Prospek Saham MEDC, ESSA hingga ENRG Saat Harga Minyak Melambung, Layak Koleksi?


Harga minyak dunia melonjak sekitar 2% di awal perdagangan, Senin (16/6) sebagai respons atas meningkatnya ketegangan geopolitik antara Israel dan Iran. Konflik bersenjata yang berlangsung sejak Jumat (13/6) itu memicu kekhawatiran pasar terhadap potensi meluasnya konflik di kawasan Timur Tengah.
Sejauh ini, eskalasi konflik yang meluas telah mendorong gangguan pasokan minyak global. Minyak mentah Brent tercatat naik 2,3% ke level US$ 75,93 per barel pada pukul 22.53 GMT. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 2,2% ke posisi US$ 74,60 per barel.
Menurut laporan Reuters, harga minyak sempat melonjak lebih dari US$ 4 di awal sesi perdagangan dan pada penutupan Jumat lalu keduanya mencatatkan kenaikan hingga 7%. Retail Research Team Leader CGS Sekuritas Mino menilai konflik Israel-Iran menjadi katalis negatif bagi pasar secara keseluruhan.
“Ketegangan ini mendorong investor untuk mencari aset yang lebih aman di tengah gejolak geopolitik,” kata Mino dalam siaran langsung CGS, Senin (16/6).
Ketika tensi geopolitik meningkat, investor cenderung melepas aset berisiko seperti saham dan beralih ke instrumen safe haven, seperti emas. Meskipun secara umum pasar saham mengalami pelemahan, beberapa sektor justru mendapat dorongan positif dari situasi ini, terutama sektor energi dan komoditas.
Saham-saham energi, misalnya, mencatatkan penguatan signifikan pada perdagangan Jumat lalu. Saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) misalnya, mencatatkan kenaikan 9,38%.
Pada saat bersamaan, indeks harga saham sektor energi secara keseluruhan menguat 7,03%. Kenaikan ini sejalan dengan ekspektasi pendapatan yang meningkat seiring naiknya harga minyak.
Mino menambahkan, Indonesia sebagai negara berbasis komoditas memiliki peluang di tengah kondisi global yang penuh ketidakpastian ini.
“Konflik yang terjadi dekat dengan wilayah kilang minyak meningkatkan kekhawatiran pasar terhadap gangguan pasokan. Ini menjadi sentimen positif bagi emiten-emiten energi dalam negeri,” ujarnya.
Di sisi lain, pasar semakin khawatir karena Iran merupakan produsen minyak besar dalam Organization of the Petroleum Exporting Countries atau negara-negara pengekspor minyak. Pada kuartal I-2025, produksi minyak Iran tercatat sebesar 3,31 juta barel per hari atau sekitar 12% dari total produksi OPEC yang mencapai 26,78 juta barel per hari. Jika suplai dari Iran terganggu, pasar bisa mengalami supply shock yang cukup besar.
“Bayangkan, waktu itu pemangkasan 2 juta barel per hari saja sudah mampu mendongkrak harga minyak. Apalagi kali ini potensi gangguannya bisa mencapai 3,31 juta barel,” tambahnya.
Prospek dan Gerak Saham Emiten Minyak di Tengah Kenaikan Harga
Seiring dengan ketegangan peperangan antara Israel-Iran sehingga meningkatkan harga minyak global. Beberapa emiten minyak domestik juga mengalami penguatan harga saham pada perdagangan siang hari ini.
Lantas bagaimana prospek harga emiten minyak dalam negeri seperti MEDC, ENRG, ESSA hingga APEX?
Prospek Saham MEDC
PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) mencatatkan pergerakan saham yang menanjak. Harga saham Medco naik 1,07% atau 15 poin ke level 1415 pada perdagangan sesi II pukul 1.58 WIB. Dalam seminggu terakhir, saham medco melonjak 13,20%.
