Risiko Aset Kapal Tua Bayangi IPO Chandra Daya (CDIA), Ada Peremajaan Armada

Nur Hana Putri Nabila
26 Juni 2025, 15:33
Profil PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA)
PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA)
Profil PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA)
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Rencana PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) anak usaha PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO). Aksi korporasi ini menjadi salah satu yang dinanti lantaran merupakan IPO lighthouse dengan kapitalisasi pasar di atas Rp 3 triliun. 

Dalam pelaksanaan IPO, Chandra Daya menargetkan dana segar Rp 2,37 triliun. Emiten infrastruktur milik grup konglomerat Prajogo Pangestu itu akan melepas sebanyak-banyaknya 12,48 miliar saham atau setara 10% dari modal ditempatkan dan disetor dengan nilai nominal Rp 100 per lembar.

IPO Chandra Daya disebut menjadi salah satu yang ditunggu lantaran menjanjikan baik secara fundamental perusahaan maupun dari segi pengembangan investasi di pasar modal. Meski begitu, berdasarkan penelusuran Katadata.co.id  terdapat risiko bisnis dari aset yang dimiliki perusahaan sehingga berpotensi menderita kerugian.

Mayoritas aset kapal milik dua anak usaha CDIA yaitu PT Chandra Shipping Internasional (CSI) dan PT Marina Indah Maritim (MIM) tergolong sudah tua. Merujuk aset perusahaan yang dilaporkan dalam prospektus IPO, saat ini kapal yang dimiliki anak usaha CDIA ada tujuh. Salah satu kapal tertua adalah Kapal Adria, jenis Oil/Chemical Tanker yang dibangun oleh Hikagi Shipbuilding Co., Ltd, Jepang pada 2002. 

Kemudian ada Kapal Emeryn, juga bertipe Oil/Chemical Tanker, dibangun dua tahun setelah Adria oleh Shin Kurushima Dockyard Co., Ltd / Imabari, Jepang pada 2004. Lalu Kapal Erawan 12, tanker lain yang dibangun oleh Hakata Shipbuilding Co., Ltd Jepang pada 2003.

Sementara itu, di segmen kapal pengangkut gas cair (Liquefied Gas Carrier), Kapal Gas Aria, dibangun oleh Shitanoe Shipbuilding Co., Ltd Jepang pada 2006, sudah berusia hampir dua dekade. Demikian pula Kapal Estella, yang diproduksi oleh Sasaki Shipbuilding Co., Ltd pada tahun yang sama.

Kapal Gas Lily, yang juga masuk kategori Liquefied Gas Carrier, dibuat oleh Severnav SA, Romania pada 2006. Satu-satunya kapal dalam daftar yang belum melewati batas usia ekonomis adalah Kapal Marella, dibangun oleh Shitanoe Shipbuilding Co., Ltd Usuki, Jepang pada 2011. Namun, usianya pun kini sudah mendekati batas 15 tahun, 

Menanggapi usia kapal yang tak lagi baru, Presiden Direktur Chandra Shipping International (CSI), Lingga Widiastri, mengatakan seiring dengan perkembangan bisnis dan strategi jangka panjang, CSI secara bertahap akan melakukan peremajaan armada dengan menambah kapal-kapal baru yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

Ia menyebut CSI akan menerapkan pendekatan seimbang antara optimalisasi aset yang ada dan investasi ke armada baru. Hal itu demi keberlanjutan operasional perusahaan dan efisiensi biaya tetap terjaga.

“Namun demikian, kapal-kapal lama tetap akan dimanfaatkan selama kondisinya masih laik laut sesuai dengan standar keamanan dan efisien dalam pengoperasiannya,” kata Lingga ketika dihubungi Katadata.co.id, Rabu (25/6).

Sebagai salah satu komitmen perusahaan memastikan keberlanjutan usaha sebagian dana IPO nantinya akan digunakan untuk peremajaan kapal. Sekitar Rp 871 miliar akan disalurkan perseroan melalui penyetoran modal kepada dua perusahaan anak CSI dan MIM. Adapun seluruh dana yang diperoleh CSI akan disalurkan kembali sebagian melalui penyetoran modal kepada CMI dan sisanya akan digunakan untuk pembelian kapal dan pembiayaan operasional. 

