Timbang-timbang Beli Saham Aneka Tambang (ANTM)

Nur Hana Putri Nabila
13 Juni 2025, 14:16
nikel, tambang nikel, gag nikel, antam
Mela Syaharani/Katadata
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Harga saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam sempat anjlok di tengah  polemik tambang nikel anak usahanya, PT Gag di Raja Ampat, Papua Barat Daya. Aktivitas tambang sempat dihentikan sementara, meski izin operasional tambangnya sempat dihentikan sementara.

Harga saham Antam sempat anjlok 5% pada perdagangan Selasa (12/6) dan berlanjut kemarin sebesar 3,35% hingga ke lebel Rp 3.170. Namun, harga saham Antam mulai pulih hari ini dan naik hingga 3,15%. ke level Rp 3.270 pada perdagangan sesi pertama hari ini.

Analis Indo Premier Sekuritas Ryan Winipta dan Reggie Parengkuan menjelaskan, tambang tersebut memiliki perjanjian offtake dengan PT Jiu Long Metal Industry (JLMI), anak usaha yang 30% sahamnya dimiliki oleh ANTM, dengan volume kontrak bijih nikel mencapai 3 juta wmt per tahun.

“Volume bijih nikel 1,5 juta wmt berisiko, sekitar 50% volume telah terjual sepanjang tahun ini, tetapi potensi kenaikan laba masih ada,” tulis tim analis Indo Premier Sekuritas dalam risetnya, dikutip Jumat (13/6). 

Gag Nickel merupakan tambang nikel berlisensi Contract of Work (CoW) yang dimiliki oleh Aneka Tambang, dengan target produksi dan penjualan sebesar 3 juta wmt bijih saprolit pada tahun fiskal 2025 (FY25F). 

Meskipun kapasitas maksimal operasional tambang ini mencapai 4 juta wmt, Indo Premier Sekuritas mencatat, kuota Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang diberikan hanya sebesar 3 juta wmt untuk sepanjang tahun 2025.

Indo Premier Sekuritas meliht volume produksi dari Gag Nickel tetap berisiko dalam beberapa kuartal ke depan meskipun perusahaan telah menerapkan sejumlah langkah perlindungan lingkungan, 

“Meskipun lisensinya belum dicabut, berbeda dengan empat IUP lain di wilayah yang sama,” ujarnya. 

Dampak dan Risiko Potensial dari Tambang Gag Nickel

Indo Premier Sekuritas mencatat bahwa hingga saat ini, Gag Nickel telah berhasil memproduksi dan menjual sekitar 50% dari total volume kontrak sebesar 3 juta wmt kepada JLMI, perusahaan asosiasi ANTM, sesuai perjanjian pasokan bijih. 

Dengan kondisi ini, sekitar 1,5 juta wmt volume bijih nikel diperkirakan berada dalam posisi berisiko pada sisa tahun ini. Indo Premier Sekuritas menilai risiko ini bahkan bisa meningkat menjadi 3 juta wmt per tahun untuk periode 2026-2027 dan seterusnya jika Gag Nickel ditutup secara permanen dalam skenario terburuk.

Namun di sisi lain, ANTM masih berpeluang untuk menutup potensi kerugian dari Gag Nickel dengan mengajukan tambahan kuota produksi dari tambang lain. Meski terdapat risiko kerugian akibat potensi pelanggaran kontrak dengan JLMI, hal ini dinilai dapat diminimalkan dengan mengalihkan pasokan bijih nikel dari tambang lain, khususnya yang berlokasi di Maluku Utara, mengingat kedekatannya dengan fasilitas JLMI dan Gag Nickel.

Rekomendasi Saham ANTM

Indo Premier Sekuritas menaikkan perkiraan laba bersih PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) untuk tahun 2025 hingga 2027 sebesar 17% hingga 52% per tahun. Kenaikan ini terutama didorong oleh penjualan emas yang lebih tinggi dari perkiraan, seiring dengan realisasi penjualan sepanjang tahun yang kuat dan harga emas dunia yang terus naik.

Adapun untuk bijih nikel, tetap berhati-hati dengan proyeksi penjualan di 2025. Meski ANTM mendapat kuota produksi 17 juta wmt, proyeksinya diturunkan menjadi 13 juta wmt untuk mencerminkan potensi risiko penurunan produksi.

Selain itu, arus dana dari investor asing juga menunjukkan tren positif, dengan masuknya dana sekitar Rp 3 triliun dalam sebulan terakhir, kemungkinan karena mengikuti tren kenaikan harga emas. Berdasarkan semua faktor tersebut, Indo Premier tetap menyarankan untuk membeli saham ANTM dan menaikkan target harga sahamnya menjadi Rp 3.900 per lembar.

“Yang mencerminkan valuasi 13x rasio harga saham terhadap laba bersih per saham (earnings per share/ EPS) tahun buku 2025,” ucap Indo Premier Sekuritas.

Sementara itu, Head of Research Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi  sebelumnya memperkirakan, potensi gangguan dari ramainya isu tambang nikel di Raja Ampat kemungkinan minim ke bisnis Antam. Dari sisi operasional, menurut dia, tidak akan ada dampak signifikan karena kontrak pembelian sudah ada. 

"Hanya sebatas terganggu sementara karena sempat ditutup. Tapi potensi terganggunya minim karena Antam sudah dapat izin lengkap," kata dia. 

Menurut dia, Antam yang sudah pernah terkena sejumlah isu terkait tambangnya kini semakin berhati-hati terkait regulasi. Pemerintah juga sudah memberikan izin kepada PT GAG Nikel untuk tetap beroperasi. 

Ia pun menilai prospek saham Antam pada kuartal paruh kedua tahun ini akan semakin bagus di dukung oleh harga emas yang masih tinggi dan membaiknya harga nikel seiring perang tarif yang mereda.

"Tapi memang harga sekarang sudah tinggi sehingga rawan koreksi dulu ke Rp 3.000, sebelum lanjut naik ke Rp 4.500," ujar dia.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview
Reporter: Nur Hana Putri Nabila
Editor: Agustiyanti

Edisi Khusus Sumitro Djojohadikusumo ini didukung oleh:

Logo Edisi Khusus Sumitro Djojohadikusumo

Cek juga data ini

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...