Prospek IPO Chandra Daya (CDIA): Analis Ramal Bakal Semoncer BREN dan CUAN


Beberapa analis memperkirakan penawaran saham perdana alias initial public offering (IPO) PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) sama moncernya dengan PT Barito Renewables Energy (BREN) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN).
Auto Reject Atas (ARA) adalah batas kenaikan harga tertinggi dari saham pada yang ditentukan dalam kurun waktu satu hari perdagangan.
PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) akan IPO pada 8 Juli. Anak usaha PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) ini menargetkan dana segar Rp 2,37 triliun.
Berdasarkan prospektus, emiten infrastruktur milik grup konglomerat Prajogo Pangestu itu akan melepas sebanyak-banyaknya 12,48 miliar saham, dengan nilai nominal Rp 100 per lembar.
Jumlah itu setara 10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Harga penawaran saham ditetapkan di kisaran Rp 170 hingga Rp 190 per lembar.
Penjamin pelaksana emisi efek dalam IPO CDIA terdiri dari enam perusahaan sekuritas, yaitu PT BCA Sekuritas, PT BNI Sekuritas dan PT DBS Vickers Sekuritas Indonesia. Selanjutnya adalah PT Henan Putihrai Sekuritas, PT OCBC Sekuritas Indonesia serta PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk.
Beberapa dari sekuritas itu pernah menjadi perusahaan penjamin emisi IPO emiten lain Grup Barito milik Prajogo. Henan Putihrai misalnya, mengantarkan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) IPO pada Maret 2024.
Saham CUAN terbang 5.195% ke level Rp 11.650 sejak IPO. Saat IPO emiten afiliasi Prajogo Pangestu ini menetapkan harga di Rp 220 dan meraup Rp 371,8 miliar.
BNI Sekuritas menjadi penjamin emisi efek untuk IPO PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) pada Oktober 2023. Saham BREN meroket 685,25% sejak IPO, dan kini berada di level Rp 6.125. BREN menetapkan harga di Rp 780 dan meraup dana segar Rp 3,13 triliun ketika IPO.
Bagaimana prospek IPO Chandra Daya? Senior Analyst Riset Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menilai Chandra Daya memiliki prospek yang menjanjikan bila ditinjau dari laporan kinerja tahun buku 2024.
Laba bersih Chandra Daya meroket dengan net profit margin tembus 32%. “Ini menunjukkan fundamental usaha yang mulai solid,” kata Sukarno kepada Katadata.co.id, Jumat (20/6).
Laba CDIA melonjak 2.167% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi US$ 32,69 juta atau Rp 537,28 miliar (kurs Rp 16.435 per dolar AS). Pendapatannya naik 35% menjadi US$ 102,25 juta atau Rp 1,68 triliun.
Kontribusi pendapatan utama CDIA berasal dari sektor kelistrikan 78,6%, yang sifatnya berulang dan tahan. Lalu, dari penjualan bahan bakar 11,2%, layanan sewa kapal 5,5%, serta sewa tangki dan dermaga 4,7%.
“Menariknya lagi, mereka mulai diversifikasi ke sektor lain seperti jasa sewa kapal yang sebelumnya belum ada pada 2023. Jadi ini sumber pertumbuhan baru ke depan,” ujar Soekarno.
Ia mencatat likuiditas Chandra Daya tinggi dengan leverage rendah, sehingga ruang ekspansi masih terbuka lebar tanpa khawatir beban utang.
“Ekuitas juga tumbuh 9,52%, didukung oleh laba ditahan dan struktur modal yang lebih kuat,” tulis Sukarno dikutip dalam riset Kiwoom Sekuritas, Kamis (19/6).
Sukarno menyebut rasio lancar CDIA turun dari 22,9 kali menjadi 9,01 kali tahun lalu. Namun, rasio ini dinilai masih menunjukkan posisi likuiditas yang sangat sehat dan kemampuan kuat dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.
Rasio cepat juga stabil di level tinggi, yakni 22,05 kali vs 22,86 kali yang mencerminkan likuiditas yang baik. Di sisi lain, rasio gearing tercatat rendah di 0,20, Sukarno menyebut hal ini mengindikasikan strategi pendanaan utang yang konservatif di tahap awal.
Menurut dia, rasio utang terhadap aset (DAR) 0,31x dan utang terhadap ekuitas (DER) 0,44 x menunjukkan risiko keuangan yang terkelola dengan baik serta struktur modal yang solid.
“Apabila valuasi IPO masih relatif atraktif dibanding rata-rata industri, jadi tidak menutup kemungkinan segemilang BREN dan CUAN atau minimal tiga kali ARA dari harga IPO,” kata dia.
