Dekonsolidasi Meikarta, Aset Lippo Cikarang Turun Rp 3 Triliun
Nilai aset PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) turun sebesar Rp 3 triliun menjadi Rp 9,4 triliun pada kuartal III 2018 pasca dekonsolidasi laporan keuangan PT Mahkota Sentosa Utama (MSU), pengembang Meikarta. Di sisi lain, laba bersih perseroan melejit 593% menjadi Rp 2,9 triliun karena pencatatan investasi pada entitas asosiasi dengan nilai wajar Rp 2,35 triliun.
Presiden Direktur Lippo Cikarang Simon Subiyanto mengatakan, perusahaan membukukan pendapatan sebesar Rp 1,84 triliun pada kuartal III 2018, tumbuh 50% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pendapatan terbesar dikontribusikan oleh penjualan di segmen industri dan komersial sebesar Rp 875 miliar yang menyumbang 48% penjualan perseroan.
Segmen rumah hunian dan apartemen sebesar berkontribusi 39% dari total pendapatan atau Rp 717 miliar, turun 24% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penghasilan berulang (recurring income) Lippo Cikarang juga meningkat dari Rp 209 miliar menjadi Rp 247 miliar dan menyumbang 13% terhadap total pendapatan.
Laba kotor perseroan mencapai Rp 1,05 triliun, meningkat 102% dibandingkan dengan kuartal III 2017. "Laba bersih sebesar Rp 2,9 triliun, naik 593% terutama yang berasal dari dekonsolidasi anak perusahaan, PT Mahkota Sentosa Utama, sebesar Rp 2,35 triliun," kata Simon dalam siaran pers di situs Bursa Efek Indonesia, Kamis (1/11).
Simon mengatakan, kinerja kuartal III 2018 ini kurang memenuhi harapan karena pasar properti Indonesia melemah selama periode tersebut. Namun, perseroan optimistis proyek Meikarta akan memberikan hasil yang berkesinambungan di masa depan.
Seperti diketahui, Lippo Cikarang kehilangan kendali atas MSU sejak Mei lalu. Berdasarkan Akta Notaris No 13 tanggal 11 Mei 2018, Peak Asia Investments Pte Ltd (PEAK) yang merupakan entitas anak dari Lippo Cikarang, melepas 14.000 sahamnya di MSU kepada Mas Agoes Ismail Ning dengan harga Rp 14 juta. Kemudian, Lippo Cikarang melepas kepemilikan sahamnya di PEAK kepada Hasdeen Holdings Ltd seharga SIN$ 1. Selanjutnya, MSU menerbitkan 14.000 saham baru yang diserap oleh PEAK dengan nilai Rp 4,05 triliun.
"Sebagai akibat dari peningkatan modal dan pelepasan seluruh saham di PEAK, perusahaan kehilangan pengendalian atas MSU," tulis manajemen Lippo Cikarang dalam penjelasan laporan keuangan per 30 Juni 2018. Sisa investasi perusahaan pada MSU sebesar 49,72% diakui sebagai investasi pada entitas asosiasi yang diukur dengan nilai wajarnya. Selisih investasi sebelum dan sesudah diukur sesuai nilai wajarnya sebesar Rp 2,35 triliun dicatatkan pada laba rugi.
(Baca: Lippo Sudah Alihkan 49,9% Saham Meikarta ke Perusahaan Luar Negeri)
Lippo Cikarang telah menyerahkan dua menara perumahan Meikarta Central Business District (CBD), yakni menara Irvine dan Westwood yang berisi 863 unit apartemen dengan nilai Rp 709 miliar. Lippo Cikarang berada di tengah-tengah koridor timur, di kelilingi beberapa kota industri, seperti Deltamas, Jababeka, MM2100, dan lain-lain.
Lippo Cikarang menyebutkan proyek-proyek nasional pemerintah di koridor timur akan mendongkrak proyek perseroan. Antara lain, proyek Light Rapid Transit (LRT) Cawang-Bekasi Timur yang proses pembangunannya sudah mencapai 47% dan diestimasi selesai pertengahan 2019, kereta cepat Jakarta-Bandung, dan tol Jakarta-Cikampek Elevated II.
Lippo Cikarang memiliki luas lahan 3.250 hektare dan telah membangun lebih dari 17.192 rumah dengan populasi 51.250 penduduk. Di kawasan industri Lippo Cikarang, terdapat sekitar 500.500 orang pekerja yang tersebar di 1.200 pabrik manufaktur. Lippo Cikarang adalah anak usaha dari PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR).
Sejak awal tahun ini, harga saham emiten berkode LPCK ini sudah longsor 50,92% menjadi Rp 1.545 pada penutupan 31 Oktober lalu. Kapitalisasi pasar Lippo Cikarang mencapai Rp 1,09 triliun.
(Baca: Jual Saham Pengembang Meikarta, Lippo Cikarang Raup Rp 2,35 Triliun)