Harga Emas Diramal Tembus US$ 3.600, Saham HRTA, MEDC hingga BRMS Mana Menarik?


Komoditas emas kembali diminati investor sebagai aset investasi aman atau safe haven. Hal ini seiring dengan ketidakpastian global masih membayangi pasar keuangan, terutama dengan memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat dan sejumlah negara Asia.
Terbaru, Presiden AS Donald Trump mengancam akan menaikkan tarif terhadap produk ekspor asal Jepang karena Negeri Sakura dinilai enggan membeli beras dari AS. Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan harga emas global akan melonjak signifikan pada semester kedua tahun ini.
“Saya optimistis bahwa di semester kedua harga emas dunia akan mendekati level US$ 3.600 per troy ounce (t oz),” kata Ibrahim saat diwawancara Katadata.co.id, Rabu (2/7).
Menurutnya, ada sejumlah faktor yang mendorong lonjakan harga emas. Pertama adalah kembali terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat yang langsung mematenkan kembali perang dagang
“Ini menjadi sentimen kuat pendorong harga emas,” ujarnya.
Berdasarkan hasil risetnya, harga emas sempat menyentuh titik terendah pada awal tahun, tepatnya 5 Januari 2025, di level US$ 2.614 t oz. Kemudian melonjak hingga US$ 3.499 t oz pada 20 April 2025, sebelum kembali melemah ke kisaran US$ 3.334 t oz per hari ini.
Dua pekan terakhir, harga emas melonjak saat konflik Israel dan Iran memanas. “Harga emas sempat menyentuh US$ 3.451 saat perang Israel-Iran pecah,” katanya.
Sentimen kedua adalah eskalasi konflik di Timur Tengah. Menurut Ibrahim, Ayatullah Khomeini menyatakan akan tetap menyerang Amerika dan Israel, terutama di basis-basis militer di Qatar, Arab Saudi, Irak, dan Jordania. Situasi geopolitik tersebut dinilai akan terus menopang permintaan emas.
Selain konflik Timur Tengah, potensi perang dagang antara AS dan Uni Eropa juga menjadi katalis. Tanggal 9 Juli mendatang, AS akan memberlakukan bea masuk sebesar 50% terhadap hampir seluruh produk dari Uni Eropa.
“Trump bahkan mempertimbangkan menerapkannya ke negara lain, termasuk Indonesia,” katanya.
Di sisi lain, situasi di Eropa Timur juga terus memanas. Rusia dikabarkan terus melakukan serangan ke kota-kota besar di Ukraina. Sementara itu, Iran disebut-sebut tengah membuka peluang pertemuan dengan AS untuk membahas reaktor nuklir, dengan syarat tidak ada serangan ke fasilitas tersebut.
Tak hanya itu, desakan Trump kepada Ketua The Fed Jerome Powell untuk menurunkan suku bunga juga menjadi perhatian pasar.
“Trump menilai suku bunga terlalu tinggi dan merugikan AS. Tekanan terhadap Powell ini menjadi sentimen tambahan bagi naiknya harga emas,” ujarnya.
Bagaimana Prospek Emiten Emas?
Di sisi lain, Senior Technical Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, harga emas dunia diperkirakan akan tetap stabil. Faktornya adalah pelaku pasar telah mengantisipasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).
Nafan juga sepakat bahwa ketegangan geopolitik, khususnya di kawasan Timur Tengah, dapat mendorong harga emas tetap menguat. Menurut Nafan, jika harga emas berhasil menembus level resistance penting di level US$ 3.432, maka potensi penguatan lanjutan terbuka menuju dua titik resistance berikutnya, yaitu US$ 3.516 dan US$ 3.624.
Ia kemudian memberikan proyeksi target harga emiten-emiten emas. Berikut perkiraan harga saham emiten emas dari Mirae:
- PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA): Target harga pertama Rp 630, target harga kedua Rp 690 dan target harga ketiga Rp 760. Level support di Rp 600 dan 550
- PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA): Target harga pertama Rp 2.100, target harga kedua Rp 2.190 dan target harga ketiga Rp 3.790. Level support di Rp 1.845 dan 1.690
- PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS): Target harga pertama Rp 420, target harga kedua Rp 454 dan target harga ketiga Rp 745. Level support di Rp 392 dan 364
- PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC): Target harga pertama Rp 1.270, target harga kedua Rp 1.350 dan target harga ketiga Rp 1.425. Level support di Rp 1.235 dan 1.165