IHSG Diproyeksikan ke 7.300 Tahun ini, 3 Sektor ini Bakal Cuan


Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG diproyeksikan menuju ke 7.300 hingga akhir tahun ini. Kinerja pasar modal diperkirakan pulih pada kurtal kedua tahun ini.
Kepala Divisi Riset Ekuitas BRI Danareksa Sekuritas, Erindra Krisnawan menjelaskan, pergerakan IHSG masih sangat dipengaruhi oleh dinamika global dan kondisi makroekonomi. Perhatian investor lokal masih tertuju pada data ekonomi makro.
Sejumlah data industri masih menunjukkan penurunan. IHSG juga kemungkinan masih berada di kisaran level 6.000 hingga akhir Juli 2025.
Saham Sektor Tambang
Di tengah dinamika pasar modal Indonesia, Erindra mengungkapkan sektor pertambangan masih jadi salah satu sektor unggulan. Ia menilai, emiten logam (metals) menarik untuk investasi jangka pendek. Namun, ia mengingatkan untuk mempertimbangkan kondisi prospek global yang masih fluktuatif serta potensi risiko kenaikan inflasi.
“Karena ini kan tadi seperti saya bilang, kita masih tetap harus ngelihat data-data inflasi bulanan gitu ya,” kata Erindra kepada wartawan di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (3/7).
Saat inflasi global meningkat dan nilai dolar AS melemah, investor global cenderung melakukan lindung nilai (hedging) melalui instrumen komoditas, seperti emas dan logam lainnya, termasuk tembaga.
Di pasar saham domestik, ia mengatakan sebagian besar emiten komoditas bergerak di sektor nikel. Namun, ada beberapa saham yang berpotensi kecipratan lonjakan harga emas, seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).
“Kalau kita lihat, memang dengan tren US dollar melemah, nanti juga akan larinya ke emas lagi gitu ya,” kata Erinda.
Saham Sektor Bank dan Properti
Erindra memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 berada di kisaran 4,71% hingga 5,03%. Sementara itu, nilai tukar rupiah diperkirakan bergerak di level Rp 16.374 hingga Rp 16.826 per dolar AS hingga akhir tahun. Adapun suku bunga acuan Bank Indonesia (BI-Rate) diproyeksikan berada pada kisaran 5,00% hingga 5,50%.
Erindra menilai potensi penurunan suku bunga dapat menjadi katalis positif bagi sektor-sektor yang sensitif terhadap arah kebijakan moneter. Menurutnya, sektor properti dan perbankan akan menjadi dua sektor utama yang diuntungkan sebab memiliki respons tinggi terhadap perubahan suku bunga acuan