Berdasarkan riset Mirae Asset Sekuritas, Medco diperkirakan berada dalam level support di 1265 dan 1230. Sementara itu analis mengatakan Medco akan menguji target pertama pada level 1300, harga target kedua 1330 dan harga target ketika 1595.
Prospek Saham ENRG
Saham minyak selanjutnya adalah PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG). Emiten ini menunjukkan gerak saham yang naik signifikan 16,79% atau 46 poin ke level 320 pada perdagangan sesi II. Dalam seminggu terakhir, saham Energi meroket hingga 40,71%.
CGS Sekuritas menyatakan bahwa Energi sedang menguji level support di 268 dan level resistance di 280. CGS Sekuritas tidak menyebut harga target ENRG.
Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas Indri Liftiany Travelin Yunus mengatakan kenaikan saham ENRG disebabkan perusahaan mengumumkan rencana untuk melakukan private placement sebanyak 2.48 miliar saham atau 10% dari jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh perusahaan.
Rencananya, dana hasil aksi ini akan digunakan sekitar 70% untuk kegiatan pemboran oleh anak usaha yaitu PT Imbang Tata Alam sebagai operator dan pemegang 100% partisipasi interes di Blok Malacca Strait. Perseroan akan meminta persetujuan pemegang saham pada RUPSLB 26 Juni 2025 mendatang.
Menurutnya, secara garis besar, ENRG memiliki prospek yang cukup menarik untuk diperhatikan, mengingat corporate action perusahaan dilakukan untuk memperkuat bisnis anak perusahaan dan berpotensi besar untuk menambah pendapatan ENRG berikutnya. Di sisi lain, ENRG juga diuntungkan karena prospek harga minyak mentah yang sedang mengalami rally akibat memanasnya kembali perang di Timur Tengah.
Prospek Saham ESSA
Berbeda dengan dua saham minyak di atas, PT ESSA Industries Indonesia Tbk (ESSA) justru bergerak dalam zona merah. Harga saham ESSA anjlok 1,57% atau 10 poin ke level 625 di tengah membuncahnya harga minyak dunia. Sementara dalam satu pekan terakhir, saham ESSA meningkat 4,20%.
Di samping itu, D’Origin Interactive mengatakan ESSA akan menguji level support di area 530 sementara level resistance berada di 665. Selain itu, D’Origin menyampaikan ESSA akan bertahan di atas level 665 pada penutupan perdagangan. Ia merekomendasikan membeli ESSA jika berada di harga 600-625.
Di lain sisi, Indri mengatakan secara garis besar, harga saham ESSA bergerak cenderung sideways dalam rentang 560-650. Saat ini, ESSA belum ada sentimen yang mampu membuat harga sahamnya bergerak signifikan.
Jika dilihat dari harga acuan gas alam, terlihat pergerakannya cukup stabil dan sedikit berangsur meningkat, namun hal tersebut tidak mampu memberikan kenaikan harga saham yang cukup signifikan bagi ESSA.
Prospek Saham APEX
Sementara itu, saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) juga mengikuti keceriaan Medco dan Energi. Gerak sahamnya naik 1,96% atau 2 poin ke level 104 pada perdagangan siang hari. Secara mingguan, daham APEX juga naik signifikan 10,64%.
Indri mengatakan APEX baru saja mengantongi kontrak baru berupa pengeboran laut di wilayah kerja PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) yaitu di Delta Mahakam, Kalimantan Timur. Dalam pengeboran di lepas pantai ini, APEX menyepakati nilai kontrak sebesar US$ 25 juta dengan masa durasi pengerjaan selama 1 tahun.
Menurut Indri, dapat disimpulkan bahwa kontrak tersebut berpotensi besar menambah pendapatan perusahaan di tahun ini. Namun, jika dilihat dari sisi teknikalnya, belum ada pergerakan signifikan yang terjadi pada saham APEX.
Indri mengatakan bahwa saham APEX tidak direkomendasikan untuk saat ini.