Trump Tunda Tarif Impor 50%, Indeks Saham Eropa dan Mata Uang Euro Menguat


Indeks saham MSCI global, STOXX 600 pan-Eropa, dan mata uang Euro menguat setelah Presiden Amerika Donald Trump menunda rencana pengenaan tarif impor 50% terhadap barang-barang asal wilayah ini menjadi 9 Juli.
MSCI naik 0,2% pada perdagangan Senin (26/5), sedangkan indeks saham pan-Eropa menguat 0,9% ke level sebelum Trump menyerukan secara tiba-tiba akan mengenakan tarif impor 50% pada Jumat (23/5).
MSCI adalah indeks saham yang disusun oleh MSCI Inc. atau Morgan Stanley Capital International. Sementara itu, STOXX Europe 600 merupakan indeks saham dengan cakupan luas dan beragam di 17 negara dan 11 industri dalam ekonomi maju di Eropa, yang mewakili hampir 90% dari pasar investasi yang mendasarinya.
Trump mengubah kebijakannya pada Minggu (25/5), yakni dari pengenaan tarif impor untuk Eropa pada 1 Juni menjadi 9 Juli. Hal ini diumumkan setelah Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen meminta tambahan waktu bagi blok 27 negara itu untuk menyusun kesepakatan.
Analis mencatat bahwa investor kini cenderung mengalihkan dana dari pasar Amerika ke Eropa dan Asia, karena mengantisipasi risiko resesi AS dan perlambatan ekonomi global.
Commerzbank dalam catatan menyebut bahwa komentar Trump pada Jumat (23/5) menjadi pengingat akan ketidakpastian dan ketidakteraturan kebijakan pemerintahannya.
Sementara itu, SEB Research menuliskan bahwa saat ini Amerika Serikat mengalami ‘koktail beracun’ yang terdiri dari tiga faktor, yaitu meningkatnya premi risiko atas aset AS, pergeseran investor global menuju diversifikasi portofolio, dan melonjaknya fokus pada isu-isu domestik.
SEB Research juga memperkirakan nilai dolar Amerika menurun, sementara suku bunga bisa meningkat lebih lanjut.
Euro terapresiasi 0,23% terhadap dolar AS menjadi US$ 1,1380 tertinggi sejak akhir April. Poundsterling Inggris naik hampir 0,2% menjadi US$ 1,3567.
"Ini masih merupakan cerita tentang penjualan dolar," kata ahli strategi mata uang dari OCBC Christopher Wong dikutip dari Reuters, Selasa (27/5). Ia menilai ketidakpastian kebijakan tarif Trump dan merosotnya kepercayaan terhadap posisi dominan AS menjadi faktor utama pelemahan dolar.
Volume perdagangan pada Senin (26/5) cenderung tipis, karena pasar keuangan di Amerika Serikat dan Inggris tutup untuk libur nasional.
Tingkat utang yang melonjak di negara-negara maju kembali menjadi perhatian setelah Moody’s menurunkan peringkat kredit AS, serta lemahnya hasil lelang surat utang di Amerika dan Jepang pekan lalu. Investor kini menanti laporan inflasi dari Jepang dan Jerman, serta data harga barang dan jasa dari AS yang dijadwalkan rilis akhir pekan ini.
Sementara itu, pasar saham di Asia menunjukkan pergerakan beragam. Bursa saham Cina dan Hong Kong ditutup melemah. Indeks Shanghai Composite turun 0,1% dan indeks saham unggulan CSI300 melemah 0,6%.
Pelemahan itu dipicu kekhawatiran perang harga di sektor otomotif dan penurunan saham pemasok Apple akibat potensi tarif baru dari AS.
Sebaliknya, indeks Nikkei 225 Jepang naik 1% atau kenaikan harian tertajam dalam hampir dua minggu, setelah Trump memberi sinyal dukungan terhadap akuisisi US Steel oleh Nippon Steel.
Obligasi pemerintah Jepang juga menguat, terutama seri super panjang, seiring antisipasi pasar terhadap arah kebijakan moneter Bank Jepang yang akan dipengaruhi oleh data inflasi akhir pekan ini.
Di pasar komoditas, harga minyak mentah Brent turun 23 sen menjadi US$ 64,54 per barel dan minyak mentah AS turun ke US$ 61,28 per barel. Sementara itu, harga emas turun dari level tertingginya dalam dua minggu menjadi US$ 3.339 per ons.