“Dana yang diperoleh oleh CMI dan MIM akan digunakan untuk pembelian kapal dan pembiayaan operasional,” tulis manajemen. 

Selanjutnya sekitar Rp 1,5 triliun seluruhnya akan disalurkan CDIA melalui penyetoran modal kepada anak usaha yang termasuk dalam pilar bisnis pelabuhan dan penyimpanan, yaitu PT Chandra Samudera Port atau CSP. Dana ini  kemudian seluruhnya akan disalurkan kembali melalui penyertaan modal ke PT Chandra Cilegon Port atau CCP. 

Adapun dana yang diperoleh oleh CCP akan digunakan untuk keperluan pembuatan tangki penyimpanan, pipa saluran ethylene dan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya. 

“Apabila dana hasil Penawaran Umum Perdana Saham tidak mencukupi, Perseroan masih memiliki berbagai alternatif pembiayaan yang antara lain berasal dari kas internal dan/atau fasilitas pendanaan lainnya,” tulis manajemen. 

Operasikan Dua Kapal Baru 

Salah satu langkah CDIA memastikan kelangsungan usaha adalah dengan mengoperasikan dua kapal pengangkut gas Ethylene. CSI merupakan entitas khusus dari Chandra Asri Group yang fokus pada investasi infrastruktur, khususnya di bidang logistik.

Langkah ini menjadi strategi penting untuk memperkuat kapabilitas logistik maritim perusahaan dan memastikan kelancaran distribusi bahan baku utama petrokimia antarnegara. Kapal-kapal tersebut melayani pengiriman dari pabrik petrokimia Chandra Asri Group di Cilegon ke Aster Chemical & Energy Pte. Ltd. di Singapura.

Presiden Direktur CDI Group, Fransiskus Ruly Aryawan, mengatakan CSI berkomitmen menjadi mitra pertumbuhan dalam penyediaan jasa logistik maritim. 

“CSI akan terus menangkap potensi pasar yang terus berkembang, memperluas layanan, dan memperkuat posisi Grup secara keseluruhan di pasar kimia Asia Tenggara,” tulis Fransiskus dalam keterangan resminya, Rabu (25/6). 

Hingga Juni 2025, CSI telah mengoperasikan delapan kapal khusus untuk pengangkutan produk kimia dan gas. Ke depannya, perusahaan juga tengah mengkaji ekspansi layanan ke sektor manajemen perkapalan, termasuk pemeliharaan kapal dan jasa pendukung lainnya.

Jenis dan Fasilitas Kapal yang Dimiliki CDIA melalui CSI dan MIM 
Kapal Adria Merupakan tipe Oil / Chemical Tanker yang dibangun oleh Hikagi Shipbuilding Co, Ltd. Japan pada tahun 2002. 
Kapal Emeryn Merupakan tipe Oil / Chemical Tanker yang dibangun oleh Shin Kurushima Dockyard Co.,Ltd / Imabari, Japan pada tahun 2004  
Kapal Gas Aria Merupakan tipe Liquefied Gas Carrier yang dibangun oleh Shitanoe Ship Building Co., Ltd pada tahun 2006.  
Kapal Erawan 12 Merupakan tipe Oil / Chemical Tanker yang dibangun oleh Hakata Shipbuilding Co, Ltd Japan pada tahun 2003  
Kapal Estella Merupakan tipe Liquefied Gas Carrier yang dibangun oleh Sasaki Shipbuilding Co., Ltd pada tahun 2006.  
Kapal Marella Merupakan tipe Liquefied Gas Carrier yang dibangun oleh Shitanoe Shipbulding Co., Ltd UsukiJapan pada tahun 2011. 
Kapal Gas Lily  Merupakan tipe Liquefied Gas Carrier yang dibangun oleh Severnav Sa, Turnu Severin / Romania pada tahun 2006.  

