Stock Split 1:10 Emiten Prajogo Petrindo (CUAN) Tuai Protes, Ini Respons Analis


Masyarakat Investor Seluruh Indonesia (MISSI) keberatan atas rencana PT Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) yang bakal melaksanakan pemecahan nilai saham atau stock split dengan rasio 1:10. MSSI merupakan organisasi nirlaba yang menaungi ribuan investor ritel di pasar modal Indonesia
Ketua Umum Masyarakat Investor Seluruh Indonesia (MISSI), Yumetri Abidin, menilai rencana stock split perusahaan yang terafiliasi dengan konglomerat Tanah Air Prajogo Pangestu itu tidak didukung oleh kondisi fundamental yang kuat. Ia mengacu pada hasil analisis laporan keuangan perusahaan (TTM).
Menurut Yumetri beberapa indikator yang menunjukkan kinerja keuangan perusahaan tidak selaras dengan rencana stock split adalah tingginya rasio price to earnings (P/E) di angka 61,92 yang jauh di atas median P/E IHSG sebesar 8,10. Selain itu rasio price to book value (P/BV) saham CUAN mencapai 25,92.
Yumetri juga menyorot rasio price to sales (P/S) yang berada di angka 8,82, sementara margin laba bersih hanya 0,80%. Tingkat pengembalian laba terhadap harga saham atau earnings yield tercatat rendah di 1,61%, dan arus kas bebas (free cash flow) bahkan negatif, yakni minus Rp5,17 miliar.
Menurut Yumetri tingginya rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) sebesar 3,04, serta skor Altman Z-Score sebesar 2,24 mengindikasikan perusahaan berada di zona abu-abu atau berisiko secara finansial.
“Sebagai wadah yang menjunjung tinggi prinsip transparansi, perlindungan investor, dan integritas pasar modal nasional, kami sangat prihatin atas potensi dampak negatif dari aksi korporasi ini bagi investor kecil/publik,” ujar Abidin dalam diskusi dengan Katadata.co.id pada Rabu (21/5).
Lebih jauh, ia mengatakan bahwa seluruh indikator tersebut menunjukkan saham CUAN terlalu mahal jika dilihat dari sisi laba dan penjualan. Selain itu, laba bersihnya sangat tipis sehingga dividen tidak signifikan, arus kas operasional negatif yang mencerminkan perusahaan sedang “menghabiskan uang”.
Tak hanya itu, ia menilai tingginya struktur utang CUAN meningkatkan risiko keuangan dan ada potensi risiko kebangkrutan dalam dua tahun mendatang. Menurut Yumetri, stock split tidak meningkatkan nilai intrinsik perusahaan, melainkan hanya membagi jumlah lembar saham dan menurunkan harga per lembar.
Ia menyatakan rencana stock split CUAN berpotensi memicu spekulasi besar-besaran dari investor ritel tanpa pemahaman fundamental, menciptakan kesan saham lebih murah padahal valuasinya tetap sama, serta mendorong volatilitas tinggi dan manipulasi pasar (pump and dump).
“Menyesatkan investor kecil yang bisa terjebak jika harga turun pasca-split,” tambahnya.
Ia mengatakan MISSI mengajukan permohonan agar pelaksanaan stock split CUAN ditunda atau ditolak hingga perusahaan menunjukkan perbaikan, terutama dalam hal stabilitas arus kas, profitabilitas, dan struktur keuangannya. MISSI juga meminta adanya pengawasan ketat untuk mencegah manipulasi pasar selama dan setelah aksi korporasi, serta mendorong edukasi publik terkait risiko investasi pada saham yang memiliki valuasi tinggi namun kinerja CUAN justru lemah.
Prospek Stock Split Saham CUAN dalam Pandangan Analis
Menanggapi penolakan atas rencana stock split Petrindo Jaya, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai bahwa emiten afiliasi dari konglomerat Prajogo Pangestu itu memiliki rasio price to earnings (PE) yang sangat tinggi, yakni mencapai 1.396,9 kali. Ia menyebut valuasi tersebut sudah tergolong sangat premium.
Menurutnya, sekalipun dilakukan stock split, saham perusahaan tetap dalam kondisi overvalued. Ia menyebut investor ritel sering kali rentan terjebak di puncak harga karena teak memahami valuasi perusahaan.
“Not rated untuk rekomendasi analisis teknikal untuk saham CUAN,” kata Nafan kepada Katadata.co.id, Rabu (21/5).
Sementara itu, Pengamat Investasi Desmond Wira menyebut kekhawatiran sebagian investor terkait rencana stock split tidak relevan. Menurutnya, stock split hanyalah proses teknis yang membagi harga saham tanpa mengubah nilai kepemilikan.
Desmond mengibaratkan, uang Rp 10.000 yang dipecah dalam rasio 1:10 akan menjadi Rp 1.000 per lembar, tetapi jumlah lembar bertambah menjadi 10, dan nilai total tetap sama. Desmond juga menyatakan stock split tidak ada kaitannya dengan harga saham yang dianggap terlalu mahal.
Justru, menurut dia, kebijakan ini bisa menguntungkan investor karena dapat meningkatkan likuiditas saham di pasar. “Engga ada hubungannya stock split bikin perusahaan bangkrut,” kata Desmond kepada Katadata.co.id, Rabu (21/5).
Rencana stock split saham ini sebelumnya telah disampaikan oleh manajemen Petrindo Jaya kepada Bursa Efek Indonesia. Alasan dilakukannya pemecahan saham karena adanya kinerja keuangannya melesat sejak initial public offering (IPO) di BEI pada 2023 hingga saat ini.
Sepanjang tahun 2024, pendapatan CUAN terbang hingga 719% dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga melesat yakni sebesar 929% dibandingkan tahun 2023. Tercatat laba CUAN menjadi US$ 160,8 juta dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya US$ 15,6 juta.
“Yang tercermin di kenaikan harga saham CUAN yang diperdagangkan sejak IPO sampai saat ini yang cukup tinggi,” ujar manajemen Petrindo Jaya Kreasi dalam keterbukaan informasi BEI, seperti dikutip Kamis (22/5).
Selain itu pemecahan nilai nominal saham yang direncanakan juga untuk membuat harga saham CUAN menjadi lebih terjangkau bagi investor. Manajemen berharap jumlah investor CUAN dan transaksi saham perusahaan akan meningkat. Sementara itu kenaikan jumlah lembar saham akan mendorong peningkatan likuiditas perdagangan saham dan menjadikan transaksi saham perseroan di Bursa Efek Indonesia lebih aktif.