Garuda Terbitkan Efek Beragun Aset Penjualan Tiket Pesawat Rp 2 T

Ihya Ulum Aldin
31 Juli 2018, 11:56
Target GATF Surabaya
ANTARA FOTO/Moch Asim
Pengunjung memesan tiket di agen perjalanan pada Garuda Indonesia Travel Fair (GATF) 2017 di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (10/3). GATF 2017 yang diselenggarakan 10-12 Maret 2017 tersebut menargetkan total penjualan sebesar Rp28 miliar dengan target pengunjung sebanyak 30.000 orang.

PT Garuda Indonesia menggandeng PT Mandiri Manajemen Investasi, meluncurkan Kontrak Investasi Kolektif-Efek Beragun Aset (KIK-EBA) Mandiri GIAA01. Efek yang diterbitkan senilai total Rp 2 triliun kan digunakan untuk melunasi utang perseroan.

KIK-EBA Mandiri GIAA01 merupakan instrumen sekuritisasi aset keuangan pertama di Indonesia yang menjadikan hak pendapatan atas penjualan tiket pesawat sebagai jaminan atau underlying. Dalam hal ini adalah hak pendapatan atas hasil dari penjualan tiket pesawat Garuda dengan rute Jeddah dan Madinah.

KIK-EBA yang dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, Selasa (31/7), telah mendapat rating AA+ dari Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Efek ini dibagi atas dua kelas. Kelas A memiliki imbal hasil sebesar 9,75% dan tenor 5 tahun (tanggal jatuh tempo 27 Juli 2023) dengan nilai mencapai Rp 1,8 triliun. Nilai pokok ini akan menurun proporsional setiap tahun. Untuk kelas B dilakukan melalui penawaran terbatas senilai Rp 200 miliar untuk tenor sejenis dan tingkat imbal hasil yang tidak tetap.

"Penawaran KIK-EBA ini mendapatkan respon yang positif dari investor, karena struktur produk dan imbal hasil yang cukup menarik," kata VP Corporate Secretary Hengki Heriandono dalam keterangannya, Selasa (31/7).

PT Mandiri Manajemen Investasi bertindak sebagai Manajer Investasi dan Maybank Indonesia sebagai Bank Kustodian. Sedangkan agen penjualnya adalah Mandiri Sekuritas, Bahana Sekuritas, BNI Sekuritas, BCA Sekuritas, CGS-CIMB Sekuritas, dan Danareksa Sekuritas.

Dana hasil penerbitan efek ini akan digunakan untuk membayar (refinancing) utang yang jatuh tempo pada 5 Juli lalu. Utang tersebut adalah Obligasi Berkelanjutan I Garuda Indonesia Tahap I tahun 2013 sebesar Rp 2 triliun. (Baca: Dirut Garuda Bantah Tudingan Bangkrut Prabowo)

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno dalam siaran pers mengatakan instrumen yang dikeluarkan Garuda ini menjadi salah satu solusi alternatif pendanaan yang dilakukan Garuda untuk memenuhi kebutuhan finansial perusahaan. "Semoga inisiatif ini akan mendorong perbaikan kinerja Garuda Indonesia dan juga mendukung program Pemerintah dalam peningkatan konektivitas udara,” ujarnya.

Rini juga mendorong agar lebih banyak BUMN dan swasta untuk melakukan sekuritisasi aset mengikuti jejak Garuda Indonesia. Sebelumnya PT Jasa Marga, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) melalui anak usahanya PT Indonesia Power, dan PT Bank Tabungan Negara (BTN) juga telah melakukan sekuritisasi atas asetnya untuk memperkuat modalnya.

“Jadi pemerintah akan terus mendorong semakin banyak BUMN yang terlibat dan ke depannya, dengan modal dan pendanaan yang cukup, akan mendorong BUMN untuk melebarkan sayap ekspansi dan akan membuat BUMN semakin kuat dan tumbuh,” kata Rini.

(Baca: SMF Akan Luncurkan Efek Beragun Aset Retail Pertama di Indonesia)

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...