Dampak Kapal Tua dan Risiko Kerugian

Mengenai penggunaan kapal berusia di atas 10 tahun dalam operasional usaha CDIA, pakar maritim Ikatan Alumni Lemhanas Strategic Center (IKAL SC), Marcellus Hakeng Jayawibawa, mengatakan usia ekonomis kapal umumnya berkisar antara 25 hingga 30 tahun. Rentang usia tersebut dipengaruhi oleh jenis kapal, kualitas perawatan, dan standar klasifikasi yang digunakan. 

Setelah melewati masa itu, biaya operasional seperti perawatan, perbaikan, dan konsumsi bahan bakar cenderung meningkat tajam, sementara nilai jual kapal terus turun. “Oleh karena itu, banyak pemilik kapal yang memilih melakukan peremajaan kapal-kapalnya apabila mendekati atau sudah mencapai usia tersebut,” kata Marcellus kepada Katadata.co.id, Kamis (26/6). 

Ia menilai bahwa pengoperasian kapal yang telah melampaui usia ekonomis berisiko tinggi, terutama jika tidak disertai dengan manajemen pemeliharaan yang baik dan inspeksi rutin secara menyeluruh. Tak hanya itu ia menyebut, kapal usia tua lebih rentan rusak pada mesin utama, lambung kapal, serta sistem navigasi, yang pada akhirnya dapat menyebabkan downtime, membengkaknya biaya operasional, hingga meningkatkan risiko kecelakaan laut.

Lebih lanjut, penggunaan kapal tua oleh anak usaha CDIA juga berpotensi menurunkan reputasi perusahaan dan membuka kemungkinan timbulnya masalah hukum maupun klaim asuransi. Adapun risiko yang ditimbulkan bisa sangat serius, mengingat kapal dengan usia tua punya kelemahan struktural dan teknologi keselamatan. 

Penggunaan kapal tua, menurut Marcellus, juga berpotensi merugikan lantaran sudah tidak sesuai dengan regulasi terbaru dari International Maritime Organization (IMO) maupun standar nasional, seperti kewajiban penggunaan lambung ganda (double hull) dan sistem pengolahan ballast air.  Dalam kondisi cuaca buruk atau saat membawa muatan berlebih, kapal jenis ini lebih rawan mengalami insiden seperti kandas, kebocoran, kebakaran, bahkan tenggelam.

“Ini bukan hanya membahayakan awak kapal, tetapi juga lingkungan laut dan keselamatan pelayaran nasional secara keseluruhan,” tambah Marcellus.

Lebih jauh, ia menyebut kerugian yang ditimbulkan bisa sangat besar, tergantung pada jenis serta skala kecelakaan. Marcellus menjelaskan, sebagai ilustrasi satu kecelakaan laut pada kapal tanker tua bisa menyebabkan kerugian mencapai puluhan hingga ratusan miliar rupiah. Hal itu termasuk kerusakan muatan, kerugian reputasi, biaya evakuasi, kompensasi awak kapal, klaim asuransi, hingga potensi denda dari otoritas maritim. 

“Jika ada tumpahan minyak atau kerusakan lingkungan, konsekuensi hukum dan ekonomi bisa membengkak lebih besar lagi bahkan bisa menyentuh triliunan rupiah,” katanya. 

Berkaitan dengan pengoperasian kapal tua, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebelumnya menyatakan mempertimbangkan untuk menghentikan operasional kapal-kapal berusia tua sebagai bagian dari upaya dekarbonisasi di sektor maritim nasional. Mengacu pada data Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), AHY menyebut sekitar 98 ribu armada kapal di Indonesia saat ini berusia lebih dari 20 tahun.

"Termasuk kapal penangkap ikan dan kapal dagang yang menjadi tulang punggung konektivitas ekonomi dan perdagangan nasional," ujar AHY dalam sambutannya di acara Indonesia Maritime Week (IMW) di JCC Senayan, Jakarta, dikutip Antara, Kamis (26/6). 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...