Saham Antam Melambung Meski LG Batalkan Proyek Baterai Listrik Rp 130 Triliun


Emiten anggota pertambangan MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), merupakan salah satu perusahaan yang kehilangan kesempatan kerja sama dengan LG Energy Solution (LGES) dengan nilai proyek sekitar 11 triliun won atau Rp 130,7 triliun. LG mengundurkan diri dari rencana proyek membangun rantai pasokan baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia.
Namun, hilangnya proyek ini tak memberikan sentimen negatif terhadap perdagangan saham ANTM saat ini. Saham Antam naik 4,31% ke level Rp 2.180 per lembar saham pada perdagangan sesi pertama Selasa (22/4). Volume yang diperdagangkan tercatat 212,29 juta dengan nilai transaksi Rp 462,84 miliar dan kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 52,39 triliun.
Tak hanya itu, selama seminggu terakhir sahamnya telah terangkat hingga 19,31% dan melesat 42,95% secara year to date (ytd).
Sebelumnya menurut laporan kantor berita pemerintah Korea Selatan, Yonhap News, konsorsium yang mencakup LG Energy Solution, LG Chem, LX International, dan mitra lainnya, telah bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dan perusahaan-perusahaan milik negara untuk membangun "rantai nilai dari hulu ke hilir" untuk baterai kendaraan listrik.
Inisiatif tersebut bertujuan untuk mencakup seluruh proses, mulai dari pengadaan bahan baku hingga produksi prekursor, material katoda, dan manufaktur sel baterai. Indonesia adalah produsen nikel terbesar di dunia, yang merupakan bahan utama dalam baterai kendaraan listrik.
Sumber-sumber industri mengatakan konsorsium tersebut telah memutuskan untuk mengundurkan diri setelah berkonsultasi dengan pemerintah Indonesia karena perubahan dalam lanskap industri. Perubahan ini khususnya yang disebut sebagai "jurang EV," yang merujuk pada perlambatan sementara atau stagnasi dalam permintaan EV global.
"Mempertimbangkan kondisi pasar dan lingkungan investasi, kami telah memutuskan untuk keluar dari proyek ini," kata seorang pejabat dari LG Energy Solution, seperti dikutip Yonhap News, Jumat (18/4).
Meski demikian, LG akan melanjutkan beberapa bisnis di Indonesia yang sudah berjalan. "Namun, kami akan melanjutkan bisnis kami yang ada di Indonesia, seperti pabrik baterai Hyundai LG Indonesia Green Power, usaha patungan kami dengan Hyundai Motor Group," kata pejabat LG Energy Solution.
Konsorsium LG bersama konsorsium BUMN Indonesia, Battery Corporation (IBC), tergabung dalam Proyek Titan dengan total komitmen investasi senilai US$ 9,8 miliar atau sekitar Rp 142 triliun.
Komitmen investasi itu terdiri atas investasi di hulu tambang senilai US$ 850 juta, smelter HPAL US$ 4 miliar, pabrik prekursor atau katoda senilai US$ 1,8 miliar, dan pabrik sel baterai senilai US$ 3,2 miliar.