IHSG Anjlok hingga Trading Halt, Apa Langkah yang Harusnya Diambil Pemerintah?


Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dibuka rontok 598,56 poin atau 9,19% ke level 5.912 pada perdagangan hari ini, Selasa (8/4) pagi. Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) langsung memberlakukan penghentian sementara perdagangan saham atau trading halt usai IHSG anjlok.
Sebelumnya BEI telah menyesuaikan kebijakan perdagangan sementara atau trading halt dengan menaikkan ambang batas penurunan IHSG dari sebelumnya 5% menjadi 8%. BEI juga menaikkan ambang batas penurunan IHSG untuk pemberlakuan penghentian perdagangan hingga akhir sesi atau trading suspend dari sebelumnya 15% menjadi 20%.
Adapun trading halt adalah pembekuan sementara perdagangan dengan kondisi seluruh pesanan yang belum teralokasi (open order) akan tetap berada dalam sistem perdagangan efek otomatis JATS dan dapat ditarik oleh Anggota Bursa. Sejumlah analis mengatakan pemerintah harus mengambil langkah antisipatif agar gejolak harga di pasar saham.
Lalu, kira-kira kebijakan apa yang seharusnya diambil pemerintah untuk menyelamatkan pasar agar aman dari gejolak pasar?
Research Analyst Lotus Andalan Sekuritas, Muhammad Thoriq Fadilla, menilai pemerintah harus segera mengambil sikap tegas menanggapi rencana kebijakan tarif resiprokal dari Amerika Serikat (AS) agar dampaknya terhadap pasar tidak semakin buruk. Salah satu langkah strategis yang dapat dilakukan menurut Thoriq adalah diplomasi dagang sebagai respons terhadap rencana Amerika Serikat menerapkan tarif balasan.
Ia menjelaskan surplus dagang Indonesia dengan AS tidak disebabkan oleh ketidakseimbangan atau praktik tidak adil, melainkan merupakan konsekuensi dari kebutuhan pasar AS terhadap berbagai produk ekspor utama Indonesia. Kebijakan ini juga menyasar produk perikanan, tekstil, dan alas kaki.
“Saat ini pun pemerintah sedang menghitung potensi dampaknya secara menyeluruh terhadap sektor-sektor terkait dan perekonomian nasional,” kata Thoriq ketika dihubungi Katadata.co.id, Selasa (8/4).
D samping itu, ia menyebut pemerintah perlu menyiapkan langkah strategis untuk menjaga ketahanan ekonomi domestik di tengah potensi tekanan dari kebijakan tarif Amerika Serikat. Upaya tersebut mencakup peningkatan iklim investasi, penciptaan lapangan kerja, serta memperkuat kerja sama dengan negara-negara di kawasan, termasuk Malaysia dan anggota ASEAN lain yang menghadapi tekanan serupa.
Di sisi lain, Thoriq juga menekankan peran aktif Bank Indonesia dalam menjaga kestabilan nilai tukar rupiah guna menghindari dampak negatif terhadap ekspor dan kewajiban utang luar negeri perusahaan. “Kombinasi langkah diplomatik dan stabilisasi ekonomi ini penting agar pasar tetap terjaga dan tidak berlarut dalam kepanikan,” tambah Thoriq.
Dari sisi teknikal, Thoriq memproyeksikan IHSG saat ini bergerak di kisaran zona support 5.883–5.967. Apabila tekanan pasar tak mereda, IHSG berpotensi turun hingga level 5.738, yang diperkirakan menjadi titik kuat permintaan dan bisa memicu rebound secara teknikal.
Meski begitu, apabila tidak ada dukungan dari sisi kebijakan pemerintah maupun keberhasilan diplomasi dalam meredam isu tarif oleh Presiden AS Donald Trump, tren penurunan masih bisa berlanjut. Oleh karena itu, ia menyebut sentimen pasar ke depan akan sangat tergantung pada kejelasan arah kebijakan dan langkah-langkah negosiasi yang diambil dalam waktu dekat
Sependapat dengan Thoriq, Analyst & Head of Literation Kiwoom Sekuritas, Octavianus Audi, menilai tekanan di pasar keuangan saat ini memerlukan respons konkret dari pemerintah. Ia menekankan pentingnya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS, memastikan laju pertumbuhan ekonomi tetap berada di atas 5%, serta merumuskan langkah praktis untuk mempertahankan surplus neraca perdagangan Indonesia.
“Hal itu dengan asumsi ditopang perubahan auto reject bawah menjadi 15% untuk seluruh fraksi,” kata Audi ketika dihubungi Katadata.co.id.