Dengan harga penawaran Rp 170 – 190 per saham, Sukarno memprediksi kapitalisasi pasar CDIA Rp 21 triliun hingga Rp 24 triliun. Valuasi berdasarkan Price-to-Earnings Ratio (PER) berada pada kisaran 43x – 48x, di bawah rata-rata industri yang mencapai 99x. Price-to-Book Value (PBV) di level 1,5x - 1,6x dan Price-to-Sales Ratio (P/S) 13x – 14x.
Head of Research Korea investment and Sekuritas Indonesia Muhammad Wafi menilai posisi bisnis Chandra Daya tergolong unik. Sebab emiten ini akan menjalankan bisnis sebagai penyedia infrastruktur energi, air dan logistik di pusat manufaktur Cilegon.
Keunggulan CDIA lainnya yakni kontrak jangka panjang dengan klien Posco Krakatau. “Dengan dukungan induk (Chandra Asri Pacific dan Electricity Generating) dapat membuka akses teknologi, jaringan dan capital support,” kata Wafi.
Sementara itu, Stockbit Sekuritas menyatakan valuasi IPO CDIA lebih rendah jika dibandingkan dengan BREN saat IPO, namun sedikit lebih tinggi dibandingkan CUAN. Dari aspek laporan keuangan (balance sheet), CDIA memiliki ekuitas dan rasio utang terhadap ekuitas yang relatif rendah pada saat IPO.
“Kami menilai balance sheet yang ample (cukup besar) ini berpotensi menjadi pendorong pertumbuhan CDIA ke depan, melalui ekspansi organik maupun anorganik,” imbuhnya.
Profil Chandra Daya
Pada saat pendirian, struktur permodalan Chandra Daya Investasi terdiri atas modal dasar Rp 4 triliun, dengan modal ditempatkan dan disetor penuh Rp 1 triliun, yang terbagi dalam 500 ribu lembar saham bernilai nominal Rp 2 juta per saham.
Saham tersebut mayoritas dimiliki oleh PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) sebanyak 499.999 atau setara 99,99%. Sisa satu saham lainnya milik CAP2. Sisa saham dalam portepel tercatat sebanyak 1,5 juta lembar atau Rp 3 triliun.
Perseroan melalui anak perusahaan memiliki empat pilar bisnis utama yaitu pilar energi, pilar logistik, pilar kepelabuhan dan penyimpanan, hingga pilar air. Lini bisnis yang disasar bekerja sama dengan entitas induk dan perusahaan di lingkup Barito Group.
Melalui anak usaha PT Krakatau Chandra Energi (KCE), CDIA menyediakan suplai listrik di kawasan industri Krakatau (KIK) Cilegon, Banten, dengan jaringan pelanggan yang mencakup industri, rumah tangga hingga instansi pemerintah.
KCE mengoperasikan berbagai fasilitas pembangkit termasuk PLTGU 120 MW, PLTS 2,2 MWp, dan jaringan distribusi tegangan menengah hingga rendah.
Bersama Krakatau Posco, KCE juga mengelola PLTGU 200 MW yang memanfaatkan off gas sebagai sumber energi. Selain itu, KCE aktif dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik melalui penyediaan SPKLU di beberapa lokasi strategis.
Di sektor logistik, anak usaha CDIA seperti PT Chandra Shipping International (CSI) dan PT Marina Indah Maritim mengoperasikan tujuh kapal khusus untuk pengangkutan bahan kimia dan gas, sementara mitra entitas asosiasi SBL mengelola logistik darat dengan 155 unit armada truk yang melayani pengangkutan, pergudangan, hingga ekspor-impor.
Demi mendukung kelancaran distribusi, anak usaha PT Redeco Petrolin Utama menyediakan layanan pelabuhan dan penyimpanan, seperti dermaga berkapasitas hingga 35.000 DWT dan 72 tangki penyimpanan dengan total volume 130 ribu meter kubik. RPU juga menyediakan layanan pemesanan dan pengambilan produk secara digital untuk meningkatkan efisiensi logistik pelanggan.
Di sektor air, CDIA melalui PT Krakatau Tirta Industri memasok dan mengelola air bersih di Cilegon dan Gresik dengan total kapasitas pengolahan lebih dari 3.400 liter per detik. KTI juga terus mengembangkan fasilitas air demin, daur ulang, dan pengolahan limbah menggunakan teknologi mutakhir seperti membran, ultrafiltrasi, dan biological treatment untuk mendukung kebutuhan industri dan masyarakat.