ISP lokal, sebagian besar merupakan pelaku UMKM untuk menghadirkan 400 homepass di 400 stasiun kereta api.
Selain itu, perusahaan juga menjalin kemitraan dengan sejumlah institusi besar, termasuk Pertamina melalui PGN. Perusahaan juga mendapat dukungan dari mitra teknologi global seperti Nokia, Forexside, Huawei, Fibercon, dan Qualcomm.
Yune juga mengatakan, perusahaan teknologi asal Jepang, NTT East, kini resmi bergabung sebagai mitra melalui anak usaha WIFI, yakni PT Integrasi Jaringan Ekosistem. Di tingkat global, NTT Asia dikenal sebagai salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar, dengan kapasitas mengelola layanan FTTH (fiber to the home) untuk 25 juta pelanggan.
"Ini bukan hanya dukungan modal dan teknologi. Ini adalah validasi global atas kredibilitas WIFI dan masa depan industri ini di Indonesia," ujar Yune Marketatmo.
Dana hasil dari rights issue setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan digunakan oleh WIFI untuk melakukan setoran modal kepada entitas anak yaitu PT Jaringan Infra Andalan (JIA). Seluruh dana tersebut kemudian digunakan oleh JIA untuk melakukan setoran modal kepada entitas anaknya yaitu PT Integrasi Jaringan Ekosistem (IJE).
Sekitar Rp 5,8 triliun akan digunakan untuk pembangunan jaringan fiber to the home (FTTH) untuk 5 juta homepass yang berlokasi di Jawa. Sisanya akan digunakan sebagai modal kerja IJE.