Menilik Valuasi Chandra Daya (CDIA), Kapitalisasi Pasar Diprediksi Rp 23,7 T


Sejumlah sekuritas memprediksi kapitalisasi pasar dan valuasi penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) yang akan digelar pada 8 Juli 2025. Kapitalisasi pasar emiten milik Prajogo Pangestu ini diperkirakan mencapai Rp 23,7 triliun.
Berdasarkan prospektusnya, CDIA akan melepas 12,48 miliar saham bernominal Rp 100 atau 10% dari modal disetor dan ditempatkan setelah IPO. Harga yang ditawarkan selama IPO akan berada dalam rentang Rp 170-Rp 190 per saham.
Adapun melalui aksi korporasi ini, perusahaan akan meraup dana segar hingga Rp 2,37 triliun.
Lantas, bagaimana valuasi CDIA?
Analyst & Head of Literation Kiwoom Sekuritas Octavianus Audi, menilai harga IPO CDIA pada kisaran Rp 170–Rp 190 per saham secara konservatif tergolong premium. Hal ini terlihat dari proyeksi Price Earning Ratio (PER) di kisaran 40–45 kali, sementara sektor infrastruktur logistik umumnya berada pada kisaran 15–25 kali.
Ia mengatakan valuasi tersebut mencerminkan strategi ekspansi agresif CDIA, seperti pembelian armada kapal dan pengembangan terminal yang dibiayai dari hasil IPO.
Namun, menurut dia, IPO CDIA tetap menarik untuk investasi jangka panjang. Rasio profitabilitas juga memperlihatkan fundamental solid, dengan margin laba bersih sekitar 32% dan rasio utang terhadap ekuitas (DER) sebesar 0,44x pada tahun buku 2024.
Menurut dia, valuasi perusahaan dinilai akan semakin menarik seiring pertumbuhan pesat sektor logistik dan konektivitas maritim. Jika CDIA mampu menjaga leverage tetap rendah dan seluruh pendanaan berasal dari IPO, Audi melihat hal ini akan menjadi keunggulan kompetitif dalam jangka panjang.
“Jika melihat harga IPO, maka estimasi kapitalisasi pasar CDIA akan mencapai Rp 21,2–Rp 23,7 triliun,” kata Audi kepada Katadata.co.id, Kamis (19/6).
Sementara itu, Community Lead Indo Premier Sekuritas (IPOT) Angga Septianus menilai, valuasi CDIA berada pada PER 42,9–47,9 kali dan PBV 2,0–2,3 kali dengan rentang harga IPO Rp 170–Rp 190 per saham.
Ia juga menilai valuasi ini cukup premium, apalagi dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 35% dan laba 1.632 pada tahun lalu dibandingkan 2023. Ia mengaku hal tersebut mencerminkan prospek bisnis CDIA yang sangat menjanjikan ke depan.
“Kika PER di atas 10-15 kali artinya saham diperdagangkan dengan valuasi premium, PBV di atas 1 juga menandakan premium,” kata Angga kepada Katadata.co.id, Kamis (19/6).
Kinerja Anak Usaha TPIA
Analis Kiwoom Sekuritas Sukarno Alata mencatat, pendapatan terbesar CDIA pada 2024 berasal dari penjualan listrik dan layanan dengan kontribusi mencapai 78,6%. Kontribusi pendapatan terbesar berikutnya berasal dari penjualan bahan bakar sebesar 11,2%, layanan sewa kapal 5,5%, serta sewa tangki dan dermaga 4,7%.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, Laba CDIA melonjak menjadi US$ 32,69 juta atau Rp 537,28 miliar (kurs: 16.435 per dolar AS). Torehan laba tersebut naik hingga 2.167% yoy dibandingkan capaian 2023 yang hanya US$ 1,44 juta atau Rp 23,70 miliar.
Seiring dengan kenaikan laba, anak usaha TPIA itu membukukan pendapatan US$ 102,25 juta atau Rp 1,68 triliun pada 2024. Angka itu tumbuh 35% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 75,76 juta atau Rp 1,24 triliun.
“Ekuitas juga tumbuh sebesar 9,52% yoy, didukung oleh laba ditahan dan struktur modal yang lebih kuat,” tulis Sukarno dikutip dalam riset Kiwoom Sekuritas, Kamis (19/6).
Sukarno menyebut rasio lancar CDIA turun menjadi 9,01 kali pada 2024 dari sebelumnya 22,9 kali. Namun, rasio ini dinilai masih menunjukkan posisi likuiditas yang sangat sehat dan kemampuan kuat dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.
Rasio cepat juga stabil di level tinggi, yakni 22,05 kali vs 22,86 kali, mencerminkan likuiditas yang sangat baik.
Di sisi lain, rasio gearing tercatat rendah di 0,20, Sukarno menyebut hal ini mengindikasikan strategi pendanaan utang yang konservatif di tahap awal. Menurut dia, rasio utang terhadap aset (DAR) sebesar 0,31x dan utang terhadap ekuitas (DER) sebesar 0,44 x menunjukkan risiko keuangan yang terkelola dengan baik serta struktur modal yang solid.
Selain itu, rasio cakupan bunga berada di 1,54 kali (vs 1,65 kali), masih cukup untuk menutup biaya bunga dari laba operasional. Rasio cakupan layanan utang meningkat signifikan menjadi 9,89 kali dari 6,05 kali. Hal ini menandakan CDIA mampu memenuhi kewajiban utangnya.
Prospek CDIA
Sukarno pun menilai prospek CDIA cukup optimistis didukung kinerja jangka panjang, didukung oleh keunggulan kompetitif, meningkatnya permintaan industri, dan dukungan kebijakan pemerintah. Permintaan listrik nasional diperkirakan terus tumbuh seiring urbanisasi, pertumbuhan populasi, dan ekspansi sektor manufaktur.
Di sektor maritim, ketergantungan Indonesia pada impor energi mendorong kebutuhan terhadap kapal pengangkut cairan seperti minyak, gas, dan kimia. Sejalan dengan itu, kapasitas pelabuhan dan fasilitas penyimpanan diproyeksikan meningkat seiring pertumbuhan ekonomi dan konsumsi domestik.
Selain itu, sektor air juga menawarkan peluang pertumbuhan signifikan seiring meningkatnya kebutuhan infrastruktur akibat urbanisasi dan ekspansi industri.
“Dan target pengembangan sosial pemerintah menempatkan semua lini bisnis, perusahaan pada posisi yang menjanjikan untuk pertumbuhan di masa depan,” kata Sukarno.