Medco (MEDC) Caplok Hak Partisipasi Repsol di Blok Corridor Rp 6,9 T


PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) meneken kesepakatan dengan Repsol E&P, S.à.r.l. untuk mengakuisisi Fortuna International (Barbados), Inc. Fortune memegang hak kepemilikan tidak langsung sebesar 24% dalam Kontrak Bagi Hasil atau Production Sharing Contract (PSC) Corridor.
Mengutip keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, nilai transaksi mencapai US$ 425 juta atau setara Rp 6,9 triliun (dengan asumsi kurs Rp 16.233 per dolar Amerika Serikat). Manajemen Medco menargetkan, transaksi ini dapat diselesaikan pada kuartal ketiga tahun ini.
Direktur Utama Medco Hilmi Panigoro menjelaskan, aksi korporasi ini sejalan dengan strategi Medco untuk memiliki dan mengembangkan aset berkualitas tinggi yang menghasilkan arus kas yang kuat. Selain itu, langkah ini mampu memperkuat komitmen perseroan terhadap pembangunan nasional
“Gas alam menjadi tahapan penting dalam perjalanan menuju masa depan rendah karbon,” kata Hilmi dalam keterangan resmi yang disiarkan melalui keterbukaan informasi di BEI, Kamis (26/6).
Dia menjelaskan, PSC Corridor memiliki tujuh lapangan produksi gas dan satu lapangan produksi minyak. Seluruhnya berlokasi di daratan Sumatra Selatan. Sementara itu, penjualan gas dilakukan melalui kontrak jangka panjang kepada pembeli bereputasi tinggi di Indonesia dan Singapura.
Repsol adalah perusahaan multi-energi global yang beroperasi di lebih dari 20 negara serta mempekerjakan 25.000 orang dan melayani 24 juta konsumen.
Bisnis hulu Repsol mencakup seluruh rantai nilai migas dari eksplorasi hingga pengembangan komersial yang dijalankan dengan standar keselamatan tertinggi.
Tren Harga Saham Medco (MEDC)
Harga saham Medco naik 1,19% ke level 1.275 pada perdagangan hari ini, Kamis (26/6). Harga sahamnya bahkan melonjak 23,79% selama tiga bulan terakhir.
Kenaikan harga saham ini terutama terjadi usai pasar mendengar kabar peresmian lapangan migas lapangan minyak dan gas (migas) Forel di South Natuna Sea Block B.
Dalam tiga bulan terakhir, Medco melakukan sejumlah aksi korporasi. Pada awal Mei lalu, Medco menerbitkan surat utang senilai US$ 400 juta dan membeli kembali obligasi senilai US$ 519 juta. Perseroan juga menjalankan program pembelian kembali atau buyback 380 juta unit sahami menggunakan dana internal.
Selain beroperasi di lapangan migas di Laut Natuna, Medco juga menemukan cadangan migas baru di sumur West Kalabau-1, Blok Rimau, dengan target produksi perdana pada 2026. Aksi korporasi lainnya yang dilakukan perusahaan adalah menandatangani Domestic Gas Swap Agreement dalam melalui dua anak usahanya, Medco E&P Natuna Ltd. dan E&P Grissik Ltd.
Berdasarkan perjanjian tersebut, jumlah volume gas dari West Natuna Supply Group, yang didalamnya tergabung anak usaha Medco E&P Natuna Ltd., akan memenuhi permintaan ekspor ke singapura. Sebelumnya kegiatan ekspor tersebut dilakukan oleh South Sumatra Sellers.
Laba Medco Anjlok 75% di Kuartal I 2025
Di tengah geliat investasi, Medco mencatatkan penurunan laba bersih mencapai 75% pada kuartal pertama 2025 menjadi US$ 17,62 juta dibandingkan US$ 72,65 juta pada kuartal I 2025. Salah satu pemicunya adalah adalah kerugian yang dialami anak usahanya, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), yang tengah memasuki proses commissioning smelter baru.
AMMN mencatatkan kerugian sebesar US$ 138,8 juta di kuartal pertama 2025, naik dibandingkan US$ 80 juta pada kuartal sebelumnya. MEDC tercatat sebagai pemegang saham 20,92% AMMN sejak Januari 2024.
AMMN sendiri mencatatkan produksi 37 juta pon tembaga dan 32 ribu ons emas pada kuartal pertama 2025. Produksi perdana katoda tembaga telah diekspor pada awal April dan fasilitas pemurnian logam mulia dijadwalkan mulai beroperasi pada kuartal kedua 2025.