Harga Saham Bank BUMN Makin Rontok di Tengah Perang Israel-Iran, Waktunya Serok?

Karunia Putri
24 Juni 2025, 06:00
saham bank bumn, rekomedasi saham, harga saham
ANTARA FOTO/Muhammad Ramdan/wpa.
Ilustrasi. Harga saham bank-bank BUMN anjlok hingga belasan persen dalam sebulan terakhir.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Harga saham bank-bank pelat merah semakin rontok di tengah memanasnya perang Israel dan Iran. Analis menilai, kondisi ini justru dapat menjadi peluang bagi investor saham jangka panjang yang mengincar dividen besar. 

Pada perdagangan kemarin, Senin (23/6), harga saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) anjlok paling dalam mencapai 2,25% ke level Rp 1.085. Harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) jeblok 1,85% ke level Rp 3.720, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 1,22% ke level Rp 4.060, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 0,20% ke level 4.920. 

Adapun dalam sebulan terakhir, harga saham BBTN telah turun 14,23%, BBRI 13,89%, BMRI 10,14%, dan BBNI 9,78%. 

“Kami menilai penurunan harga ini membuka kesempatan bagi investor untuk mendapatkan dividen yield yang menarik dari ketiga saham tersebut,” kata Edi dalam risetnya, dikutip Selasa (24/6).

Menurut Edi, dengan harga saham yang lebih rendah, potensi imbal hasil dividen atau dividend yield dari BMRI, BBRI dan BBNI diperkirakan bisa mencapai lebih dari 7%. Ini dihitung beberapa skenario pertumbuhan laba bersih dan rasio pembagian dividen yang telah disimulasikan.

Namun, Edi memperkirakan rasio pembagian dividen dari ketiga bank tersebut kemungkinan tidak akan setinggi tahun 2024. Meski begitu, masih ada kemungkinan rasio tersebut tetap lebih tinggi dibandingkan level tahun 2023. 

Hal ini mempertimbangkan dua faktor utama, yaitu kebutuhan modal untuk mendukung ekspansi bisnis ke depan, serta kebutuhan pembiayaan untuk BPI Danantara. Holding BUMN ini baru berdiri  pada awal tahun ini dan berpotensi membutuhkan pendanaan dari induk perbankan BUMN.

Asumsi Pertumbuhan Laba Bersih Tahun 2025 dan 2026

Dalam membuat perhitungan potensi dividen, Edi membuat asumsi kenaikan laba bersih pada 2025 dan 2026. Berikut asumsi pertumbuhan laba ketiga bank BUMN  tersebut:

  • Laba bersih BMRI diperkirakan naik tipis 0,3% pada 2025 dan meningkat 7,7% pada 2026.
  • Laba BBRI diperkirakan turun 2,8% pada 2025, tetapi pulih dengan pertumbuhan 10,3% pada 2026.
  • Laba BBNI diprediksi paling tinggi mencapai 4,3% pada 2025 dan 8,6% pada 2026.

Kinerja Bank BUMN Solid dan Target Harga Saham

Head of Research Korea Investment and Sekuritas Muhammad Wafi mengatakan,  saham bank-bank besar secara fundamental masih menunjukkan kinerja yang solid. 

"Apalagi harganya saat ini sedang terkoreksi, sehingga membuat valuasinya menjadi semakin menarik," kata dia ketika dihubungi Katadata.co.id pada Senin (23/6).

Ia memaparkan sejumlah data kinerja bank BUMN yang solid. Penyaluran kredit masih tumbuh dua digit, rata-rata rasi kredit bermasalah atau Non Performing Loan/NPL di bawah 3%, dan cakupan pencadangan atau LLR coverage tergolong tinggi. 

Ia memperoteksi harga saham BBRI dapat berpotensi kembali ke level Rp 5.000, BBNI ke level Rp 5.200, dan BMRI ke level Rp 5.500.0.

Adu Laba 3 Bank Jumbo BUMN Kuartal I 2025

BBNI

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) membukukan laba bersih Rp 5,38 triliun sepanjang kuartal pertama 2025. Torehan laba bersih itu naik 1,1% secara tahunan dari periode yang sama sebelumnya Rp 5,32 triliun. 

Sejalan dengan pertumbuhan laba, BNI mencatat pertumbuhan kredit dan tabungan masing-masing sebesar 10,1% dan 10,2% secara tahunan (yoy) pada kuartal pertama 2025.

BMRI

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencetak laba Rp 13,20 triliun sepanjang kuartal pertama 2025. Torehan laba itu naik 3,89% secara tahunan (yoy) dari sebelumnya Rp 12,70 triliun. 

Seiring dengan kenaikan laba, pendapatan bunga tumbuh 11,51% yoy menjadi Rp 39,63 triliun dari semula Rp 35,54 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Pencapaian tersebut mendorong pendapatan bunga bersih naik 4,87% yoy menjadi Rp 28,73 triliun.

BBRI

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Tbk (BBRI) mencatatkan laba periode kuartal pertama Rp 13,8 triliun. Angka ini turun 13,63% dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau year on year (yoy) Rp 15,88 triliun pada kuartal I 2024. 

Margin bunga alias net interest margin (NIM) turun dari 6,71% menjadi 6,28%. Namun beban bunga membaik dari Rp 14,11 triliun menjadi Rp 13,99 triliun. Pendapatan bunga konsolidasi pun turun 1,52% menjadi Rp 49,83 triliun. Pendapatan bunga bersih melorot 1,75% menjadi Rp 35,85 triliun.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Karunia Putri
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...